meningkatkan prestasi belajar siswa materi KPK dan FPB dengan metode variasi di kelas V


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
1.        Identifikasi Masalah
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi menjadikan mata pelajaran matematika sangat penting sekali. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah meliputi aspek-aspek Bilangan, Geometri dan Pengukuran. Dalam pembelajaran di sekolah untuk keperluan penyampaian obyek-obyek matematika yang abstrak kepada peserta didik, diperlukan suatu sistem penyampaian obyek matematika. 

Oleh karena itu dalam pengajaran matematika dapat dilakukan berbagai upaya untuk merancang, memilih, dan melakukan berbagai pendekatan atau metode mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Komunikasi matematika perlu menjadi fokus perhatian yang utama dalam pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi peserta didik dapat mengkoordinasi dan mengkonsolidasi berpikir matematisnya. Karena metematika mempunyai potensi yang sangat baik dalam memacu terjadinya pengembangan ilmu maupun dalam mempersiapkan warga masyarakat yang mampu mengantisipasi perkembangan zaman.

Namun pada kenyataannya pembelajaran matematika di SD Negeri 2 Tebing Suluh khususnya kelas 5, mata pelajaran matematika masih menjadi mata pelajaran yang menakutkan, karena pola pikir anak pedesaan yang memandang bahwa pembelajaran matematika adalah sesuatu hal yang sulit, mereka dituntut untuk mampu berhitung, menghapal, sampai memecahkan masalah tentang sebuah hal yang pasti dengan jawaban yang pasti juga atau tidak dapat dikarang.

Disamping itu, dalam proses pembelajaran guru masih terpaku pada proses pembelajaran yang konvensional, mereka menganggap bahwa anak didik adalah seseorang yang harus ditakut-takuti agar guru dihormati. Pada dasarnya guru khususnya di SD Negeri 2 Tebing Suluh belum sepenuhnya memahami tentang pola pembelajaran yang baik yang mengarah kepada pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Guru di SD Negeri 2 Tebing Suluh belum memahami pendekatan pemecahan masalah yang merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.

2.        Analisis Masalah
Berdasarkan hasil diskusi dan tanya jawab dengan supervisor 2 dan teman sejawat dapat diketahui bahwa rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan sebagian siswa kurang menguasai materi yang diajarkan antara lain:
a.         Guru menggunakan metode yang kurang tepat
b.        Guru mengajarkan terlalu monoton
c.         Guru tidak memberikan kesempatan pada siswa
d.        Guru kurang menguasai cara menggunakan metode
e.         Siswa merasa bosan dengan metode yang digunakan
f.         Model yang digunakan kurang tepat

3.        Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan  analisis masalah tersebut, penulis menggunakan beberapa alternatif pemecahan masalah atau tindakan perbaikan yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan menggunakan faktor prima dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung KPK dan FPB siswa kelas V SD Negeri 2 Tebing Suluh Kecamatan Lempuing Kabupaten OKI dapat meningkat secara signifikan.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dapat dikemukakan dengan “bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa materi KPK dan FPB dengan metode variasi di kelas V SDN 2 Tebing Suluh Kecamatan Lempuing Kabupaten OKI ?.

C.      Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripdikan peningkatkan prestasi belajar siswa materi KPK dan FPB dengan metode variasi di kelas V SDN 2 Tebing Suluh Kecamatan Lempuing Kabupaten OKI.

D.      Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti khususnya dalam pembelajaran matematika pada jenjang MI/SD.

1.        Bagi Peserta Didik
a.         Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar;
b.        Siswa akan lebih dapat menguasai materi yang disampaikan;
c.         Meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelola di kelas;
d.        Prestasi belajar siswa lebih meningkat.

2.        Bagi Guru
a.         Dapat menambah pengetahuan mengenai metode pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi baik oleh peserta didik maupun guru dalam pembelajaran dapat diminimalkan;
b.        Membentuk guru yang professional.

3.        Bagi Sekolah
a.         Memperbaiki metode pembelajaran yang selama dianggap kurang tepat;
b.        Mutu dan kualitas siswa dimasa mendatang, sesuai dengan visi dan misi sekolah yang bersangkutan;
c.         Dapat meningkatkan hasil evaluasi pada mata pelajaran matematika sesuai dengan KKM sekolah;


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan pengajaran yang diberikan oleh guru juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada pula yang lambat dalam menerima pengajaran. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pengajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pengajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi sehingga penguasaan penuh dapat terjadi.

Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaiman tersebut diatas memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya. Untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pengajaran bila guru menggunakan metode tanya jawab, tetapi untuk sekelompok anak didik yang lain mereka lebih mudah menyerap bahan pengajaran bila guru menggunakan metode latihan atau diskusi.

Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Dra. Roestiyah, N.K. (1989:1) guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untukmemiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut dengan metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Untuk memilih metode mengajar tidak bisa sembarangan, banyak faktor yang mempengaruhinya dan patut dipertimbangkan. Misalnya seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1979), yaitu sebagai berikut:
1.        Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsiya;
2.        Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya;
3.        Situasi dengan berbagai keadaannya;
4.        Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya;
5.        Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.

Karena banyaknya mata pelajaran maka tujuan untuk setiap mata pelajaran  pun berbeda-beda pula. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan adanya metode mengajar yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam kegiatan proses belajar mengajar seorang pendidik memerlukan penggunaan metode yang bervariatif. Pemilihan metode tersebut harus disesuaikan dengan tujuan, anak didik, situasi, dan fasilitas yang mendukung.

Kasinyo Harto dan Abdurrahmansyah, (2009:49) mengemukakan bahwa metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan, metode dapat juga diartikan sebagai cara yang digunakan pendidik dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan alat dan wasilah untuk mengantarkan pesan yang akan disampaikan kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Menurut Udin S. Winataputra (2004:4), metode mengajar merupakan cara atau teknik yang digunakan pendidik dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Bukhari Umar (2010:180) menyebutkan bahwa metode adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan mengajar adalah menyajikan atau menyampaikan pelajaran. Jadi, metode mengajar berarti suatu jalan atau cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran.

Pendapat Sunhaji (2009:39) menyebutkan metode adalah jalan yang harus dilalui, cara melakukan sesuatu atau prosedur. Sedangkan mengajar memiliki pengertian aktivitas guru untuk menciptkan lingkungan belajar yang baik bagi siswa. Dengan demikian metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan guru atau instruktur agar pelajaran dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar merupakan cara atau teknik yang digunakan pendidik dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung agar materi atau pelajaran yang disampaikan dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar. Menurut Udin S. Winataputra (2004:4.4) prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya:

1.        Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi Pelajaran (curiosity);
2.        Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni;
3.        Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah;
4.        Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji kebenaran sesuatu (sikap skeptis);
5.        Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (berinkuiri)  terhadap sesuatu topik permasalahan;
6.        Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak;
7.        Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri (independent study);
8.        Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama (cooperative learning);
9.        Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajarnya.

B.       Kedudukan Metode dalam Kegiatan Pembelajaran
Salah satu keterampilan pendidik yang memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain (1997:72) adalah ketrampilan memilih metode. 

Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha pendidik dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara optimal, oleh karena itu salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami pendidik adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu kompenen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1.        Sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran;
2.        Sebagai strategi pengajaran;
3.        Sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Metode pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu:
1.        Aspek penyampaian pesan. Dari aspek ini metode pembelajaran dapat diklasifikasikan atas metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, eksperimen, tugas, dan kerja kelompok;
2.        Aspek Pendekatan Pengajaran diklasifikasikan dalam beberapa jenis metode yaitu: problem solving, inquiry, discovey, teknik klarifikasi nilai, role playing dan, simulasi;
3.        Aspek pengorganisasian siswa diklasifikasikan menjadi metode karyawisata, kerja kelompok, diskusi dan, metode proyek/unit.

C.      Macam-Macam Metode Mengajar
1.        Metode Tanya Jawab
a.        Karakteristik Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan suatu metode pembelajaran yang menekankan pada cara penyampaian materi pembelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan peserta didik memberikan jawaban. Metode ini dimaksudkan untuk meninjau pelajaran yang lalu agar peserta didik memusatkan lagi perhatiannya tentang sejumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga dapat melanjutkan pada pelajaran berikutnya. Metode ini dapat merangsang perhatian anak didik, dapat digunakan sebagai persepsi, selingan, dan evaluasi (Pandie, 1984:79).

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.

Metode tanya jawab merupakan salah satu metode mengajar yang dapat membantu berbagai kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Melalui metode ini guru dapat memperoleh gambaran sejauhmana peserta didik dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diceramahkan (Daradjad, 2001).

Anak didik juga akan turut berpartisipasi aktif, yang biasanya kurang mencurahkan perhatiannya terhadap pelajaran yang diajarkan melalui metode ceramah akan berhati-hati terhadap pelajaran yang akan diajarkan melalui metode tanya jawab. Sebab, anak didik tersebut sewaktu-waktu akan mendapat giliran untuk menjawab suatu pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Metode tanya jawab ini tidak dapat digunakan sebagi tolak ukur untuk menetapkan kadar pengetahuan setiap ank didik dalam suatu kelas., karena metode ini tidak memberi kesempatan yang sama pada setiap siswa untuk menjawab pertanyaan. Metode tanya jawab ini dapat dipaki guru untuk menetapkan pikiran secara umum apakah anak didik yang mendapat giliran pertanyaan sudah memahami bahan pelajaran yang diberikan.

 Secara umum metode tanya jawab ini berguna untuk mencapai banyak tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1)        Mengetahui penguasaan siswa terhadap pengetahuan yang telah lalu agar guru dapat menghubungkannya dengan topik bahasan yang baru atau memeriksa efektivitas pengajaran yang dijalaninya;
2)        Menguatkan pengetahuan dan gagasan pada pelajaran dengan memberi kesempatan untuk mengajukan persoalan yang belum dipahami dan guru mengulang bahan pelajaran yang berkaitan dengan persoalan tersebut;
3)        Memotivasi siswa untuk berbuat, mengajukan kebenaran, danmembangkitkan semangat untuk maju.

Namun demikian, bukan berarti dalam pelaksanaanya metode ini tidak menghadapi banyak kendala. Beberapa persoalan dapat terjadi dalam metode tanya jawab, diantaranya:

1)        Segi kecepatan menuangkan bahan pelajaran;
Metode tanya jawab dari segi kepastian lebih tajam, karena guru memberikan pertanyaan untuk suatu jawaban tertentu, dan guru dapat mengetahui dengan segera apakah anak didiknya mengerti atau tidak. Jika terjadi yang demikian maka guru dapat segera menjelaskan kembali segi-segi yang belum dipahami oleh anak didik.

2)        Dapat terjadi penyimpangan dari pokok persoalan;
Guru dalam melaksanakan tanya jawab lebih besar kemungkinan menyimpang dari pokok-pokok persoalan. Hal ini dapat terjadi apabila anak didik memberikan jawaban. Lalu berbalik mengajukan pertanyaan yang menimbulkan masalah-masalah baru diluar yang sedang dibicarakan.

3)        Dapat terjadi perbedaan pendapat antara anak didik dan guru.
Dengan adanya tanya jawab kemungkinan jawaban anak didik berbeda dengan yang diinginkan oleh guru. Apabila guru menyatakan salah terhadap jawaban anak didik maka anak didik yang berani cenderung memperhatikan jawabannya, apabila anak didik yang bersangkutan sanggup mengajukan pertanyaan itu mempunyai banyak kemungkinan jawaban. Disinilah akan timbul perbedaan pendapat antara guru dan anak didik.

b.        Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanta Jawab
1)        Kelebihan Metode Tanya Jawab
a)        Pertanyaan dapat menarik an memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang rasa kantuknya;
b)        Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir termasuk daya ingatan;
c)        Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.

2)        Kekurangan Metode Tanya Jawab
a)        Siswa merasa takut apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk berani dengan menciptakan suasana yang tidak tegang melainkan akrab;
b)        Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa;
c)        Waktu sering banyak terbuang terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang;
d)       Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.

c.         Langkah-Langkah Penggunaan Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ini memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan siswa, bisa dalam bentuk bertanya dan siswa menjawb, bisa pula siswa bertanya dan guru menjawab. Hubungan antara guru dan siswa merupakan hubungan timbal balik secara langsung (Depag, 2001).

Beberapa teknik pertanyaan dalam metode tanya jawab hendaknya dirumuskan dengan jelas, tegas, dan terbatas, sehingga tidak menimbulkan keraguan pada siswa.
1)        Pertanyaan dalam kalimat panjang sering menimbulkan siswa lupa akan ujung pangkalnya;
2)        Pertanyaan hendaknya diajukan pada kelas sebelum menunjuk siswa untuk menjawabnya;
3)        Memberi kesempatan yang cukup kepada siswa untuk memikirkan jawaban;
4)        Guru hendaknya menghargai jawaban ataupun pertanyaan siswa;
5)        Distribusi pertanyaan hendaknya merataagar semua siswa merasa diperhatikan oleh guru dan tidak ada yang merass tidak diperhatikan oleh guru dan tidak ada yang merasa dianaktirikan karena tidak diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan;
6)        Hendaknya guru tidak mengulang jawaban siswa;
7)        Membuat ringkasan hasil tanya jawab sehingga memperoleh pengetahuan secara sistemik.

Untuk menghindari sesuatu yang dapat terjadi dalam metode tanya jawab terutama yang bersifat negatif maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)        Pertanyaan harus singkat, jelas, dan merangsang berpikir siswa;
2)        Pertanyaan disesuaikan dengan kecerdasan dan kemampuan anak didik yang menerima pertanyaan;
3)        Memerlukan jawaban dalam bentuk kalimat atau uaraian kecuali yang bersifat obyektif tes dalam menggunakan ya atau tidak;
4)        Usahakan pertanyaan yang mempunyai jawaban pasti, bukan jawaban yang mempunyai jawaban beberapa alternatif.

Dalam mengeluarkan setiap pertanyaan, hendaknya guru harus mempunyai tujuan yang jelas untuk apa pertanyaan itu dikemukakan dan kapan hendaknya hal itu dilakukan. Dilihat dari waktu penyampaiannya, pertanyaan dapat dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
1)        Pertanyaan awal pelajaran, yaitu pertanyaan pendahuluan yang dimaksudkan untuk menghubungkan pengetahuan yang telah lalu dengan pengetahuan yang baru, merangsang minat siswa untuk menerima pelajaran baru, dan memusatkan perhatian mereka kepada pelajaran;

2)        Pertanyaan ditengah-tengah berlangsungnya proses belajar mengajar, yaitu pertanyaan dimaksudkan untuk mendiskusikan bagian-bagian pelajaran yang menarik sebagai fakta baru;

3)        Pertanyaan akhir pelajaran, pelajaran penutup yang dimaksudkan untuk mengulang, menghubungkan bagian-bagian topik bahasan, dan menarik kesimpulan pelajaran sehingga siswa dapat memahami pelajaran dengan mudah.

Sementar itu, dilihat dari sasaran pertanyaannya, pertanyaan tersebut dapat dibagi menjadi:
1)        Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauhmana pengetahuan sudah dikuasi oleh siswa;
2)        Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauhmana cara berpikir pelajaran dalam menanggapi suatu persoalan. Kata tanya seharusnya menunjukkan baktinya kepada orangtua.

2.        Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan kegiatan tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur. Menurut Gulo (2002) metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualirtas interaksi antar peserta didik, tujuannya adalah untuk memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, disamping untuk mempersiapkan dan menyelesaikan keputusan bersama.

Metode diskusi pada dasarnya menekankan partisipasi dan interaksi semua anggota kelompok dalam kegiatan diskusi. Morga (dalam Supriyanto, 2007) menegaskan bahwa diskusi adalah berpartisipasinya sekelompok individu dalam diskusi terhadap suatu masalah yang memerlukan informasi atau tindakan lebih lanjut.

a.        Karakteristik Metode Diskusi
Metode diskusi berbeda dengan metode tanya jawab. Dalam metode diskusi peran guru tidak begitu dominan. Guru biasanya hanya memberikan pengarahan terhadap jalannnya diskusi dan membantu menyimpulkan hasil diskusi yang dilakukan siswa. Karenanya diskusi mengandung unsur-unsur demokratis. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan ide-ide mereka sendiri. 

Setiap siswa diharapkan memberikan sumbangan pendapat sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama, kelompok akan maju dari satu pikiran ke pikiran yang lain, langkah demi langkah sampai pada paham terakhir sebagai hasil karya bersama (Depag, 2001).

b.        Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
1)        Kelebihan metode diskusi;
a)        Peserta didik memperoleh kesempatan untuk berpikir;
b)        Peserta didik mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap, dan aspirasinya secara bebas;
c)        Peserta didik belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya;
d)       Diskusi dapat menumbuhkan partisipasi aktifdikalangan peserta didik;
e)        Diskusi dapat mengembangkan sikap demokratif, dapat menghargai pendapat orang lain; dan
f)         Dengan diskusi, pelajaran menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat sehari-hari.

2)        Kelemahan metode diskusi
a)        Pembicaraan terkadang menyimpang sehingga memerlukan waktu yang panjang;
b)        Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar;
c)        Peserta mendapat informasi yang terbatas;
d)       Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri.

c.         Langkah-Langkah Penggunaan Metode Diskusi
Diskusi yang baik harus direncanakan dan kunci keberhasilan diskusi teletak pada isu atau masalah yang didiskusikan. Pemilihan topik diskusi dapat mempengaruhi keberhasilan diskusi sehingga topik harus dipilih denganbaik (Supriyanto, 2007). 

Ditegaskan pula bahwa secara umum ada beberapa standar penentuan topik masalah yang dapat menjadi masalah yang baik dalam penerapan metode diskusi, diantaranya adalah:
1)        Semua atau sebagian anggota kelompok sangat tertarik dengan masalah yang akan didiskusikan;
2)        Masalah yang dikaji sudah dikenal baik oleh sebagian besar anggota kelompok;
3)        Masalah bersifat jelas dan dimengerti oleh semua anggota kelompok;
4)        Masalah mempunyai tingkat kesulitan yang dapat menumbuhkan diskusi yang berkelanjutan;
5)        Informasi cukup tersedia bagi anggota kelompok untuk memecahkan masalah dengan memuaskan;
6)        Masalah dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang logis;
7)        Masalah merangsang pemikiran yang bermutu.

Supriyanto (2007) menyatakan bahwa ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan metode diskusi, mulai dari perencanaan sampai tindak lanjut diskusi tersebut
1)        Perencanaan diskusi
a)        Tujuan diskusi harus jelas agar arah diskusi lebih terjamin;
b)        Peserta diskusi harus jelas memenuhi persyaratan tertentu dan jumlah disesuaikan dengan sifat diskusi itu sendiri;
c)        Penentuan dan perumusan masalah yang akan didiskusikan harus jelas;
d)       Waktu dan tempat diskusi harus tepat sehingga tidak akan berlarut-larut;

2)        Pelaksanaan diskusi
a)        Membuat struktur kelompok (pemimpin, sekretari, anggota);
b)        Membagi-bagi tugas dalam kelompok;
c)        Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi;
d)       Mencatat ide-ide dan saran-saran yang penting;
e)        Menghargai setiap pendapat yeng diajukan peserta;
f)         Menciptakan situasi yang menyenangkan;

3)        Tindak lanjut diskusi
a)        Membuat hasil-hasil/kesimpulan dari diskusi;
b)        Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi sepenuhnya;
c)        Membuat penilain terhadap pelaksanaan diskusi tersebut untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi yang akan datang.

Diskusi dilakukan dengan penentuan masalah. Masalah yang ditentukan hendaknya yang menarik disekitar kehidupan anak didik, salah satunya adalah materi tentang menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung KPK dan FPB.

d.        Jenis-jenis diskusi
1)        Diskusi panel, yaitu diskusi yang diikuti oleh banyak murid sebagai peserta yang dibagi menjadi peserta aktif  dan peserta tidak aktif. Peserta aktif yaitu peserta yang mengadakan diskusi sedangkan peserta tidak aktif sebagai pendengarnya;

2)        Simposium/forum, yaitu diskusi yang jalan diskusinya seperti diskusi panel namun diakhiri dengan sebuah keputusan. Setiap pembicaraan mengemukakan pendirian dan pandangan yang berbeda serta peserta diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat;

3)        Diskusi seminar, yaitu diskusi yang terdapat jenis pengarahan yang disampaikan yang memberi garis pembicaraannn yang baru disajikan kertas kerja oleh beberapa ahliyang menjadi bahan untukdidiskusikan;

4)        Diskusi lokakarya, yaitu diskusi hasil seminar diturunkan kepada yang bersifat praktias seperti pada kegiatan penulisan modul. Sebelum kegiatan ini dilakukan, dibicarakan dulu dalam lokakarya, terutama cara-cara menulis modul, bahan-bahan tulisannya, serta pemakaian bahasa yang cocok dengan perkembangan peserta didik. Kadang-kadang lokakarya digabung dengan kegiatan penataran dan disebut penlok;

5)        Diskusi formal, yaitu diskusi yang mengikuti cara-cara yang dilakukan dalam rapat-rapat formal seperti pada rapat guru dan kepala sekolah atau pertemuan periodik antara guru dan kepala peserta didik. Dikelas diskusi ini dapat juga dilakukan dengan cara: a) guru menjelaskan permasalahan dihadapkan peserta didik untuk dipecahkan; b) setelah peserta didik memahami permasalahannya, diskusi dimulai, dan setiap peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya; c) pengambilan kesimpulan; d) bila memungkinkan pemimpin diskusi diserahkan kepada peserta didik;

6)        Diskusi kuliah, yaitu diskusi yang dilakukan setelah kuliah selesai, dimulai dari sebuah urutan singkat tentang pokok bahasan, dan berbagai masalah dari uraian itu didiskusikan;

7)        Brainstorming, yaitu diskusi yang dimaksudkan untuk menampung sejumlah pendapat dari para anggota diskusi sebgai bahan pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Semua pendapat tanpa didiskusikan lebih jauh, ditampung saja. Pemimpin diskusi atau pihak yang ditunjuk mencoba memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai pendapat tadi.

3.        Metode Latihan/Drill
a.        Karakteristik Metode Latihan/Drill
Penggunaan istilah “latihan” sering disamakan artinya dengan “ulangan”. Padahal maksudnya berbeda. Latihan dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauhmana dia telah menyerap pengajaran tersebut.

Secara umum, pembelajaran dengan menggunakan metode latihan digunakan agar siswa memiliki kemampuan motoris/gerak seperti menghafal kata-kata, menulis, dan menggunakan alat, mengembangkan kecakapan intelek seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, dan memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan yang lain.

b.        Kelebihan dan Kelemahan Metode Latihan
1)        Kelebihan Metode Latihan
a)        Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan lebih kokoh tertanam dalam daya ingatan siswa karena seluruh pikiran, perasaan, dan kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan;
b)        Anak didik akan dapat mempergunakan daya pikirnya dengan bertambah baik karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur, teliti, dan mendorong daya ingatnya;
c)        Adanya pengawasan, bimbingan, dan koreksi yang segera serta langsung dari guru, memungkinkan siswa untuk melakukan perbaikan kesalahan padawaktu itu juga. Hal ini dapat menghemat waktu belajar disamping itu juga siswa langsung mengetahui prestasinya.

2)        Kelemahan Metode Latihan
a)        Dapat menghambat bakat dan inisiatif murid karena murid lebih banyak dibawa kepada konformitas dan diarahkan kepada uninformitas
b)        Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan;
c)        Membentuk kebiasaan yang baku karena murid lebih banyak ditujukan untuk mendapat kecakapan memberikan renspon secara otomatis, tanpa menggunakan unintelegensia;
d)       Dapat menimbulkan verbalisme karena murid-murid lebih banyak dilatih menghafal soal-soal dan menjawab secara otomatis;
e)        Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri siswa, baik terhadap pelajaran maupun guru.

c.         Langkah-Langkah Metode Latihan
Dalam menerapkan metode drill ini guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
1)        Agar anak didik tidak ragu maka anak didik harus diberikan pengertian dasar dulu tentang materi yang akan diberikan;
2)        Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis. Apabila pada latihan pertama siswa tidak berhasil maka guru mengadakan perbaikan lalu penyempurnaan;
3)        Latihan hendaknya mendahulukan mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna;
4)        Latihan harus diatur sedemikian rupa sehingga latihan itu menarik perhatian anak didik;
5)        Latihan harus relatif singkat tetapi dilakukan pada waktu-waktu tertentu agar tidak terjadi kebosanan;
6)        Latihan hanya untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis;
7)        Latihan hendaknya disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.

D.      Prestasi Belajar
1.        Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Julius S. dalam bukunya Kamus baru Bahasa Indonesia berpendapat bahwa prestasi adalah sebagai suatu kemampuan. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja baik secara individual maupun kelompok dalam bidang tertentu. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan lain sebagainya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang menggembirakan yang dicapai dari suatu tindakan atau kemampuan untuk melaksankan tindakan berprestasi.

Prestasi belajar merupakan hasil dari hasil dan akibat dari sebuah proses belajar, untuk mencapai prestasi belajar, banyak faktor yang mempengaruhinya. Hasil belajar ditandai dengan perubahan diseluruh aspek tingkah laku. Yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh guru. 

Menurut Dra. S. Hartati suradijono (Psikolog), dalam buku Karangan Alex Sobur “Anak Masa Depan”, anak memiliki tingkah laku berprestasi pada umumnya akan menunjukkan empat macam tingkah laku yang dapat membedakan mereka dari anak-anak yang lain:
a.         Dalam berbagai macam situasi, mereka akan menunjukkan usaha yang kuat untuk selalu dapat menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi dengan tuntas.
b.        Mereka umunya mempunyai rasa kompetensi terhadap diri sendiri.
c.         Mereka juga senantiasa bersaing dengan teman-temannya dalam berprestasi.
d.        Mereka berusaha untuk memperlihatkan hasil yang telah diccapainya ada guru dan orangtua.

Dengan mengetahui prestasi belajar anak, kita dapat mengetahui kedudukan anak didalam kelas, apakah anak termasuk kelompok anak pandai, sedang atau kurang. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Slameto mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. 

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor-faktor intern dari dalam diri peserta didik meliputi:

a.         Faktor Jasmani
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan yaitu kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir yang meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh dan kondisi kesehatan fisik meliputi makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.

b.        Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini intelegensi, kemauan, dan bakat.

c.         Faktor kelelahan
Faktor kelelahan yang mempengaruhi pretasi belajar ini meliputi kondisi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Kondisi tubuh yang kelelahan akan mengakibatkan siswa tidak semangat dalam belajar sehingga akan member pengaruh yang buruk pada prestasi siswa. Oleh karena itu, pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa harus dalam keadaan yang fit tidak dalam kondisi yang kelelahan.

Sedangkan faktor ekstern yang berasal dari luar diri peserta didik meliputi:
a.         Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

b.        Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

c.         Faktor lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.

Abin Syamsudin Makmun (1985:62) mengemukakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
a.         Karakteristik siswa (raw input), menunjukkan kepada faktor-faktor yang terdapat kepada diri individu;
b.        Sarana (nstrumental input), menunjukkan kepada dan kualifikasi secara kelengkapan sarana yang diperlukan untuk berlangsungnya proses belajar mengajar;
c.         Environmental input, menunjukkan situasi dan keadaan pisik (kampus, sekolah, iklim, letak sekolah, dan sebagainya.  

2.        Tingkat Keberhasilan
Setiap proses pembelajaran selalu menghasilkan prestasi belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai ditingkat mana prestasi belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan inilah Syaiful Bahri 

Djamarah dan Aswan Zain (2006:107) mengatakan bahwa keberhasilan proses pembelajaran itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah:
1.        Istimewa/maksimal   : apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa;
2.        Baik sekali/optimal   : apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa;
3.        Baik/minimal            : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja yang dikuasai oleh siswa;
4.        Kurang                     : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.




BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A.      Subyek, Tempat, dan Waktu, serta Pihak yang Membantu Penelitian
1.        Subyek Penelitian
Subjek yang diteliti yaitu mata pelajaran matematika dengan topik penggunaan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB serta penyelesaiannya pada kelas V SDN 2 Tebing Suluh Kecamatan Lempuing Kabupaten OKI.

2.        Tempat Penelitian
Tempat diadakannya penelitian ini yaitu SDN 2 Tebing Suluh dengan alamat: Jalan Lintas Timur Desa Tebing Suluh Kecamatan Lempuing Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan.

3.        Waktu Penelitian
Rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika dapat dilihat    pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Waktu Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
No
Siklus
Materi Pokok
Tanggal
1
Siklus I
Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB
23 September 2014
2
Siklus II
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung KPK dan FPB
30 September 2014
3
Siklus III
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung KPK dan FPB
14 Oktober 2014

4.        Pihak yang Membantu Penelitian
Dalam pelaksanaan praktik lapangan, banyak pihak yang terlibat dan membantu dalam Pementapan Kemampuan Profesional (PKP) ini sehingga kegiatan ini dapat dijalankan dengan lancar dan berhasil sesuai dengan tujuan pembelajaran.

B.       Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Desain prosedur perbaikan pembelajaran ini dilakukan sebanyak tiga siklus.  Adapun tiap siklus terdiri dari kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

1.        Siklus I
Pokok bahasan yang diberikan pada perbaikan pembelajaran siklus I sama dengan pokok bahasan pada pra siklus. Perbedaan terlihat pada perencanaan dan proses pelaksanaan pembelajarannya. Dari hasil identifikasi masalah pada pembelajaran awal maka ditemukan beberapa alternatif pemecahan masalah yang dituangkan pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran.

a.         Perencanaan
Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan merencanakan beberapa hal diantaranya:
1)        Merencanakan materi pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi   dan kompetensi dasar;
2)        Merencanakan indikator yang hendak dicapai;
3)        Menjelaskan tujuan pembelajaran;
4)        Menyiapkan pedoman observasi; dan
5)        Menyiapkan lembar observasi.

b.    Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran siklus I pada tanggal 23 September 2014, dengan jumlah siswa 22 terdiri dari 14 siswa laki–laki dan 8 siswa perempuan, berlangsung selama 4 x 35 menit, diamati oleh supervisor 2 yang bernama Untung Markuat, S.Pd, selaku observer yang membantu mengumpulkan data.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:
1)        Memberi penjelasan tentang operasi hitung untuk menentukan KPK dan FPB;
2)        Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya;
3)        Meminta siswa mengisi LKS;
4)        Melakukan observasi pada aktivitas belajar siswa;
5)        Mengadakan evaluasi hasil kerja siswa.
c.    Observasi

Pada tahap ini dilakukan pengamatan perbaikan pembelajaran maka diperoleh temuan bahwa masih banyak siswa yang belum menguasai materi tentang operasi hitung untuk menentukan KPK dan FPB sehingga sebagian siswa tidak dapat menjawab beberapa soal yang diberikan. Untuk itu guru mengambil langkah dengan cara mengelompok siswa menjadi lima kelompok untuk melakukan diskusi.

Lembar Observasi
Siklus I
Mata Pelajaran     : Matematika
Kelas/Semester    : V / 1
Hari/Tanggal        : Selasa, 23 September 2014
Fokus Observasi : Keaktifan Belajar Siswa
No
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
Jumlah siswa
Prosentase (%)
1
Terlibat aktif
12
54,55
2
Terlibat pasif
6
27,27
3
Tidak terlibat
4
18,18
Jumlah
22
100

Keterangan :
1.        Terlibat aktif artinya siswa mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif dalam bertanya dan menjawab petanyaan dengan benar;
2.        Terlibat pasif artinya siswa kurang bersungguh-sungguh tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadaanya saja;
3.        Tidak terlibat artinya siswa duduk dan diam saja tidak mau bertanya dan menjawab pertanyaan.
d.        Refleksi
 Berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat terhadap perbaikan pembelajaran siklus I diperoleh temuan bahwa setelah menggunakan metode tanya jawab, terbukti sebagian besar siswa lebih aktif dan mampu menjawab soal dengan benar, namun prosentase siswa yang terlihat aktif dalam pembelajaran masih dibawah KKM sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus II.
2.    Siklus II
a.    Perencanaan
Perencanaan pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan siklus I, perbedaannya adalah ada beberapa perubahan tindakan sebagai tambahan tindakan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Adapun sistematika rencana tindakannya adalah sebagai berikut:

1)        Membuat rencana perbaikan 2 dengan menggunakan pokok materi tentang menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung KPK dan FPB;
2)        Menyiapkan rencana pembelajaran;
3)        Menyiapkan lembar observasi;
4)        Menyiapkan lembar evaluasi dan penilaian.

b.    Pelaksanaan
Pembelajaran sikus 2 dilaksanakan pada tanggal 30 September 2014 mulai pukul 07.30 sampai dengan pukul 08.40 WIB dengan diamati oleh satu orang observer. Tujuan pelaksanaan perbaikan ini adalah meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pelaksanan perencanaan ini hampir sama dengan pelaksanaan pada siklus I hanya saja penjelasan materi lebih mendalam dengan penggunaan model pembelajaran bervariasi yang terdiri dari metode tanya jawab dan diskusi guna untuk memacu keaktifan siswa. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1.        Menjelaskan  maksud dari metode pembelajaran bervariasi (tanya jawab dan diskusi);
2.        Menjelaskan materi yang berkaitan dengan materi sebelumnya;
3.        Membagi siswa menjadi lima kelompok;
4.        Memberi tugas kelompok untuk menemukan dan menyelesaikan masalah yang diberikan tiap kelompok;
5.        Tiap kelompok menyampaikan hasil kerja kelompok;
6.        Membahas hasil kerja;
7.        Memberi kesempatan untuk bertanya; dan
8.        Guru dan siswa menyimpulkan materi .

c.    Observasi
Tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan dan hasil perbaikan dengan menggunakan lembar observasi dan alat evaluasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan oleh seorang observer yaitu Untung Markuat, S.Pd. Hasil pengamatan pada siklus II merupakan hasil kesimpulan dari perbaikan siklus I, sehingga pengamat dapat menentukan kekurangan dan kelebihan secara detil. Pengamatan siklus II merupakan keberhasilan dari siklus II. Untuk hasil pengamatannya dapat dilihat pada lembar observasi.

Lembar Observasi
Siklus II
Mata Pelajaran     : Matematika
Kelas/Semester   : V / 1
Hari/Tanggal        : Selasa, 30 September 2014
Fokus Observasi : Keaktifan Belajar Siswa
No
Keterlibatan Siswa Dalam Pembelajaran
Jumlah siswa
Prosentase %
1
Terlibat aktif
14
63,64
2
Terlibat pasif
7
31,82
3
Tidak terlibat
1
4,54
Jumlah
22
100
Keterangan :
1.        Terlibat aktif artinya siswa mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif dalam bertanya dan menjawab petanyaan dengan benar;
2.        Terlibat pasif artinya siswa kurang bersungguh-sungguh tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadaanya saja;
3.        Tidak terlibat artinya siswa duduk dan diam saja tidak mau bertanya dan menjawab pertanyaan.
e.         Refleksi

 Berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat terhadap perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh temuan bahwa setelah menggunakan metode yang bervariasi antara metode tanya jawab dan diskusi, terbukti siswa lebih aktif dan mampu menjawab soal dengan benar sehingga prestasi belajar menjadi lebih meningkat dibandingkan dengan siklus I, namun masih kurang 1,36% lagi agar sesuai dengan KKM matematika. Oleh karena itu perlu perbaikan pembelajaran pada siklus III.

3.    Siklus III
Pembelajaran perbaikan siklus III berpijak pada beberapa permasalahan yang teridentifikasi pada perbaikan pembelajaran siklus II. Hasil penilaiannnya adalah keaktifan siswa, hasil tes akhir, dan hasil refleksi guru. Pada perbaikan pembelajaran siklus III langkah–langkah yang akan dilaksanakan terdiri dari:
a.    Perencanaan
Perencanaan pembelajaran pada siklus III hampir sama dengan siklus II, perbedaannya pada siklus III ada beberapa perubahan tindakan sebagai tambahan tindakan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Adapun sistematika rencana tindakannya sebagai berikut:
1)        Membuat rencana perbaikan 3 dengan menggunakan pokok materi tentang menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung KPK dan FPB;
2)        Menyiapkan rencana pembelajaran;
3)        Menyiapkan lembar observasi;
4)        Menyiapkan LKS;
5)        Menyiapkan lembar evaluasi dan penilaian.

b.    Pelaksanaan
Pelaksanaan pada tahap ini hampir sama dengan pelaksanaan pada siklus II hanya saja penjelasan materi lebih mendalam dengan penggunaan model pembelajaran bervariasi yang terdiri dari metode tanya jawab, diskusi dan latihan guna untuk memacu keaktifan siswa. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus III yaitu tanggal 14 Oktober 2014. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah:

c.    Observasi
Tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan dan hasil perbaikan dengan menggunakan lembar observasi dan alat evaluasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan oleh seorang observer yaitu Untung Markuat, S.Pd. Hasil pengamatan pada siklus III merupakan hasil kesimpulan dari perbaikan siklus II, sehingga pengamat dapat menentukan kekurangan dan kelebihan secara detil. Pengamatan siklus III merupakan keberhasilan dari siklus III. Untuk hasil pengamatannya dapat dilihat pada lembar observasi berikut ini.

Lembar Observasi
Siklus III
Mata Pelajaran     : Matematika
Kelas/Semester   : V / 1
Hari/Tanggal        : Selasa, 14 Oktober 2014
Fokus Observasi : Keaktifan Belajar Siswa
No
Keterlibatan Siswa Dalam Pembelajaran
Jumlah siswa
%
1
Terlibat aktif
18
81,82
2
Terlibat pasif
4
18,18
3
Tidak terlibat
0
0
Jumlah
22
100

Keterangan :
1.        Terlibat aktif artinya siswa mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif dalam bertanya dan menjawab petanyaan dengan benar;
2.        Terlibat pasif artinya siswa kurang bersungguh-sungguh tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadaanya saja;
3.        Tidak terlibat artinya siswa duduk dan diam saja tidak mau bertanya dan menjawab pertanyaan.
d.        Refleksi

 Berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat terhadap perbaikan pembelajaran siklus III diperoleh temuan bahwa setelah menggunakan metode yang bervariasi, terbukti siswa lebih aktif dan mampu menjawab soal dengan benar sehingga hasil belajar menjadi lebih meningkat dibandingkan dengan siklus II.

C.   Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis memperoleh data kinerja guru pada saat melakukan kegiatan pembelajaran, partisipasi siswa pada saat mengikuti pembelajaran, dan hasil akhir yang selanjutnya data tersebut dianalisis.  Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel untuk mempermudah dalam membaca dan menyimpulkan indikator keberhasilan pada PTK ini. Menurut Arikunto (1991) dan Fatimah (2008), meningkatnya minat siswa dalam prosentase dikategorikan 76% - 100% minat belajar siswa sangat baik, 51% - 75% minat belajar siswa baik, 26% - 50% minat belajar siswa sedang, dan 15% - 25% minat belajar siswa kurang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.    Hasil Penelitian Siklus I
       Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I berupa dua jenis data yang memuat aktivitas siswa dan data prestasi belajar sebagai pendukung penelitian yang diadakan setelah penelitian siklus I berakhir.
a.    Data Aktifitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa, diperoleh prosentase keaktifan seperti yang terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Prosentase Keaktifan Siswa Pra Siklus dan Siklus I
No
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
Sebelum Perbaikan
Siklus I
Jmh Siswa
%
Jmh Siswa
%
1
Terlibat aktif
8
36,36
12
54,55
2
Terlibat pasif
7
31,82
6
27,27
3
Tidak terlibat
7
31,82
4
18,18
Jumlah
22
100
22
100
Keterangan :
1.        Terlibat aktif artinya siswa mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif dalam bertanya dan menjawab petanyaan dengan benar;
2.        Terlibat pasif artinya siswa kurang bersungguh-sungguh tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadaanya saja;
3.        Tidak terlibat artinya siswa duduk dan diam saja tidak mau bertanya dan menjawab pertanyaan.
Berdasarkan tabel diatas, terlihat  bahwa  jumlah  dan  presentasi  siswa  yang terlibat  aktif  dalam  pembelajaran  sebelum dan sesudah  perbaikan  mengalami peningkatan. Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang terlibat aktif  hanya 8 anak atau 36,36 % kemudian naik menjadi 12 orang atau 54,55 % pada siklus I, peningkatan aktifitas belajar siswa sebelum perbaikan dan setelah perbaikan sikus I akan lebih jelas pada gambar dibawah ini.
Gambar 1
Aktifitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SDN 2 Tebing Suluh Pra Siklus dan Siklus I
b.    Hasil Tes atau Evaluasi
Tabel ini menunjukkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran siklus I
Tabel 3
Hasil Belajar Siswa Sebelum Perbaikan dan Sesudah Perbaikan Pembelajaran pada Siklus I
No
Nama Siswa
Pra Siklus
Siklus I
1
Ahmad Sulaiman
60
80
2
Rahmad Fikri Zakaria
0
0
3
Yola Aulia Fara
0
80
4
Putri Luna
0
60
5
Aprilia Ningsih
0
0
6
Ayu Setia Ningsih
40
80
7
Doni Prayetno
0
60
8
Dian Pratama
80
80
9
Dani Pratama
20
60
10
Intan Arini
0
0
11
Linda Novita Sari
80
80
12
Nanang Kurniawan
80
80
13
Rizka Lafela
60
60
14
Adellia Annurranza Mona
60
60
15
Anang Candra
80
80
16
Akbar Fitra Daryansyah
60
60
17
Dika Andriawan
80
80
18
Dito Andyan
60
80
19
Doni Ardianto
80
80
20
Fredy Pratama
80
80
21
Jaelani
80
100
22
Masyaril Husni
0
0
Nilai > 65
8
12
% Ketuntasan Belajar
36,36
54,55
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam  pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan dari sebelum perbaikan  pembelajaran  dan  setelah perbaikan siklus I.  Jumlah  nilai > 65 hanya  8 siswa atau 36,36% sebelum perbaikan, kemudian meningkat menjadi 12 siswa atau 54,55 % setelah perbaikan siklus I.
Peningkatan   ketuntasan   belajar   siswa   dari    keadaan     sebelum    perbaikan pembelajaran  ke  perbaikan  pembelajaran  siklus  I  lebih   jelas  dilihat  pada    gambar  berikut:
Gambar 2
Ketuntasan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SDN 2 Tebing Suluh Pra Siklus dan Siklus I
Dari  diagram  diatas  tampak  ketuntasan  belajar  siswa  kelas  V  SD Negeri 2 Tebing Suluh meningkat sebelum perbaikan pembelajaran (pra siklus) dan setelah perbaikan pembelajaran (siklus I).
Lembar Pengamatan Terhadap Kinerja Guru pada Siklus I
Mata Pelajaran       : Matematika
Kelas                      : V / I
Hari / Tanggal        : Selasa, 23 September 2014
Fokus Observasi    : Penerapan metode bervariasi: tanya jawab, diskusi, dan latihan.                                
No
Aspek yang diobservasi *)
Kemunculan **)
Komentar ***)
Ada
Tdk ada
1
Tanya Jawab:
·      Menjelaskan faktorisasi prima dan KPK serta FPB
·      Mengajukan pertanyaan
·      Memberikan kesempatan kepada     siswa  untuk   bertanya
·      Memindahkan giliran pertanyaan









Baik

Cukup
Cukup

Cukup
2
Diskusi:
·      Menjelaskan tugas yang harus di kerjakan
·      Membagikan LKS
·      Melakukan supervisi terhadap kegiatan diskusi
·      Memberi bantuan kepada kelompok diskusi







Baik
Baik
Cukup

Cukup
3
Latihan:
·      Menjelaskan metode latihan
·      Memotivasi siswa dalam mengerjakan latihan
·      Membuat kisi-kisi soal, instrumen soal, dan penilaian






Baik
Cukup
Baik

2.    Hasil Penelitian Siklus II
       Hasil perbaikan pembelajaran siklus II tentang keaktifan dalam berdiskusi siswa ditunjukkan pada tebel.
a.         Data Keaktifan Siswa
       Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa, diperoleh prosentase keaktifan seperti yang terdapat pada tabel berikut:
Tabel 4
Prosentase Keaktifan Siswa dalam Metode Pembelajaran Bervariasi Siklus I dan Siklus II
No
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
Siklus I
Siklus II
Jmh Siswa
%
Jmh Siswa
%
1
Terlibat aktif
12
54,55
14
63,64
2
Terlibat pasif
6
27,27
7
31,82
3
Tidak terlibat
4
18,18
1
4,54
Jumlah
22
100
22
100
Keterangan:
1.        Terlibat aktif artinya siswa mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif dalam bertanya dan menjawab petanyaan dengan benar;
2.        Terlibat pasif artinya siswa kurang bersungguh-sungguh tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadaanya saja;
3.        Tidak terlibat artinya siswa duduk dan diam saja tidak mau bertanya dan menjawab pertanyaan.
       Berdasarkan tabel diatas terlihat  bahwa   jumlah   siswa   dan   presentase   yang terlibat aktif dalam pembelajaran siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan. Pada siklus I yang terlibat aktif hanya 12 siswa atau 54,55% mengalami peningkatan menjadi 14 siswa atau  63,64% pada siklus II. Hal ini berarti aktifitas belajar siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SDN 2 Tebing Suluh mengalami peningkatan. Peningkatan aktifitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II  dapat   terlihat pada gambar berikut:
Gambar 3
Aktifitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SDN 2 Tebing Suluh Siklus I dan Siklus II
Hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat terlihat pada tabel berikut:
b.    Hasil Tes  atau evaluasi
Hasil tes yang dilaksanakan diakhir pembelajaran siklus II pada materi ajar yang sama pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5
Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Tebing Suluh setelah Perbaikan
Siklus I dan Siklus II
No
Nama Siswa
Siklus I
Siklus II
1
Ahmad Sulaiman
80
80
2
Rahmad Fikri Zakaria
0
80
3
Yola Aulia Fara
80
80
4
Putri Luna
60
60
5
Aprilia Ningsih
0
0
6
Ayu Setia Ningsih
80
80
7
Doni Prayetno
60
60
8
Dian Pratama
80
80
9
Dani Pratama
60
60
10
Intan Arini
0
80
11
Linda Novita Sari
80
80
12
Nanang Kurniawan
80
80
13
Rizka Lafela
60
60
14
Adellia Annurranza Mona
60
60
15
Anang Candra
80
80
16
Akbar Fitra Daryansyah
60
60
17
Dika Andriawan
80
80
18
Dito Andyan
80
80
19
Doni Ardianto
80
80
20
Fredy Pratama
80
80
21
Jaelani
100
100
22
Masyaril Husni
0
40
Nilai > 65
12
14
% Ketuntasan Belajar
54,55
63,64
       Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn mengalami peningkatan dari siklus1 ke siklus II. Pada siklus I jumlah siswa mencapai ketuntasan atau yang memperoleh nilai > 65 terdapat 12 siswa atau 54,55%, lalu pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 14 siswa atau 63,64%. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar telah tercapai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4
Ketuntasan Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Lembar Pengamatan Terhadap Kinerja Guru pada Siklus II
Mata Pelajaran     : Matematika
Kelas                   : V / I
Hari / Tanggal     : Selasa, 30 September 2014
Fokus Observasi  : Penerapan metode bervariasi: tanya jawab, diskusi, dan latihan.                                
No
Aspek yang diobservasi *)
Kemunculan **)
Komentar ***)
Ada
Tidak ada
1
Tanya Jawab :
·      Menjelaskan faktorisasi prima dan KPK serta FPB
·      Mengajukan pertanyaan
·      Memberikan kesempatan kepada     siswa  untuk   bertanya
·      Memindahkan giliran pertanyaan





Baik

Baik
Baik

Baik
2
Diskusi :
·      Menjelaskan tugas yang harus di kerjakan
·      Membagikan LKS
·      Melakukan supervisi terhadap kegiatan diskusi
·      Memberi bantuan kepada kelompok diskusi









Baik

Baik
Cukup

Cukup
3
Latihan:
·         Menjelaskan metode latihan
·         Memotivasi siswa dalam mengerjakan latihan
·         Membuat kisi-kisi soal, instrumen soal, dan penilaian





Baik
Baik

Baik

3.        Hasil Penelitian Siklus III
a.         Data Keaktifan Siswa
       Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa, diperoleh prosentase keaktifan seperti yang terdapat pada tabel berikut:
Tabel 6
Prosentase Keaktifan Siswa dalam Metode Pembelajaran Bervariasi Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
No
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Jmh Siswa
%
Jmh Siswa
%
Jmh Siswa
%
1
Terlibat aktif
12
54,55
14
63,64
18
81,82
2
Terlibat pasif
6
27,27
7
31,82
4
18,18
3
Tidak terlibat
4
18,18
1
4,54
0
0
Jumlah
22
100
22
100
22
100
Keterangan:
1.        Terlibat aktif artinya siswa mengikuti pembelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif dalam bertanya dan menjawab petanyaan dengan benar;
2.        Terlibat pasif artinya siswa kurang bersungguh-sungguh tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadaanya saja;
3.        Tidak terlibat artinya siswa duduk dan diam saja tidak mau bertanya dan menjawab pertanyaan.
       Berdasarkan tabel diatas terlihat  bahwa   jumlah   siswa   dan   presentase   yang terlibat aktif dalam pembelajaran siklus I, siklus II, dan siklus III menunjukkan peningkatan. Pada siklus I yang terlibat aktif hanya 12 siswa atau 54,55% mengalami peningkatan menjadi 14 siswa atau  63,64% pada siklus II, dan pada siklus III mengalami peningkatan pula menjadi 18 siswa atau 81,82%. Hal ini berarti aktifitas belajar siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SDN 2 Tebing Suluh mengalami peningkatanyang signifikan. Peningkatan aktifitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II  dapat   terlihat pada gambar berikut:
Gambar 5
Aktifitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SDN 2 Tebing Suluh Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat terlihat pada tabel berikut:
b.    Hasil Tes  atau evaluasi
Hasil tes yang dilaksanakan diakhir pembelajaran siklus II pada materi ajar yang sama pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7
Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Tebing Suluh setelah Perbaikan
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
No
Nama Siswa
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1
Ahmad Sulaiman
80
80
80
2
Rahmad Fikri Zakaria
0
80
80
3
Yola Aulia Fara
80
80
80
4
Putri Luna
60
60
80
5
Aprilia Ningsih
0
0
60
6
Ayu Setia Ningsih
80
80
80
7
Doni Prayetno
60
60
80
8
Dian Pratama
80
80
80
9
Dani Pratama
60
60
60
10
Intan Arini
0
80
80
11
Linda Novita Sari
80
80
80
12
Nanang Kurniawan
80
80
80
13
Rizka Lafela
60
60
60
14
Adellia Annurranza Mona
60
60
80
15
Anang Candra
80
80
80
16
Akbar Fitra Daryansyah
60
60
60
17
Dika Andriawan
80
80
80
18
Dito Andyan
80
80
80
19
Doni Ardianto
80
80
80
20
Fredy Pratama
80
80
80
21
Jaelani
100
100
100
22
Masyaril Husni
0
40
80
Nilai > 65
12
14
18
% Ketuntasan Belajar
54,55
63,64
81,82
       Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika mengalami peningkatan dari siklus1 ke siklus II, bahkan ke siklus III.
       Pada siklus I jumlah siswa yang mencapai ketuntasan atau yang memperoleh nilai > 65 terdapat 12 siswa atau 54,55%, lalu pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 14 siswa atau 63,64%, selanjutnya 18 siswa atau 81,82% pada siklus III. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus III ini ketuntasan belajar telah tercapai dengan predikat sangat baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 6
Ketuntasan Siswa pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Lembar Pengamatan Terhadap Kinerja Guru pada Siklus III
Mata Pelajaran    : Matematika
Kelas                   : V / I
Hari / Tanggal     : Selasa, 14 Oktober 2014
Fokus Observasi  : Penerapan metode bervariasi: tanya jawab, diskusi, dan latihan.                                
No
Aspek yang diobservasi *)
Kemunculan *)
Komntr *)
Ada
Tdk ada
1
Tanya Jawab :
·      Menjelaskan faktorisasi prima dan KPK serta FPB
·      Mengajukan pertanyaan
·      Memberikan kesempatan kepada     siswa  untuk   bertanya
·      Memindahkan giliran pertanyaan





Baik

Baik
Baik

Baik
2
Diskusi :
·      Menjelaskan tugas yang harus di kerjakan
·      Membagikan LKS
·      Melakukan supervisi terhadap kegiatan diskusi
·      Memberi bantuan kepada kelompok diskusi







Baik
Baik
Cukup

Cukup
3
Latihan:
·         Menjelaskan metode latihan
·         Memotivasi siswa dalam mengerjakan latihan
·         Membuat kisi-kisi soal, instrumen soal, dan penilaian




Baik
Baik
Baik

c.    Hasil refleksi
         Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran matematika Kelas V SDN 2 Tebing Suluh diketahui bahwa sebelum  perbaikan  pembelajaran  siswa  yang  terlihat  aktif  hanya  8 siswa  atau 36,4 % dan siswa yang memperoleh nilai  >  65 hanya 8 siswa atau  36,36 % dari siswa yang mengikuti proses pembelajaran.

B.       Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
       Berdasarkan  pengamatan  terhadap  perbaikan pembelajaran pada siklus I, silkus II, dan siklus III diperoleh temuan  bahwa  dengan menggunakan metode bervariasi yang terdiri atas metode tanya jawab, diskusi, dan latihan yang baik pada mata pelajaran matematika di kelas V SDN 2 Tebing Suluh Kecamatan Lempuing Kabupaten OKI dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan signifikan, dapat terlihat sesuai dengan tabel berikut ini.
Tabel 8
Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 2 Tebing Suluh pada Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
No
Nama Siswa
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1
Ahmad Sulaiman
60
80
80
80
2
Rahmad Fikri Zakaria
0
0
80
80
3
Yola Aulia Fara
0
80
80
80
4
Putri Luna
0
60
60
80
5
Aprilia Ningsih
0
0
0
60
6
Ayu Setia Ningsih
40
80
80
80
7
Doni Prayetno
0
60
60
80
8
Dian Pratama
80
80
80
80
9
Dani Pratama
20
60
60
60
10
Intan Arini
0
0
80
80
11
Linda Novita Sari
80
80
80
80
12
Nanang Kurniawan
80
80
80
80
13
Rizka Lafela
60
60
60
60
14
Adellia Annurranza Mona
60
60
60
80
15
Anang Candra
80
80
80
80
16
Akbar Fitra Daryansyah
60
60
60
60
17
Dika Andriawan
80
80
80
80
18
Dito Andyan
60
80
80
80
19
Doni Ardianto
80
80
80
80
20
Fredy Pratama
80
80
80
80
21
Jaelani
80
100
100
100
22
Masyaril Husni
0
0
40
80
Nilai > 65
8
12
14
18
% Ketuntasan Belajar
36,36
54,55
63,64
81,82