BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
1.
Identifikasi Masalah
Memasuki era
globalisasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi
menjadikan mata pelajaran matematika sangat penting sekali. Mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Mata
pelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
meliputi aspek-aspek Bilangan, Geometri dan Pengukuran. Dalam pembelajaran di sekolah untuk
keperluan penyampaian obyek-obyek matematika yang abstrak kepada peserta didik,
diperlukan suatu sistem penyampaian obyek matematika.
Oleh karena itu dalam pengajaran matematika dapat dilakukan berbagai upaya untuk merancang, memilih, dan melakukan berbagai pendekatan atau metode mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Komunikasi matematika perlu menjadi fokus perhatian yang utama dalam pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi peserta didik dapat mengkoordinasi dan mengkonsolidasi berpikir matematisnya. Karena metematika mempunyai potensi yang sangat baik dalam memacu terjadinya pengembangan ilmu maupun dalam mempersiapkan warga masyarakat yang mampu mengantisipasi perkembangan zaman.
Oleh karena itu dalam pengajaran matematika dapat dilakukan berbagai upaya untuk merancang, memilih, dan melakukan berbagai pendekatan atau metode mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Komunikasi matematika perlu menjadi fokus perhatian yang utama dalam pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi peserta didik dapat mengkoordinasi dan mengkonsolidasi berpikir matematisnya. Karena metematika mempunyai potensi yang sangat baik dalam memacu terjadinya pengembangan ilmu maupun dalam mempersiapkan warga masyarakat yang mampu mengantisipasi perkembangan zaman.
Namun pada
kenyataannya pembelajaran matematika di SD Negeri 2 Tebing Suluh khususnya kelas
5, mata pelajaran matematika masih menjadi mata pelajaran yang menakutkan,
karena pola pikir anak pedesaan yang memandang bahwa pembelajaran matematika
adalah sesuatu hal yang sulit, mereka dituntut untuk mampu berhitung,
menghapal, sampai memecahkan masalah tentang sebuah hal yang pasti dengan
jawaban yang pasti juga atau tidak dapat dikarang.
Disamping itu,
dalam proses pembelajaran guru masih terpaku pada proses pembelajaran yang
konvensional, mereka menganggap bahwa anak didik adalah seseorang yang harus
ditakut-takuti agar guru dihormati. Pada dasarnya guru khususnya di SD Negeri 2 Tebing Suluh belum
sepenuhnya memahami tentang pola pembelajaran yang baik yang mengarah kepada
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Guru di SD Negeri 2 Tebing Suluh belum
memahami pendekatan pemecahan masalah yang merupakan fokus dalam pembelajaran
matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah
terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara
penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu
dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika,
menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.
2.
Analisis Masalah
Berdasarkan
hasil diskusi dan tanya jawab dengan supervisor 2 dan teman sejawat dapat
diketahui bahwa rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor
yang menyebabkan sebagian siswa kurang menguasai materi yang diajarkan antara
lain:
a.
Guru
menggunakan metode yang kurang tepat
b.
Guru
mengajarkan terlalu monoton
c.
Guru
tidak memberikan kesempatan pada siswa
d.
Guru
kurang menguasai cara menggunakan metode
e.
Siswa
merasa bosan dengan metode yang digunakan
f.
Model
yang digunakan kurang tepat
3.
Alternatif dan Prioritas Pemecahan
Masalah
Berdasarkan analisis masalah tersebut,
penulis menggunakan beberapa alternatif pemecahan masalah atau tindakan
perbaikan yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode yang bervariasi dalam
pembelajaran matematika pada pokok bahasan menggunakan faktor prima dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
operasi hitung KPK dan FPB siswa kelas V SD Negeri 2 Tebing Suluh Kecamatan Lempuing Kabupaten OKI
dapat meningkat secara signifikan.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka
permasalahan dapat dikemukakan dengan “bagaimana
meningkatkan prestasi
belajar siswa materi KPK dan FPB dengan metode variasi di kelas V
SDN 2 Tebing Suluh Kecamatan Lempuing Kabupaten OKI ?.
C. Tujuan
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripdikan peningkatkan
prestasi belajar siswa materi KPK dan FPB dengan metode variasi di kelas V
SDN 2 Tebing Suluh Kecamatan Lempuing Kabupaten OKI.
D. Manfaat Penelitian
Perbaikan Pembelajaran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat yang berarti khususnya dalam pembelajaran matematika pada jenjang
MI/SD.
1.
Bagi Peserta Didik
a.
Untuk
meningkatkan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar;
b.
Siswa
akan lebih dapat menguasai materi yang disampaikan;
c.
Meningkatkan
kualitas pembelajaran yang dikelola di kelas;
d.
Prestasi belajar siswa lebih
meningkat.
2.
Bagi Guru
a.
Dapat
menambah pengetahuan mengenai metode pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan
meningkatkan sistem pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang dihadapi
baik oleh peserta didik maupun guru dalam pembelajaran dapat diminimalkan;
b.
Membentuk
guru yang professional.
3.
Bagi Sekolah
a.
Memperbaiki
metode
pembelajaran yang selama dianggap
kurang tepat;
b.
Mutu dan kualitas siswa dimasa
mendatang, sesuai dengan visi dan misi sekolah yang bersangkutan;
c.
Dapat
meningkatkan hasil evaluasi pada
mata pelajaran matematika sesuai dengan KKM sekolah;
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam
kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam
waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan pengajaran yang
diberikan oleh guru juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan
ada pula yang lambat dalam menerima pengajaran. Faktor intelegensi mempengaruhi
daya serap anak didik terhadap bahan pengajaran yang diberikan oleh guru. Cepat
lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pengajaran yang diberikan
menghendaki pemberian waktu yang bervariasi sehingga penguasaan penuh dapat
terjadi.
Terhadap
perbedaan daya serap anak didik sebagaiman tersebut diatas memerlukan strategi
pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu jawabannya. Untuk sekelompok anak
didik boleh jadi mereka mudah menyerap bahan pengajaran bila guru menggunakan
metode tanya jawab, tetapi untuk sekelompok anak didik yang lain mereka lebih
mudah menyerap bahan pengajaran bila guru menggunakan metode latihan atau
diskusi.
Oleh
karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Dra. Roestiyah, N.K.
(1989:1) guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara
efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah
untukmemiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau
biasanya disebut dengan metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar
adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Untuk
memilih metode mengajar tidak bisa sembarangan, banyak faktor yang
mempengaruhinya dan patut dipertimbangkan. Misalnya seperti yang dikemukakan
oleh Winarno Surakhmad (1979), yaitu sebagai berikut:
1.
Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsiya;
2.
Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya;
3.
Situasi dengan berbagai keadaannya;
4.
Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya;
5.
Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.
Karena
banyaknya mata pelajaran maka tujuan untuk setiap mata pelajaran pun berbeda-beda pula. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan adanya metode
mengajar yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam
kegiatan proses belajar mengajar seorang pendidik memerlukan penggunaan metode
yang bervariatif. Pemilihan metode tersebut harus disesuaikan dengan tujuan, anak didik, situasi, dan fasilitas yang mendukung.
Kasinyo Harto
dan Abdurrahmansyah,
(2009:49) mengemukakan bahwa metode
berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang ditentukan, metode dapat juga diartikan sebagai cara
yang digunakan pendidik dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada
saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode pembelajaran merupakan
alat dan wasilah untuk mengantarkan pesan yang akan disampaikan kepada peserta
didik dalam proses belajar mengajar.
Menurut Udin S. Winataputra (2004:4), metode mengajar
merupakan cara atau teknik yang digunakan pendidik dalam melakukan interaksi
dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Bukhari Umar (2010:180) menyebutkan
bahwa metode adalah jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan
tertentu, sedangkan mengajar adalah menyajikan atau menyampaikan pelajaran.
Jadi, metode mengajar berarti suatu jalan atau cara yang harus dilalui untuk
menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran.
Pendapat Sunhaji (2009:39) menyebutkan metode
adalah jalan yang harus dilalui, cara melakukan sesuatu atau prosedur.
Sedangkan mengajar memiliki pengertian aktivitas guru untuk menciptkan
lingkungan belajar yang baik bagi siswa. Dengan demikian metode pembelajaran
adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan guru atau
instruktur agar pelajaran dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa
dengan baik.
Dari pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar merupakan cara atau teknik yang digunakan
pendidik dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung agar materi atau pelajaran yang disampaikan dapat diserap,
dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar. Menurut Udin S. Winataputra (2004:4.4) prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya:
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar. Menurut Udin S. Winataputra (2004:4.4) prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya:
1.
Metode
mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih
jauh terhadap materi Pelajaran (curiosity);
2.
Metode
mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang
kreatif dalam aspek seni;
3.
Metode
mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah;
4.
Metode
mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji kebenaran sesuatu
(sikap skeptis);
5.
Metode
mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (berinkuiri) terhadap sesuatu topik permasalahan;
6.
Metode
mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak;
7.
Metode
mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri (independent study);
8.
Metode
mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama (cooperative learning);
9.
Metode
mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajarnya.
B.
Kedudukan Metode dalam Kegiatan
Pembelajaran
Salah satu keterampilan pendidik yang
memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran menurut Drs. Syaiful
Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain
(1997:72) adalah ketrampilan memilih
metode.
Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha pendidik dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara optimal, oleh karena itu salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami pendidik adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu kompenen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan, diantaranya adalah sebagai berikut:
Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha pendidik dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara optimal, oleh karena itu salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami pendidik adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu kompenen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Sebagai
alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran;
2.
Sebagai
strategi pengajaran;
3.
Sebagai
alat untuk mencapai tujuan.
Metode
pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu:
1.
Aspek
penyampaian pesan. Dari aspek ini metode pembelajaran dapat diklasifikasikan
atas metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, eksperimen, tugas, dan kerja
kelompok;
2.
Aspek
Pendekatan Pengajaran diklasifikasikan dalam beberapa jenis metode yaitu: problem solving, inquiry, discovey,
teknik klarifikasi nilai, role playing
dan, simulasi;
3.
Aspek
pengorganisasian siswa diklasifikasikan menjadi metode karyawisata, kerja
kelompok, diskusi dan, metode proyek/unit.
C.
Macam-Macam Metode Mengajar
1.
Metode Tanya Jawab
a.
Karakteristik Metode Tanya Jawab
Metode
tanya jawab merupakan suatu metode pembelajaran yang menekankan pada cara
penyampaian materi pembelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan
dan peserta didik memberikan jawaban. Metode ini dimaksudkan untuk meninjau
pelajaran yang lalu agar peserta didik memusatkan lagi perhatiannya tentang
sejumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga dapat melanjutkan pada pelajaran
berikutnya. Metode ini dapat merangsang perhatian anak didik, dapat digunakan
sebagai persepsi, selingan, dan evaluasi (Pandie, 1984:79).
Metode
tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada
guru.
Metode
tanya jawab merupakan salah satu metode mengajar yang dapat membantu berbagai kekurangan
yang terdapat pada metode ceramah. Melalui metode ini guru dapat memperoleh
gambaran sejauhmana peserta didik dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa
yang telah diceramahkan (Daradjad, 2001).
Anak
didik juga akan turut berpartisipasi aktif, yang biasanya kurang mencurahkan
perhatiannya terhadap pelajaran yang diajarkan melalui metode ceramah akan
berhati-hati terhadap pelajaran yang akan diajarkan melalui metode tanya jawab.
Sebab, anak didik tersebut sewaktu-waktu akan mendapat giliran untuk menjawab
suatu pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Metode
tanya jawab ini tidak dapat digunakan sebagi tolak ukur untuk menetapkan kadar
pengetahuan setiap ank didik dalam suatu kelas., karena metode ini tidak
memberi kesempatan yang sama pada setiap siswa untuk menjawab pertanyaan. Metode
tanya jawab ini dapat dipaki guru untuk menetapkan pikiran secara umum apakah
anak didik yang mendapat giliran pertanyaan sudah memahami bahan pelajaran yang
diberikan.
Secara umum metode tanya jawab ini berguna
untuk mencapai banyak tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1)
Mengetahui penguasaan siswa terhadap pengetahuan yang telah lalu agar guru
dapat menghubungkannya dengan topik bahasan yang baru atau memeriksa
efektivitas pengajaran yang dijalaninya;
2)
Menguatkan pengetahuan dan gagasan pada pelajaran dengan memberi kesempatan
untuk mengajukan persoalan yang belum dipahami dan guru mengulang bahan
pelajaran yang berkaitan dengan persoalan tersebut;
3)
Memotivasi siswa untuk berbuat, mengajukan kebenaran, danmembangkitkan
semangat untuk maju.
Namun
demikian, bukan berarti dalam pelaksanaanya metode ini tidak menghadapi banyak
kendala. Beberapa persoalan dapat terjadi dalam metode tanya jawab,
diantaranya:
1)
Segi kecepatan menuangkan bahan pelajaran;
Metode
tanya jawab dari segi kepastian lebih tajam, karena guru memberikan pertanyaan
untuk suatu jawaban tertentu, dan guru dapat mengetahui dengan segera apakah
anak didiknya mengerti atau tidak. Jika terjadi yang demikian maka guru dapat
segera menjelaskan kembali segi-segi yang belum dipahami oleh anak didik.
2)
Dapat terjadi penyimpangan dari pokok persoalan;
Guru dalam melaksanakan tanya jawab lebih besar
kemungkinan menyimpang dari pokok-pokok persoalan. Hal ini dapat terjadi
apabila anak didik memberikan jawaban. Lalu berbalik mengajukan pertanyaan yang
menimbulkan masalah-masalah baru diluar yang sedang dibicarakan.
3)
Dapat terjadi perbedaan pendapat antara anak didik dan guru.
Dengan adanya tanya jawab kemungkinan jawaban anak didik
berbeda dengan yang diinginkan oleh guru. Apabila guru menyatakan salah terhadap
jawaban anak didik maka anak didik yang berani cenderung memperhatikan
jawabannya, apabila anak didik yang bersangkutan sanggup mengajukan pertanyaan
itu mempunyai banyak kemungkinan jawaban. Disinilah akan timbul perbedaan
pendapat antara guru dan anak didik.
b.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanta
Jawab
1)
Kelebihan Metode Tanya Jawab
a)
Pertanyaan dapat menarik an memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika
itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang rasa kantuknya;
b)
Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir termasuk daya
ingatan;
c)
Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan
mengemukakan pendapat.
2)
Kekurangan Metode Tanya Jawab
a)
Siswa merasa takut apalagi bila guru kurang dapat mendorong siswa untuk
berani dengan menciptakan suasana yang tidak tegang melainkan akrab;
b)
Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan
mudah dipahami siswa;
c)
Waktu sering banyak terbuang terutama apabila siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan sampai dua atau tiga orang;
d)
Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan
pertanyaan kepada setiap siswa.
c.
Langkah-Langkah Penggunaan Metode Tanya
Jawab
Metode
tanya jawab ini memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan
siswa, bisa dalam bentuk bertanya dan siswa menjawb, bisa pula siswa bertanya
dan guru menjawab. Hubungan antara guru dan siswa merupakan hubungan timbal
balik secara langsung (Depag, 2001).
Beberapa
teknik pertanyaan dalam metode tanya jawab hendaknya dirumuskan dengan jelas,
tegas, dan terbatas, sehingga tidak menimbulkan keraguan pada siswa.
1)
Pertanyaan dalam kalimat panjang sering menimbulkan siswa lupa akan ujung
pangkalnya;
2)
Pertanyaan hendaknya diajukan pada kelas sebelum menunjuk siswa untuk menjawabnya;
3)
Memberi kesempatan yang cukup kepada siswa untuk memikirkan jawaban;
4)
Guru hendaknya menghargai jawaban ataupun pertanyaan siswa;
5)
Distribusi pertanyaan hendaknya merataagar semua siswa merasa diperhatikan
oleh guru dan tidak ada yang merass tidak diperhatikan oleh guru dan tidak ada
yang merasa dianaktirikan karena tidak diberi kesempatan untuk menjawab
pertanyaan;
6)
Hendaknya guru tidak mengulang jawaban siswa;
7)
Membuat ringkasan hasil tanya jawab sehingga memperoleh pengetahuan secara
sistemik.
Untuk menghindari sesuatu yang dapat terjadi dalam metode tanya jawab terutama yang bersifat negatif maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)
Pertanyaan harus singkat, jelas, dan merangsang berpikir siswa;
2)
Pertanyaan disesuaikan dengan kecerdasan dan kemampuan anak didik yang
menerima pertanyaan;
3)
Memerlukan jawaban dalam bentuk kalimat atau uaraian kecuali yang bersifat
obyektif tes dalam menggunakan ya atau tidak;
4)
Usahakan pertanyaan yang mempunyai jawaban pasti, bukan jawaban yang
mempunyai jawaban beberapa alternatif.
Dalam
mengeluarkan setiap pertanyaan, hendaknya guru harus mempunyai tujuan yang
jelas untuk apa pertanyaan itu dikemukakan dan kapan hendaknya hal itu
dilakukan. Dilihat dari waktu penyampaiannya, pertanyaan dapat dibagi menjadi
tiga yaitu sebagai berikut:
1)
Pertanyaan awal pelajaran, yaitu pertanyaan pendahuluan yang dimaksudkan
untuk menghubungkan pengetahuan yang telah lalu dengan pengetahuan yang baru,
merangsang minat siswa untuk menerima pelajaran baru, dan memusatkan perhatian mereka
kepada pelajaran;
2)
Pertanyaan ditengah-tengah berlangsungnya proses belajar mengajar, yaitu
pertanyaan dimaksudkan untuk mendiskusikan bagian-bagian pelajaran yang menarik
sebagai fakta baru;
3)
Pertanyaan akhir pelajaran, pelajaran penutup yang dimaksudkan untuk
mengulang, menghubungkan bagian-bagian topik bahasan, dan menarik kesimpulan
pelajaran sehingga siswa dapat memahami pelajaran dengan mudah.
Sementar itu, dilihat dari sasaran pertanyaannya, pertanyaan
tersebut dapat dibagi menjadi:
1)
Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauhmana pengetahuan
sudah dikuasi oleh siswa;
2)
Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauhmana cara
berpikir pelajaran dalam menanggapi suatu persoalan. Kata tanya seharusnya menunjukkan
baktinya kepada orangtua.
2.
Metode Diskusi
Metode
diskusi merupakan kegiatan tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur
pengalaman secara teratur. Menurut Gulo (2002) metode diskusi merupakan metode
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualirtas interaksi antar peserta
didik, tujuannya adalah untuk memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas
dan lebih teliti tentang sesuatu, disamping untuk mempersiapkan dan
menyelesaikan keputusan bersama.
Metode
diskusi pada dasarnya menekankan partisipasi dan interaksi semua anggota
kelompok dalam kegiatan diskusi. Morga (dalam Supriyanto, 2007) menegaskan
bahwa diskusi adalah berpartisipasinya sekelompok individu dalam diskusi
terhadap suatu masalah yang memerlukan informasi atau tindakan lebih lanjut.
a.
Karakteristik Metode Diskusi
Metode
diskusi berbeda dengan metode tanya jawab. Dalam metode diskusi peran guru
tidak begitu dominan. Guru biasanya hanya memberikan pengarahan terhadap
jalannnya diskusi dan membantu menyimpulkan hasil diskusi yang dilakukan siswa.
Karenanya diskusi mengandung unsur-unsur demokratis. Siswa diberi kesempatan
untuk mengemukakan ide-ide mereka sendiri.
Setiap siswa diharapkan memberikan sumbangan pendapat sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama, kelompok akan maju dari satu pikiran ke pikiran yang lain, langkah demi langkah sampai pada paham terakhir sebagai hasil karya bersama (Depag, 2001).
Setiap siswa diharapkan memberikan sumbangan pendapat sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama, kelompok akan maju dari satu pikiran ke pikiran yang lain, langkah demi langkah sampai pada paham terakhir sebagai hasil karya bersama (Depag, 2001).
b.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
1)
Kelebihan metode diskusi;
a)
Peserta didik memperoleh kesempatan untuk berpikir;
b)
Peserta didik mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap, dan
aspirasinya secara bebas;
c)
Peserta didik belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya;
d)
Diskusi dapat menumbuhkan partisipasi aktifdikalangan peserta didik;
e)
Diskusi dapat mengembangkan sikap demokratif, dapat menghargai pendapat
orang lain; dan
f)
Dengan diskusi, pelajaran menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat
sehari-hari.
2)
Kelemahan metode diskusi
a)
Pembicaraan terkadang menyimpang sehingga memerlukan waktu yang panjang;
b)
Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar;
c)
Peserta mendapat informasi yang terbatas;
d)
Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau ingin
menonjolkan diri.
c.
Langkah-Langkah Penggunaan Metode
Diskusi
Diskusi yang baik harus direncanakan dan kunci
keberhasilan diskusi teletak pada isu atau masalah yang didiskusikan. Pemilihan
topik diskusi dapat mempengaruhi keberhasilan diskusi sehingga topik harus
dipilih denganbaik (Supriyanto, 2007).
Ditegaskan pula bahwa secara umum ada beberapa standar penentuan topik masalah yang dapat menjadi masalah yang baik dalam penerapan metode diskusi, diantaranya adalah:
Ditegaskan pula bahwa secara umum ada beberapa standar penentuan topik masalah yang dapat menjadi masalah yang baik dalam penerapan metode diskusi, diantaranya adalah:
1)
Semua atau sebagian anggota kelompok sangat tertarik dengan masalah yang
akan didiskusikan;
2)
Masalah yang dikaji sudah dikenal baik oleh sebagian besar anggota kelompok;
3)
Masalah bersifat jelas dan dimengerti oleh semua anggota kelompok;
4)
Masalah mempunyai tingkat kesulitan yang dapat menumbuhkan diskusi yang
berkelanjutan;
5)
Informasi cukup tersedia bagi anggota kelompok untuk memecahkan masalah
dengan memuaskan;
6)
Masalah dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang logis;
7)
Masalah merangsang pemikiran yang bermutu.
Supriyanto
(2007) menyatakan bahwa ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
menggunakan metode diskusi, mulai dari perencanaan sampai tindak lanjut diskusi
tersebut
1)
Perencanaan diskusi
a)
Tujuan diskusi harus jelas agar arah diskusi lebih terjamin;
b)
Peserta diskusi harus jelas memenuhi persyaratan tertentu dan jumlah
disesuaikan dengan sifat diskusi itu sendiri;
c)
Penentuan dan perumusan masalah yang akan didiskusikan harus jelas;
d)
Waktu dan tempat diskusi harus tepat sehingga tidak akan berlarut-larut;
2)
Pelaksanaan diskusi
a)
Membuat struktur kelompok (pemimpin, sekretari, anggota);
b)
Membagi-bagi tugas dalam kelompok;
c)
Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi;
d)
Mencatat ide-ide dan saran-saran yang penting;
e)
Menghargai setiap pendapat yeng diajukan peserta;
f)
Menciptakan situasi yang menyenangkan;
3)
Tindak lanjut diskusi
a)
Membuat hasil-hasil/kesimpulan dari diskusi;
b)
Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi sepenuhnya;
c)
Membuat penilain terhadap pelaksanaan diskusi tersebut untuk dijadikan
bahan pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi yang akan datang.
Diskusi
dilakukan dengan penentuan masalah. Masalah yang ditentukan hendaknya yang menarik
disekitar kehidupan anak didik, salah satunya adalah materi tentang
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung KPK dan FPB.
d.
Jenis-jenis diskusi
1)
Diskusi panel, yaitu diskusi yang diikuti oleh banyak murid sebagai peserta
yang dibagi menjadi peserta aktif dan
peserta tidak aktif. Peserta aktif yaitu peserta yang mengadakan diskusi
sedangkan peserta tidak aktif sebagai pendengarnya;
2)
Simposium/forum, yaitu diskusi yang jalan diskusinya seperti diskusi panel
namun diakhiri dengan sebuah keputusan. Setiap pembicaraan mengemukakan
pendirian dan pandangan yang berbeda serta peserta diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat;
3)
Diskusi seminar, yaitu diskusi yang terdapat jenis pengarahan yang
disampaikan yang memberi garis pembicaraannn yang baru disajikan kertas kerja
oleh beberapa ahliyang menjadi bahan untukdidiskusikan;
4)
Diskusi lokakarya, yaitu diskusi hasil seminar diturunkan kepada yang
bersifat praktias seperti pada kegiatan penulisan modul. Sebelum kegiatan ini
dilakukan, dibicarakan dulu dalam lokakarya, terutama cara-cara menulis modul,
bahan-bahan tulisannya, serta pemakaian bahasa yang cocok dengan perkembangan
peserta didik. Kadang-kadang lokakarya digabung dengan kegiatan penataran dan
disebut penlok;
5)
Diskusi formal, yaitu diskusi yang mengikuti cara-cara yang dilakukan dalam
rapat-rapat formal seperti pada rapat guru dan kepala sekolah atau pertemuan
periodik antara guru dan kepala peserta didik. Dikelas diskusi ini dapat juga
dilakukan dengan cara: a) guru menjelaskan permasalahan dihadapkan peserta
didik untuk dipecahkan; b) setelah peserta didik memahami permasalahannya,
diskusi dimulai, dan setiap peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya; c) pengambilan kesimpulan; d) bila memungkinkan pemimpin diskusi diserahkan
kepada peserta didik;
6)
Diskusi kuliah, yaitu diskusi yang dilakukan setelah kuliah selesai,
dimulai dari sebuah urutan singkat tentang pokok bahasan, dan berbagai masalah
dari uraian itu didiskusikan;
7)
Brainstorming, yaitu diskusi yang dimaksudkan untuk menampung sejumlah
pendapat dari para anggota diskusi sebgai bahan pemecahan masalah yang sedang
dihadapi. Semua pendapat tanpa didiskusikan lebih jauh, ditampung saja.
Pemimpin diskusi atau pihak yang ditunjuk mencoba memecahkan masalah dengan menggunakan
berbagai pendapat tadi.
3.
Metode Latihan/Drill
a.
Karakteristik Metode Latihan/Drill
Penggunaan
istilah “latihan” sering disamakan artinya dengan “ulangan”. Padahal maksudnya
berbeda. Latihan dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat
menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanyalah
untuk sekedar mengukur sejauhmana dia telah menyerap pengajaran tersebut.
Secara
umum, pembelajaran dengan menggunakan metode latihan digunakan agar siswa
memiliki kemampuan motoris/gerak seperti menghafal kata-kata, menulis, dan
menggunakan alat, mengembangkan kecakapan intelek seperti mengalikan, membagi,
menjumlahkan, dan memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan
dengan yang lain.
b.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Latihan
1)
Kelebihan Metode Latihan
a)
Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan
lebih kokoh tertanam dalam daya ingatan siswa karena seluruh pikiran, perasaan,
dan kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan;
b)
Anak didik akan dapat mempergunakan daya pikirnya dengan bertambah baik
karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur,
teliti, dan mendorong daya ingatnya;
c)
Adanya pengawasan, bimbingan, dan koreksi yang segera serta langsung dari
guru, memungkinkan siswa untuk melakukan perbaikan kesalahan padawaktu itu juga.
Hal ini dapat menghemat waktu belajar disamping itu juga siswa langsung
mengetahui prestasinya.
2)
Kelemahan Metode Latihan
a)
Dapat menghambat bakat dan inisiatif murid karena murid lebih banyak dibawa
kepada konformitas dan diarahkan kepada uninformitas
b)
Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan berulang-ulang merupakan hal yang
monoton, mudah membosankan;
c)
Membentuk kebiasaan yang baku karena murid lebih banyak ditujukan untuk
mendapat kecakapan memberikan renspon secara otomatis, tanpa menggunakan
unintelegensia;
d)
Dapat menimbulkan verbalisme karena murid-murid lebih banyak dilatih
menghafal soal-soal dan menjawab secara otomatis;
e)
Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri
siswa, baik terhadap pelajaran maupun guru.
c.
Langkah-Langkah Metode Latihan
Dalam
menerapkan metode drill ini guru
harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
1)
Agar anak didik tidak ragu maka anak didik harus diberikan pengertian dasar
dulu tentang materi yang akan diberikan;
2)
Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis. Apabila pada
latihan pertama siswa tidak berhasil maka guru mengadakan perbaikan lalu
penyempurnaan;
3)
Latihan hendaknya mendahulukan mendahulukan hal-hal yang esensial dan
berguna;
4)
Latihan harus diatur sedemikian rupa sehingga latihan itu menarik perhatian
anak didik;
5)
Latihan harus relatif singkat tetapi dilakukan pada waktu-waktu tertentu
agar tidak terjadi kebosanan;
6)
Latihan hanya untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis;
7)
Latihan hendaknya disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
D. Prestasi
Belajar
1.
Pengertian Prestasi
Belajar
Menurut Julius S. dalam
bukunya Kamus baru Bahasa Indonesia berpendapat bahwa prestasi adalah sebagai
suatu kemampuan. Prestasi
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja baik secara individual
maupun kelompok dalam bidang tertentu. Prestasi adalah hasil yang telah
dicapai, dilakukan, dikerjakan dan lain sebagainya. Dari pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa prestasi
adalah hasil yang menggembirakan yang dicapai dari suatu tindakan atau kemampuan
untuk melaksankan tindakan berprestasi.
Prestasi belajar
merupakan hasil dari hasil dan akibat dari sebuah proses belajar, untuk mencapai
prestasi belajar, banyak faktor
yang mempengaruhinya. Hasil belajar ditandai dengan perubahan diseluruh aspek
tingkah laku. Yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta
penilaian usaha belajar. Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi
belajar adalah pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka nilai yang
diberikan oleh guru.
Menurut Dra. S. Hartati suradijono (Psikolog), dalam buku Karangan Alex Sobur “Anak Masa Depan”, anak memiliki tingkah laku berprestasi pada umumnya akan menunjukkan empat macam tingkah laku yang dapat membedakan mereka dari anak-anak yang lain:
Menurut Dra. S. Hartati suradijono (Psikolog), dalam buku Karangan Alex Sobur “Anak Masa Depan”, anak memiliki tingkah laku berprestasi pada umumnya akan menunjukkan empat macam tingkah laku yang dapat membedakan mereka dari anak-anak yang lain:
a.
Dalam
berbagai macam situasi, mereka akan menunjukkan usaha yang kuat untuk selalu
dapat menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi dengan tuntas.
b.
Mereka
umunya mempunyai rasa kompetensi terhadap diri sendiri.
c.
Mereka
juga senantiasa bersaing dengan teman-temannya dalam berprestasi.
d.
Mereka
berusaha untuk memperlihatkan hasil yang telah diccapainya ada guru dan orangtua.
Dengan mengetahui prestasi belajar anak, kita dapat
mengetahui kedudukan anak didalam kelas, apakah anak termasuk kelompok anak
pandai, sedang atau kurang. Faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar Slameto mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu: faktor intern
dan faktor ekstern.
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor-faktor intern dari dalam diri peserta didik meliputi:
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor-faktor intern dari dalam diri peserta didik meliputi:
a.
Faktor
Jasmani
Keadaan jasmani
yang perlu diperhatikan
yaitu kondisi fisik yang normal atau tidak
memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir yang meliputi
keadaan otak, panca indera, anggota tubuh dan kondisi kesehatan fisik meliputi makan dan minum
yang teratur, olahraga serta cukup tidur. Kondisi fisik yang sehat dan segar
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.
b.
Faktor
psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan
belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang.
Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental
yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini intelegensi, kemauan, dan bakat.
c.
Faktor
kelelahan
Faktor
kelelahan yang mempengaruhi pretasi belajar ini meliputi kondisi siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar. Kondisi tubuh yang kelelahan akan
mengakibatkan siswa tidak semangat dalam belajar sehingga akan member pengaruh
yang buruk pada prestasi siswa. Oleh karena itu, pada saat proses pembelajaran
berlangsung siswa harus dalam keadaan yang fit tidak dalam kondisi yang
kelelahan.
Sedangkan faktor ekstern yang berasal dari luar diri
peserta didik meliputi:
a.
Faktor
lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan
lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar
seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian
orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka
akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
b.
Faktor
lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk
menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi
keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah,
tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
c.
Faktor
lingkungan masyarakat
Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan
masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang
juga berpengaruh
terhadap belajar siswa karena keberadaannya
dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar
diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa
asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.
Abin Syamsudin Makmun (1985:62)
mengemukakan bahwa hal-hal
yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
a.
Karakteristik
siswa (raw input), menunjukkan kepada
faktor-faktor yang terdapat kepada diri individu;
b.
Sarana (nstrumental input), menunjukkan
kepada dan kualifikasi secara kelengkapan sarana yang diperlukan untuk
berlangsungnya proses belajar mengajar;
c.
Environmental input, menunjukkan situasi
dan keadaan pisik (kampus, sekolah, iklim, letak sekolah, dan sebagainya.
2.
Tingkat Keberhasilan
Setiap proses
pembelajaran selalu menghasilkan prestasi
belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai ditingkat
mana prestasi belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan inilah Syaiful
Bahri
Djamarah dan Aswan Zain (2006:107) mengatakan bahwa keberhasilan proses pembelajaran itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah:
Djamarah dan Aswan Zain (2006:107) mengatakan bahwa keberhasilan proses pembelajaran itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah:
1.
Istimewa/maksimal
: apabila seluruh
bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa;
2.
Baik
sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang
diajarkan dapat dikuasai oleh siswa;
3.
Baik/minimal
: apabila bahan pelajaran yang
diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja yang dikuasai oleh siswa;
4.
Kurang
: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60%
dikuasai oleh siswa.
BAB III
PELAKSANAAN
PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subyek, Tempat, dan Waktu, serta Pihak yang Membantu Penelitian
1.
Subyek Penelitian
Subjek yang diteliti yaitu mata pelajaran matematika dengan topik penggunaan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB
serta penyelesaiannya pada kelas V SDN 2 Tebing Suluh Kecamatan Lempuing
Kabupaten OKI.
2.
Tempat Penelitian
Tempat
diadakannya penelitian ini yaitu SDN 2 Tebing Suluh dengan alamat: Jalan Lintas Timur Desa Tebing Suluh Kecamatan Lempuing
Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera
Selatan.
3.
Waktu Penelitian
Rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Waktu Pelaksanaan Perbaikan
Pembelajaran
No
|
Siklus
|
Materi Pokok
|
Tanggal
|
1
|
Siklus I
|
Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan
FPB
|
23 September 2014
|
2
|
Siklus II
|
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
operasi hitung KPK dan FPB
|
30 September 2014
|
3
|
Siklus III
|
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
operasi hitung KPK dan FPB
|
14 Oktober 2014
|
4.
Pihak yang Membantu Penelitian
Dalam
pelaksanaan praktik lapangan, banyak pihak yang terlibat dan membantu dalam Pementapan Kemampuan Profesional (PKP) ini sehingga kegiatan ini dapat dijalankan dengan lancar dan
berhasil sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Desain
prosedur perbaikan pembelajaran ini dilakukan sebanyak tiga siklus. Adapun tiap siklus terdiri dari kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
1.
Siklus
I
Pokok bahasan
yang diberikan pada perbaikan pembelajaran siklus I sama dengan pokok bahasan
pada pra siklus. Perbedaan terlihat
pada perencanaan dan proses pelaksanaan pembelajarannya. Dari hasil
identifikasi masalah pada pembelajaran awal maka ditemukan beberapa alternatif
pemecahan masalah yang dituangkan pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
a.
Perencanaan
Perbaikan
pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan merencanakan beberapa hal diantaranya:
1)
Merencanakan
materi pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar;
2)
Merencanakan
indikator yang hendak dicapai;
3)
Menjelaskan tujuan pembelajaran;
4)
Menyiapkan
pedoman observasi; dan
5)
Menyiapkan
lembar observasi.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan
pembelajaran siklus I pada tanggal 23
September 2014,
dengan jumlah siswa 22 terdiri dari 14 siswa laki–laki dan 8 siswa perempuan, berlangsung selama 4 x 35 menit, diamati oleh
supervisor 2 yang bernama Untung Markuat,
S.Pd, selaku observer yang
membantu mengumpulkan data.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:
1)
Memberi
penjelasan tentang operasi
hitung untuk menentukan KPK dan FPB;
2)
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya;
3)
Meminta
siswa mengisi LKS;
4)
Melakukan
observasi pada aktivitas belajar
siswa;
5)
Mengadakan
evaluasi hasil kerja siswa.
c. Observasi
Pada
tahap ini dilakukan pengamatan perbaikan pembelajaran maka diperoleh temuan
bahwa masih banyak siswa yang belum menguasai materi tentang operasi hitung untuk menentukan KPK dan FPB
sehingga sebagian siswa tidak dapat menjawab beberapa soal
yang diberikan. Untuk itu guru mengambil langkah dengan cara mengelompok siswa menjadi lima kelompok untuk melakukan
diskusi.
Lembar Observasi
Siklus
I
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester
: V / 1
Hari/Tanggal : Selasa, 23 September 2014
Fokus
Observasi : Keaktifan Belajar Siswa
No
|
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
|
Jumlah siswa
|
Prosentase (%)
|
1
|
Terlibat aktif
|
12
|
54,55
|
2
|
Terlibat pasif
|
6
|
27,27
|
3
|
Tidak terlibat
|
4
|
18,18
|
Jumlah
|
22
|
100
|
Keterangan :
1.
Terlibat
aktif artinya siswa mengikuti
pembelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif dalam bertanya dan menjawab
petanyaan dengan benar;
2.
Terlibat
pasif artinya siswa kurang
bersungguh-sungguh tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadaanya saja;
3.
Tidak
terlibat artinya siswa duduk
dan diam saja tidak mau bertanya dan menjawab pertanyaan.
d.
Refleksi
Berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan
teman sejawat terhadap perbaikan pembelajaran siklus I diperoleh temuan bahwa
setelah menggunakan metode tanya jawab,
terbukti sebagian besar siswa
lebih aktif dan mampu menjawab soal dengan benar, namun prosentase siswa yang terlihat aktif dalam pembelajaran masih
dibawah KKM sehingga perlu
diadakan perbaikan pada siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan
pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan siklus I, perbedaannya adalah ada beberapa perubahan
tindakan sebagai tambahan tindakan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Adapun
sistematika rencana tindakannya adalah
sebagai berikut:
1)
Membuat
rencana perbaikan 2 dengan menggunakan pokok materi tentang menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan operasi hitung KPK dan FPB;
2)
Menyiapkan
rencana pembelajaran;
3)
Menyiapkan
lembar observasi;
4)
Menyiapkan
lembar evaluasi dan penilaian.
b.
Pelaksanaan
Pembelajaran
sikus 2 dilaksanakan pada tanggal 30
September 2014
mulai pukul 07.30
sampai dengan pukul 08.40 WIB dengan diamati
oleh satu orang observer. Tujuan pelaksanaan
perbaikan ini adalah meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Pelaksanan perencanaan ini hampir sama
dengan pelaksanaan pada siklus I hanya saja penjelasan materi lebih mendalam
dengan penggunaan model pembelajaran bervariasi
yang terdiri dari metode tanya jawab dan diskusi guna untuk
memacu keaktifan siswa.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1.
Menjelaskan maksud dari metode pembelajaran bervariasi (tanya jawab dan diskusi);
2.
Menjelaskan
materi yang berkaitan
dengan materi sebelumnya;
3.
Membagi siswa menjadi lima kelompok;
4.
Memberi
tugas kelompok untuk menemukan dan menyelesaikan masalah yang diberikan tiap
kelompok;
5.
Tiap
kelompok menyampaikan hasil kerja kelompok;
6.
Membahas
hasil kerja;
7.
Memberi
kesempatan untuk bertanya;
dan
8.
Guru
dan siswa menyimpulkan materi .
c. Observasi
Tahapan
ini dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan dan hasil perbaikan dengan
menggunakan lembar observasi dan alat evaluasi yang telah dibuat. Pengamatan
dilakukan oleh seorang observer yaitu Untung Markuat, S.Pd. Hasil pengamatan
pada siklus II merupakan hasil kesimpulan dari perbaikan siklus I, sehingga
pengamat dapat menentukan kekurangan dan kelebihan secara detil. Pengamatan siklus
II merupakan keberhasilan dari siklus II. Untuk hasil pengamatannya dapat
dilihat pada lembar observasi.
Lembar Observasi
Siklus
II
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V / 1
Hari/Tanggal : Selasa, 30 September 2014
Fokus
Observasi : Keaktifan Belajar Siswa
No
|
Keterlibatan Siswa
Dalam Pembelajaran
|
Jumlah siswa
|
Prosentase %
|
1
|
Terlibat aktif
|
14
|
63,64
|
2
|
Terlibat pasif
|
7
|
31,82
|
3
|
Tidak terlibat
|
1
|
4,54
|
Jumlah
|
22
|
100
|
Keterangan
:
1.
Terlibat
aktif artinya siswa mengikuti
pembelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif dalam bertanya dan menjawab
petanyaan dengan benar;
2.
Terlibat
pasif artinya siswa kurang bersungguh-sungguh
tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadaanya saja;
3.
Tidak
terlibat artinya siswa duduk
dan diam saja tidak mau bertanya dan menjawab pertanyaan.
e.
Refleksi
Berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan
teman sejawat terhadap perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh temuan bahwa
setelah menggunakan metode yang
bervariasi antara metode tanya jawab dan diskusi,
terbukti siswa lebih aktif dan mampu menjawab soal dengan benar sehingga prestasi belajar menjadi lebih meningkat dibandingkan dengan siklus
I, namun masih kurang 1,36% lagi agar sesuai dengan KKM
matematika. Oleh karena itu perlu perbaikan pembelajaran pada siklus III.
3. Siklus III
Pembelajaran
perbaikan siklus III
berpijak pada beberapa permasalahan yang teridentifikasi pada perbaikan
pembelajaran siklus II. Hasil penilaiannnya adalah keaktifan
siswa, hasil tes akhir,
dan hasil refleksi guru. Pada perbaikan pembelajaran siklus III langkah–langkah yang
akan dilaksanakan terdiri dari:
a. Perencanaan
Perencanaan
pembelajaran pada siklus III
hampir sama dengan siklus II,
perbedaannya pada siklus III
ada beberapa perubahan tindakan sebagai tambahan tindakan pada saat pelaksanaan
pembelajaran. Adapun sistematika rencana tindakannya sebagai berikut:
1)
Membuat
rencana perbaikan 3 dengan menggunakan pokok materi tentang menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan operasi hitung KPK dan FPB;
2)
Menyiapkan
rencana pembelajaran;
3)
Menyiapkan
lembar observasi;
4)
Menyiapkan LKS;
5)
Menyiapkan
lembar evaluasi dan penilaian.
b.
Pelaksanaan
Pelaksanaan pada
tahap ini hampir sama dengan pelaksanaan pada
siklus II hanya saja penjelasan
materi lebih mendalam dengan penggunaan model pembelajaran bervariasi yang terdiri dari metode tanya jawab, diskusi
dan latihan guna untuk memacu keaktifan siswa. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus III yaitu
tanggal 14 Oktober 2014. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan adalah:
c. Observasi
Tahapan
ini dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan dan hasil perbaikan dengan
menggunakan lembar observasi dan alat evaluasi yang telah dibuat. Pengamatan
dilakukan oleh seorang observer yaitu Untung Markuat, S.Pd. Hasil pengamatan
pada siklus III
merupakan hasil kesimpulan dari perbaikan siklus II, sehingga pengamat dapat menentukan
kekurangan dan kelebihan secara detil. Pengamatan siklus III merupakan
keberhasilan dari siklus III.
Untuk hasil pengamatannya dapat dilihat pada lembar observasi berikut ini.
Lembar Observasi
Siklus
III
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V / 1
Hari/Tanggal : Selasa, 14 Oktober 2014
Fokus
Observasi : Keaktifan Belajar Siswa
No
|
Keterlibatan Siswa
Dalam Pembelajaran
|
Jumlah siswa
|
%
|
1
|
Terlibat aktif
|
18
|
81,82
|
2
|
Terlibat pasif
|
4
|
18,18
|
3
|
Tidak terlibat
|
0
|
0
|
Jumlah
|
22
|
100
|
Keterangan :
1.
Terlibat
aktif artinya siswa mengikuti
pembelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif dalam bertanya dan menjawab
petanyaan dengan benar;
2.
Terlibat
pasif artinya siswa kurang
bersungguh-sungguh tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadaanya saja;
3.
Tidak
terlibat artinya siswa duduk
dan diam saja tidak mau bertanya dan menjawab pertanyaan.
d.
Refleksi
Berdasarkan pengamatan dan diskusi dengan
teman sejawat terhadap perbaikan pembelajaran siklus III diperoleh temuan bahwa
setelah menggunakan metode yang
bervariasi, terbukti siswa lebih aktif dan mampu
menjawab soal dengan benar sehingga
hasil belajar menjadi lebih meningkat dibandingkan
dengan siklus II.
C. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis memperoleh data kinerja guru pada saat melakukan
kegiatan pembelajaran, partisipasi
siswa pada saat mengikuti pembelajaran, dan hasil akhir yang selanjutnya
data tersebut dianalisis. Hasil
analisis data disajikan dalam bentuk tabel untuk mempermudah dalam membaca dan
menyimpulkan indikator keberhasilan pada PTK
ini. Menurut Arikunto (1991) dan Fatimah
(2008), meningkatnya minat siswa dalam prosentase dikategorikan 76% - 100%
minat belajar siswa sangat baik, 51%
- 75% minat belajar siswa baik, 26%
- 50% minat belajar siswa sedang,
dan 15% - 25% minat belajar siswa kurang.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan
Pembelajaran
1. Hasil Penelitian Siklus I
Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I berupa dua jenis
data yang memuat aktivitas siswa dan data prestasi
belajar sebagai pendukung penelitian yang diadakan setelah penelitian siklus I
berakhir.
a. Data Aktifitas Siswa
Berdasarkan
hasil observasi keaktifan siswa, diperoleh prosentase keaktifan seperti yang
terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Prosentase Keaktifan
Siswa Pra Siklus dan Siklus I
No
|
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
|
Sebelum Perbaikan
|
Siklus I
|
||
Jmh Siswa
|
%
|
Jmh Siswa
|
%
|
||
1
|
Terlibat aktif
|
8
|
36,36
|
12
|
54,55
|
2
|
Terlibat pasif
|
7
|
31,82
|
6
|
27,27
|
3
|
Tidak terlibat
|
7
|
31,82
|
4
|
18,18
|
Jumlah
|
22
|
100
|
22
|
100
|
Keterangan
:
1.
Terlibat
aktif artinya siswa mengikuti
pembelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif dalam bertanya dan menjawab
petanyaan dengan benar;
2.
Terlibat
pasif artinya siswa kurang bersungguh-sungguh
tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadaanya saja;
3.
Tidak
terlibat artinya siswa duduk
dan diam saja tidak mau bertanya dan menjawab pertanyaan.
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa
jumlah dan presentasi
siswa yang terlibat aktif
dalam pembelajaran sebelum dan sesudah perbaikan
mengalami peningkatan. Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang
terlibat aktif hanya 8 anak atau 36,36 % kemudian naik
menjadi 12 orang atau 54,55
% pada siklus I, peningkatan
aktifitas belajar siswa sebelum perbaikan dan setelah perbaikan sikus I akan lebih jelas pada
gambar dibawah ini.
Gambar 1
Aktifitas Belajar Siswa
pada
Mata Pelajaran Matematika
Kelas V SDN 2 Tebing Suluh Pra Siklus dan Siklus I
b. Hasil Tes atau Evaluasi
Tabel ini menunjukkan hasil
evaluasi yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran siklus I
Tabel 3
Hasil Belajar Siswa
Sebelum Perbaikan
dan Sesudah
Perbaikan Pembelajaran pada Siklus I
No
|
Nama Siswa
|
Pra Siklus
|
Siklus
I
|
1
|
Ahmad
Sulaiman
|
60
|
80
|
2
|
Rahmad Fikri Zakaria
|
0
|
0
|
3
|
Yola
Aulia Fara
|
0
|
80
|
4
|
Putri Luna
|
0
|
60
|
5
|
Aprilia
Ningsih
|
0
|
0
|
6
|
Ayu
Setia Ningsih
|
40
|
80
|
7
|
Doni Prayetno
|
0
|
60
|
8
|
Dian Pratama
|
80
|
80
|
9
|
Dani Pratama
|
20
|
60
|
10
|
Intan Arini
|
0
|
0
|
11
|
Linda
Novita Sari
|
80
|
80
|
12
|
Nanang
Kurniawan
|
80
|
80
|
13
|
Rizka
Lafela
|
60
|
60
|
14
|
Adellia Annurranza Mona
|
60
|
60
|
15
|
Anang
Candra
|
80
|
80
|
16
|
Akbar
Fitra Daryansyah
|
60
|
60
|
17
|
Dika
Andriawan
|
80
|
80
|
18
|
Dito
Andyan
|
60
|
80
|
19
|
Doni
Ardianto
|
80
|
80
|
20
|
Fredy Pratama
|
80
|
80
|
21
|
Jaelani
|
80
|
100
|
22
|
Masyaril
Husni
|
0
|
0
|
Nilai > 65
|
8
|
12
|
|
% Ketuntasan Belajar
|
36,36
|
54,55
|
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil
belajar siswa dalam pembelajaran
menunjukkan adanya peningkatan dari sebelum perbaikan pembelajaran
dan setelah perbaikan siklus I. Jumlah
nilai > 65
hanya 8 siswa atau 36,36% sebelum perbaikan, kemudian meningkat
menjadi 12 siswa atau 54,55 % setelah perbaikan siklus
I.
Peningkatan
ketuntasan belajar siswa
dari keadaan sebelum
perbaikan pembelajaran ke perbaikan
pembelajaran siklus I
lebih jelas dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 2
Ketuntasan Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Matematika
Kelas V SDN 2 Tebing Suluh Pra Siklus dan Siklus I
Dari
diagram diatas tampak
ketuntasan belajar siswa
kelas V SD
Negeri 2 Tebing Suluh meningkat sebelum perbaikan
pembelajaran (pra siklus) dan setelah perbaikan pembelajaran (siklus I).
Lembar
Pengamatan Terhadap Kinerja Guru
pada Siklus I
Mata
Pelajaran :
Matematika
Kelas : V / I
Hari
/ Tanggal : Selasa, 23 September 2014
Fokus Observasi : Penerapan metode
bervariasi: tanya
jawab, diskusi, dan latihan.
No
|
Aspek yang diobservasi *)
|
Kemunculan **)
|
Komentar ***)
|
|
Ada
|
Tdk ada
|
|||
1
|
Tanya Jawab:
·
Menjelaskan faktorisasi prima dan KPK serta FPB
·
Mengajukan
pertanyaan
·
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
·
Memindahkan
giliran pertanyaan
|
√
√
√
|
√
|
Baik
Cukup
Cukup
Cukup
|
2
|
Diskusi:
·
Menjelaskan
tugas yang harus di kerjakan
·
Membagikan
LKS
·
Melakukan
supervisi terhadap kegiatan diskusi
·
Memberi
bantuan kepada kelompok diskusi
|
√
√
|
√
√
|
Baik
Baik
Cukup
Cukup
|
3
|
Latihan:
·
Menjelaskan metode latihan
·
Memotivasi siswa dalam mengerjakan latihan
·
Membuat kisi-kisi soal, instrumen soal, dan penilaian
|
√
√
|
√
|
Baik
Cukup
Baik
|
2. Hasil Penelitian Siklus II
Hasil perbaikan pembelajaran siklus II tentang keaktifan dalam
berdiskusi siswa ditunjukkan pada
tebel.
a.
Data
Keaktifan Siswa
Berdasarkan
hasil observasi keaktifan siswa, diperoleh prosentase keaktifan seperti yang
terdapat pada tabel berikut:
Tabel
4
Prosentase
Keaktifan Siswa dalam Metode
Pembelajaran Bervariasi Siklus I dan Siklus II
No
|
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
Jmh Siswa
|
%
|
Jmh Siswa
|
%
|
||
1
|
Terlibat aktif
|
12
|
54,55
|
14
|
63,64
|
2
|
Terlibat pasif
|
6
|
27,27
|
7
|
31,82
|
3
|
Tidak terlibat
|
4
|
18,18
|
1
|
4,54
|
Jumlah
|
22
|
100
|
22
|
100
|
Keterangan:
1.
Terlibat
aktif artinya siswa mengikuti
pembelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif dalam bertanya dan menjawab
petanyaan dengan benar;
2.
Terlibat
pasif artinya siswa kurang
bersungguh-sungguh tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadaanya saja;
3.
Tidak
terlibat artinya siswa duduk
dan diam saja tidak mau bertanya dan menjawab pertanyaan.
Berdasarkan
tabel diatas terlihat bahwa jumlah
siswa dan presentase
yang terlibat aktif
dalam pembelajaran siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan. Pada siklus I yang terlibat aktif hanya 12
siswa atau 54,55%
mengalami peningkatan menjadi 14
siswa atau 63,64% pada siklus II. Hal ini berarti
aktifitas belajar siswa pada Mata Pelajaran
Matematika Kelas V SDN 2 Tebing Suluh mengalami peningkatan. Peningkatan aktifitas
belajar siswa pada siklus I dan siklus II
dapat terlihat pada gambar
berikut:
Gambar 3
Aktifitas Belajar Siswa
pada
Mata Pelajaran Matematika
Kelas V SDN 2 Tebing Suluh Siklus I dan Siklus II
Hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I dan siklus
II dapat terlihat pada tabel berikut:
b. Hasil Tes atau
evaluasi
Hasil tes yang
dilaksanakan diakhir pembelajaran siklus II pada materi ajar yang sama pada siklus
I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5
Hasil Belajar Siswa
Kelas V SDN 2 Tebing Suluh
setelah Perbaikan
Siklus I dan Siklus II
No
|
Nama
Siswa
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
1
|
Ahmad
Sulaiman
|
80
|
80
|
2
|
Rahmad Fikri Zakaria
|
0
|
80
|
3
|
Yola
Aulia Fara
|
80
|
80
|
4
|
Putri Luna
|
60
|
60
|
5
|
Aprilia
Ningsih
|
0
|
0
|
6
|
Ayu
Setia Ningsih
|
80
|
80
|
7
|
Doni Prayetno
|
60
|
60
|
8
|
Dian Pratama
|
80
|
80
|
9
|
Dani Pratama
|
60
|
60
|
10
|
Intan Arini
|
0
|
80
|
11
|
Linda
Novita Sari
|
80
|
80
|
12
|
Nanang
Kurniawan
|
80
|
80
|
13
|
Rizka
Lafela
|
60
|
60
|
14
|
Adellia Annurranza Mona
|
60
|
60
|
15
|
Anang
Candra
|
80
|
80
|
16
|
Akbar
Fitra Daryansyah
|
60
|
60
|
17
|
Dika
Andriawan
|
80
|
80
|
18
|
Dito
Andyan
|
80
|
80
|
19
|
Doni
Ardianto
|
80
|
80
|
20
|
Fredy Pratama
|
80
|
80
|
21
|
Jaelani
|
100
|
100
|
22
|
Masyaril
Husni
|
0
|
40
|
Nilai
> 65
|
12
|
14
|
|
%
Ketuntasan Belajar
|
54,55
|
63,64
|
Berdasarkan
tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn
mengalami peningkatan dari siklus1 ke siklus II. Pada siklus I jumlah siswa
mencapai ketuntasan atau yang memperoleh nilai > 65 terdapat 12 siswa atau 54,55%, lalu pada siklus II
mengalami peningkatan menjadi 14
siswa atau 63,64%.
Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar telah tercapai.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4
Ketuntasan Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Lembar
Pengamatan Terhadap Kinerja Guru
pada Siklus II
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas :
V / I
Hari / Tanggal : Selasa,
30 September 2014
Fokus Observasi : Penerapan metode bervariasi: tanya jawab, diskusi, dan latihan.
No
|
Aspek yang diobservasi *)
|
Kemunculan **)
|
Komentar ***)
|
|
Ada
|
Tidak ada
|
|||
1
|
Tanya Jawab :
·
Menjelaskan faktorisasi prima dan KPK serta FPB
·
Mengajukan
pertanyaan
·
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
·
Memindahkan
giliran pertanyaan
|
√
√
√
√
|
Baik
Baik
Baik
Baik
|
|
2
|
Diskusi :
·
Menjelaskan
tugas yang harus di kerjakan
·
Membagikan
LKS
·
Melakukan
supervisi terhadap kegiatan diskusi
·
Memberi
bantuan kepada kelompok diskusi
|
√
√
|
√
√
|
Baik
Baik
Cukup
Cukup
|
3
|
Latihan:
·
Menjelaskan metode latihan
·
Memotivasi siswa dalam mengerjakan latihan
·
Membuat kisi-kisi soal, instrumen soal, dan penilaian
|
√
√
√
|
Baik
Baik
Baik
|
3.
Hasil Penelitian Siklus III
a.
Data
Keaktifan Siswa
Berdasarkan
hasil observasi keaktifan siswa, diperoleh prosentase keaktifan seperti yang
terdapat pada tabel berikut:
Tabel
6
Prosentase
Keaktifan Siswa dalam Metode
Pembelajaran Bervariasi Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
No
|
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
|||
Jmh Siswa
|
%
|
Jmh Siswa
|
%
|
Jmh Siswa
|
%
|
||
1
|
Terlibat aktif
|
12
|
54,55
|
14
|
63,64
|
18
|
81,82
|
2
|
Terlibat pasif
|
6
|
27,27
|
7
|
31,82
|
4
|
18,18
|
3
|
Tidak terlibat
|
4
|
18,18
|
1
|
4,54
|
0
|
0
|
Jumlah
|
22
|
100
|
22
|
100
|
22
|
100
|
Keterangan:
1.
Terlibat
aktif artinya siswa mengikuti
pembelajaran dengan sungguh-sungguh, aktif dalam bertanya dan menjawab
petanyaan dengan benar;
2.
Terlibat
pasif artinya siswa kurang
bersungguh-sungguh tidak aktif bertanya dan menjawab pertanyaan seadaanya saja;
3.
Tidak
terlibat artinya siswa duduk
dan diam saja tidak mau bertanya dan menjawab pertanyaan.
Berdasarkan
tabel diatas terlihat bahwa jumlah
siswa dan presentase
yang terlibat aktif
dalam pembelajaran siklus I, siklus
II, dan siklus III menunjukkan
peningkatan. Pada
siklus I yang terlibat
aktif hanya 12 siswa atau 54,55%
mengalami peningkatan menjadi 14
siswa atau 63,64% pada siklus II, dan pada siklus III mengalami peningkatan pula menjadi 18
siswa atau 81,82%. Hal ini berarti aktifitas belajar
siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V SDN
2 Tebing Suluh mengalami
peningkatanyang signifikan. Peningkatan aktifitas
belajar siswa pada siklus I dan siklus II
dapat terlihat pada gambar
berikut:
Gambar 5
Aktifitas Belajar Siswa
pada
Mata Pelajaran Matematika
Kelas V SDN 2 Tebing Suluh Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat terlihat
pada tabel berikut:
b. Hasil Tes atau
evaluasi
Hasil tes yang
dilaksanakan diakhir pembelajaran siklus II pada materi ajar yang sama pada
siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 7
Hasil Belajar Siswa
Kelas V SDN 2 Tebing Suluh
setelah Perbaikan
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
No
|
Nama
Siswa
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
Siklus III
|
1
|
Ahmad
Sulaiman
|
80
|
80
|
80
|
2
|
Rahmad Fikri Zakaria
|
0
|
80
|
80
|
3
|
Yola
Aulia Fara
|
80
|
80
|
80
|
4
|
Putri Luna
|
60
|
60
|
80
|
5
|
Aprilia
Ningsih
|
0
|
0
|
60
|
6
|
Ayu
Setia Ningsih
|
80
|
80
|
80
|
7
|
Doni Prayetno
|
60
|
60
|
80
|
8
|
Dian Pratama
|
80
|
80
|
80
|
9
|
Dani Pratama
|
60
|
60
|
60
|
10
|
Intan Arini
|
0
|
80
|
80
|
11
|
Linda
Novita Sari
|
80
|
80
|
80
|
12
|
Nanang
Kurniawan
|
80
|
80
|
80
|
13
|
Rizka
Lafela
|
60
|
60
|
60
|
14
|
Adellia Annurranza Mona
|
60
|
60
|
80
|
15
|
Anang
Candra
|
80
|
80
|
80
|
16
|
Akbar
Fitra Daryansyah
|
60
|
60
|
60
|
17
|
Dika
Andriawan
|
80
|
80
|
80
|
18
|
Dito
Andyan
|
80
|
80
|
80
|
19
|
Doni
Ardianto
|
80
|
80
|
80
|
20
|
Fredy Pratama
|
80
|
80
|
80
|
21
|
Jaelani
|
100
|
100
|
100
|
22
|
Masyaril
Husni
|
0
|
40
|
80
|
Nilai
> 65
|
12
|
14
|
18
|
|
%
Ketuntasan Belajar
|
54,55
|
63,64
|
81,82
|
Berdasarkan
tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika mengalami peningkatan
dari siklus1 ke siklus II, bahkan ke siklus
III.
Pada
siklus I jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan atau yang memperoleh nilai > 65
terdapat 12
siswa atau 54,55%,
lalu pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 14 siswa atau 63,64%, selanjutnya 18 siswa atau 81,82% pada siklus III.
Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus III
ini ketuntasan belajar telah tercapai
dengan predikat sangat baik. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6
Ketuntasan Siswa pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus
III
Lembar
Pengamatan Terhadap Kinerja Guru
pada Siklus III
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas : V / I
Hari
/ Tanggal : Selasa, 14 Oktober 2014
Fokus Observasi : Penerapan metode bervariasi: tanya jawab, diskusi, dan latihan.
No
|
Aspek yang diobservasi *)
|
Kemunculan *)
|
Komntr *)
|
|
Ada
|
Tdk ada
|
|||
1
|
Tanya Jawab :
·
Menjelaskan faktorisasi prima dan KPK serta FPB
·
Mengajukan
pertanyaan
·
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
bertanya
·
Memindahkan
giliran pertanyaan
|
√
√
√
√
|
Baik
Baik
Baik
Baik
|
|
2
|
Diskusi :
·
Menjelaskan
tugas yang harus di kerjakan
·
Membagikan
LKS
·
Melakukan
supervisi terhadap kegiatan diskusi
·
Memberi
bantuan kepada kelompok diskusi
|
√
√
√
√
|
Baik
Baik
Cukup
Cukup
|
|
3
|
Latihan:
·
Menjelaskan metode latihan
·
Memotivasi siswa dalam mengerjakan latihan
·
Membuat kisi-kisi soal, instrumen soal, dan penilaian
|
√
√
√
|
Baik
Baik
Baik
|
c.
Hasil
refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi
pembelajaran matematika Kelas V SDN 2 Tebing
Suluh diketahui bahwa sebelum perbaikan
pembelajaran siswa yang terlihat aktif
hanya 8 siswa atau 36,4 % dan siswa yang memperoleh nilai > 65 hanya 8 siswa atau 36,36
% dari siswa yang mengikuti proses pembelajaran.
B.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan
Pembelajaran
Berdasarkan pengamatan
terhadap perbaikan pembelajaran
pada siklus I, silkus
II, dan siklus III diperoleh temuan bahwa
dengan menggunakan metode
bervariasi yang terdiri atas metode tanya jawab, diskusi, dan latihan yang baik pada mata
pelajaran matematika di kelas V SDN 2 Tebing Suluh Kecamatan Lempuing Kabupaten OKI dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dengan signifikan, dapat terlihat sesuai dengan tabel
berikut ini.
Tabel 8
Hasil Belajar Siswa
Kelas V SDN 2 Tebing Suluh
pada
Pra Siklus, Siklus
I, Siklus II, dan Siklus
III
No
|
Nama
Siswa
|
Pra Siklus
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
Siklus III
|
1
|
Ahmad
Sulaiman
|
60
|
80
|
80
|
80
|
2
|
Rahmad Fikri Zakaria
|
0
|
0
|
80
|
80
|
3
|
Yola
Aulia Fara
|
0
|
80
|
80
|
80
|
4
|
Putri Luna
|
0
|
60
|
60
|
80
|
5
|
Aprilia
Ningsih
|
0
|
0
|
0
|
60
|
6
|
Ayu
Setia Ningsih
|
40
|
80
|
80
|
80
|
7
|
Doni Prayetno
|
0
|
60
|
60
|
80
|
8
|
Dian Pratama
|
80
|
80
|
80
|
80
|
9
|
Dani Pratama
|
20
|
60
|
60
|
60
|
10
|
Intan Arini
|
0
|
0
|
80
|
80
|
11
|
Linda
Novita Sari
|
80
|
80
|
80
|
80
|
12
|
Nanang
Kurniawan
|
80
|
80
|
80
|
80
|
13
|
Rizka
Lafela
|
60
|
60
|
60
|
60
|
14
|
Adellia Annurranza Mona
|
60
|
60
|
60
|
80
|
15
|
Anang
Candra
|
80
|
80
|
80
|
80
|
16
|
Akbar
Fitra Daryansyah
|
60
|
60
|
60
|
60
|
17
|
Dika
Andriawan
|
80
|
80
|
80
|
80
|
18
|
Dito
Andyan
|
60
|
80
|
80
|
80
|
19
|
Doni
Ardianto
|
80
|
80
|
80
|
80
|
20
|
Fredy Pratama
|
80
|
80
|
80
|
80
|
21
|
Jaelani
|
80
|
100
|
100
|
100
|
22
|
Masyaril
Husni
|
0
|
0
|
40
|
80
|
Nilai
> 65
|
8
|
12
|
14
|
18
|
|
%
Ketuntasan Belajar
|
36,36
|
54,55
|
63,64
|
81,82
|