BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Guru merupakan salah satu komponen manuasiawi dalam proses
belajar mengajar yang ikut bertanggung jawab dalam usaha mewujudkan generasi
umat (anak bangsa) yang potensial. Oleh karena itu, guru yang merupakan unsur
penting dalam bidang pendidikan harus berperan secara aktif dan harus mampu menempatkan
kedudukannya sebagai tenaga professional sesuai dengan tuntutan profesi. Dalam
arti khusus dapat dikatakan bahwa pada diri seorang guru itu terletak tanggung jawab
untuk membawa peserta didik pada suatu kedewasaan atau kematangan tertentu
(Nazarudin, 2009:33).
Salah satu tugas pendidik atau guru adalah menciptakan
suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar
dengan baik dan bersemangat. Suasana pembelajaran yang demikian akan berdampak
positif dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu guru
sebaiknya memiliki kemampuan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat.
Ketidaktepatan dalam penggunaan metode akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa
dalam menerima materi yang disampaikan sehingga materi kurang dapat dipahami
yang akan mengakibatkan siswa menjadi apatis.
IPS sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan
membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya di samping aspek nilai dan
moral, banyak memuat materi sosial dan bersifat hapalan sehingga pengetahuan
dan informasi yang diterima siswa hanya sebatas produk hapalan. Prinsip
pengajaran yang baik adalah jika proses belajar mengajar mampu mengembangkan
konsep generalisasi dari bahan abstrak menjadi hal yang jelas dan nyata.
Maksudnya, proses belajar mengajar dapat membawa perubahan pada diri anak dari
tidak tahu menjadi tahu, dan dari pemahaman yang bersifat umum menjadi khusus
serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
SD N 1 Raman Jaya adalah salah satu sekolah dasar yang
terletak di Kecamatan Belitang II. Berdasarkan pengalaman penulis dalam
mengampu di SD N 1 Raman Jaya, khususnya pada kelas V dijumpai kondisi hasil
belajar siswa yang masih rendah pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
yang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65. Dari 24 orang siswa kelas V, 15 orang
(62,5%) siswa mendapatkan nilai di bawah 65, dan hanya 9 orang siswa (37,5%) yang
mendapat nilai diatas 65.
Masalah tersebut bersumber pada beberapa faktor diantaranya
siswa kurang aktif dalam pembelajaran khususnya tentang materi sejarah
disebabkan karena metode dan pendekatan yang digunakan guru kurang mendorong
siswa untuk belajar secara kondusif, sehingga penyajian materi pelajaran oleh
guru cenderung monoton. Guru cenderung lebih banyak berceramah dan kurang variatif
dalam menggunakan metode pembelajaran.
Hal ini menyebabkan pembelajaran bersifat abstrak dan teoretis, sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran dan akan menimbulkan kebosanan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran sejarah perlu kiranya dirancang keterlibatan siswa secara aktif. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang disusun (Semiawan 1987 : 8).
Hal ini menyebabkan pembelajaran bersifat abstrak dan teoretis, sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran dan akan menimbulkan kebosanan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran sejarah perlu kiranya dirancang keterlibatan siswa secara aktif. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang disusun (Semiawan 1987 : 8).
Berdasarkan penjelasan di atas tergambar bahwa diperlukan upaya
perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD
N 1 Raman Jaya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi dengan judul “Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Diskusi Tentang Tokoh-Tokoh
Penting Proklamsi Kemerdekaan Indonesia Pada Siswa Kelas V SD N 1 Raman
Jaya Kecamatan Belitang II OKU Timur Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan menjadi
fokus perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah :
“Apakah dengan menggunakan metode
diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS tokoh-tokoh
penting proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa Kelas V SD N 1 Raman Jaya?”.
C. Tujuan Perbaikan
Adapun penelitian perbaikan pembelajaran ini untuk
mengetahui tujuan penggunaan metode diskusi:
1.
Mengefektifkan pembelajaran dan memberikan
suasana pembelajaran yang menggairahkan dengan menggunakan metode
diskusi.
2.
Memupuk pribadi siswa
yang aktif dan kreatif.
3.
Meningkatkan motivasi
belajar siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat khususnya mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
D. Manfaat Perbaikan
Secara garis besar hasil penelitian ini diharapkan mempunyai
manfaat sebagai berikut :
1.
Bagi siswa :
a.
Siswa termotivasi untuk
senantiasa belajar dengan aktif dan bersemangat dalam menyalurkan inspirasinya
melalui metode diskusi.
b.
Meningkatkan hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran IPS melalui penggunaan metode diskusi dalam
pembelajaran.
2.
Bagi guru :
a.
Untuk meningkatkan
kompetensinya dalam proses pembelajaran IPS dengan pemanfaatan penggunaan
metode yang tepat dalam kegiatan proses pembelajaran khususnya metode diskusi.
b.
Memungkinkan
guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan guna meningkatkan mutu pendidikan.
3.
Bagi sekolah :
a.
Memberikan sumbangan
pengetahuan dan bahan tambahan referensi bagi pengembangan ilmu, khususnya
tentang penelitian tindakan kelas (PTK).
b.
Bahan masukan bagi
kepala sekolah dan instansi terkait guna meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya mata pelajaran IPS.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Metode Diskusi
1. Metode Pembelajaran
Metoda adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan (Karli, H. dan Sri
Yulirtianingsih, M, 2002: 22). Dewasa ini aktivitas guru yang bertindak
sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa.
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran juga sesuai dengan petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kelas. Tentang pengertian metoda latihan ialah latihan siap sangat sesuai untuk melatih keterampilan, baik keterampilan fisik maupun mental.
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran juga sesuai dengan petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kelas. Tentang pengertian metoda latihan ialah latihan siap sangat sesuai untuk melatih keterampilan, baik keterampilan fisik maupun mental.
2.
Ciri-ciri Metode Yang Baik
Setiap pendidik yang
akan melakukan kegiatan pembelajaran senantiasa dihadapkan pada pemilihan
metode. Banyak macam metode yang bias dipilih pendidik dalam kegiatan
pembelajaran, namun tidak semua metode bias dikategorikan sebagai metode yang
baik, dan tidak pula semua metode dikatakan jelek. Kebaikan suatu metode
terletak pada ketepatan memilih sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Omar Muhammad al
Toumi (1983) mengatakan terdapat beberapa ciri sebuah metode yang baik untuk
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu :
a.
Berpadunya metode dengan segi tujuan dan alat dengan jiwa
dan ajaran akhlak islami yang mulia.
b.
Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya sesuai dengan
watak siswa dan materi.
c.
Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dan praktik dan
mengantarkan siswa pada kemampuan praktis.
d.
Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya justru
mengembangkan materi.
e.
Memberikan keleluasaan pada siswa untuk menyatakan
pendapatnya.
f.
Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat
dalam keseluruhan proses pembelajaran.
3.
Prinsip-prinsip
penentuan Metode.
Menurut Udin S.
Winataputra
(2004) ada
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar,
prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa,
diantaranya :
a.
Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa
ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi Pelajaran (curiosity).
b.
Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang
untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.
c.
Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui
pemecahan masalah.
d.
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin
menguji keben aran sesuatu (sikap skeptis).
e.
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan
penemuan (berinkuiri) terhadap sesuatu topik permasalahan.
f.
Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak.
g.
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar
secara mandiri (independent study).
h.
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar
secara bekerja sama (cooperative learning).
i.
Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih
termotivasi dalam belajarnya.
4.
Kedudukan Metode
dalam Kegiatan Pembelajaran
Salah satu
ketrampilan pendidik yang memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran
adalah ketrampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan
usaha-usaha pendidik dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi
dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara optimal,
oleh karena itu salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami pendidik
adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu kompenen-komponen
lain dalam keseluruhan komponen pendidikan.
Metode memiliki kedudukan antara lain :
a.
Sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan
pembelajaran,
b.
Sebagai strategi pengajaran,
c.
Sebagai alat untuk mencapai tujuan.
5.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode
Pada prinsipnya,
tidak satu pun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan
semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Karena setiap metode
memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Karena itu pendidik tidak boleh sembarangan memilih serta menggunakan
metode.
Menurut Pupuh Fathurrohman dan M.Sobry Sutikno, Pemilihan dan penentuan metode
dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut :
a.
Tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan
adalah sasaran yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Setiap
pendidik hendaknya memperhatikan tujuan pembelajaran. Karakteristik tujuan yang
ingin dicapai sangat mempengaruhi penentuan metode, sebab metode tunduk pada
tujuan, bukan sebaliknya.
b.
Materi pelajaran.
Dalam
menerapkan metode mengajar pendidik hendaknya memperlihatkan bahan pengajaran,
isi, sifat maupun cakupannya. Sifat-sifat atau unsur-unsur yang telah diuraikan
dari bahan pengajaran, di satu sisi akan memudahkan siswa untuk mempelajarinya,
di sisi lain dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pendidik untuk
menetapkan metode mengajar.
c.
Peserta didik.
Peserta
didik sebagai subyek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik
minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi social, lingkungan keluarga dan
harapan terhadap masa depan.
d.
Situasi.
Situasi
kegiatan pembelajaran merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis.
Pendidik harus teliti dalam melihat situasi. Oleh karena itu, pada waktu
tertentu pendidik melakukan proses pembelajaran di luar atau di dalam kelas.
e.
Pendidik.
Setiap
pendidik memiliki kepribadian, performance style, kebiasaan dan pengalaman
mengajar yang berbeda-beda. Kompetensi mengajar biasanya dipengaruhi pula oleh
latar belakang pendidikan. Pendidik yang latar belakang pendidikan keguruan
biasanya lebih terampil dalam memilih dan menentukan metode dan tepat dalam
menerapkannya, sedangkan pendidik yang latar belakang pendidikan kurang
relevan, sekalipun tepat dalam menentukan metode namun sering mengalami
hambatan dalam penerapannya.
Jadi,untuk menjadi pendidik intinya harus memiliki jiwa yang professional. Dengan memiliki jiwa keprofesionalan dalam menyampaikan pelajaran atau dalam dalam proses pembelajaran itu akan berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Jadi,untuk menjadi pendidik intinya harus memiliki jiwa yang professional. Dengan memiliki jiwa keprofesionalan dalam menyampaikan pelajaran atau dalam dalam proses pembelajaran itu akan berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
f.
Fasilitas.
Fasilitas
merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah.
Kurang lengkapnya fasilitas tentu akan sulit bagi pendidik untuk memilih dan
menentukan metode mengajar yang sesuai denga materi.
6. Pengertian Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi
adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah
(problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok
(group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation ).
Metode diskusi
diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a.
Mendorong siswa
berpikir kritis.
b.
Mendorong siswa
mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c.
Mendorong siswa
menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d.
Mengambil satu alternatif
jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan
pertimbangan yang seksama.
7.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
Setiap metode pasti memiliki kelebihan
dan kekuranan. Demikian halnya dengan metode diskusi, kelebihan
metode diskusi adalah sebagai berikut :
a.
Menyadarkan anak didik
bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b.
Menyadarkan anak didik
bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif
sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c.
Membiasakan anak didik
untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan
membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah,2000)
Sedangkan kelemahan-kelemahan metode diskusi menurut (Syaiful Bahri Djamarah, 2000) adalah sebagai berikut :
a.
Tidak dapat dipakai
dalam kelompok yang besar.
b.
Peserta diskusi
mendapat informasi yang terbatas.
c.
Dapat dikuasai oleh
orang-orang yang suka berbicara.
d.
Biasanya orang
menghendaki pendekatan yang lebih formal.
B.
Hasil Belajar
1.
Pengertian
Hasil belajar menurut Sudjana (2000: 38) merupakan
“suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui
kegiatan pembelajaran yang dirancang/dilaksanakan oleh guru di sekolah dan
kelas tertentu”.
Selain
itu Sudjana (2000:39-40) mengemukakan bahwa: “hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu : 1) faktor intern, dan 2) faktor
ekstern. Faktor intern meliputi : motivasi belajar, minat dan perhatian siswa
terhadap mata pelajaran tersebut, sikap dan kebiasaan dalam belajar, ketekunan
belajar, keadaan sosial ekonomi orang tua, faktor fisik dan faktor psikis
siswa.Sedangkan faktor ekstern mencakup aspek kualitas pembelajaran yang
meliputi faktor kemam-puan guru, karakteristik kelas dan karakteristik
sekolah”.
Hasil belajar dapat ditingkatkan dengan jalan
mengaktifkan se-mua aspek indera pada diri manusia. Menurut Wiriaatmadja,
(1983:99) “seseorang yang sedang belajar memperoleh hasil belajarnya sebagai
berikut : Melalui indera pengecap sebesar 1%, indera peraba sebesar 1,5%,
indera penciuman sebesar 3,5%, indera pendengaran sebesar 11% dan indera
penglihatan sebesar 83%”.
Dari ketiga pendapat di atas, ternyata untuk
meningkatkan hasil belajar, perlu mengaktifkan semua aspek indera pada
diri manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam
individu maupun faktor dari luar individu yang sengaja dirancang untuk
meningkatkan hasil belajar.
2. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Slameto 2010 : 2).
Slameto (2010 : 56-69)
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi
dua golongan yaitu :
Faktor-faktor intern dari dalam diri peserta didik meliputi :
a.
Faktor jasmani
b.
Faktor psikologis
c.
Faktor kelelahan
Sedangkan faktor ekstern yang
berasal dari luar diri peserta didik meliputi :
a.
Faktor dari keluarga
b.
Faktor dari sekolah
c.
Faktor dari masyarakat
Setiap proses
pembelajaran selalu memiliki tujuan pembelajaran yakni tercapainya tujuan
pembelajaran yang menghasilkan hasil belajar.
Hasil belajar merupakan hasil evaluasi
belajar yang diperoleh atau dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar dalam kurun waktu tertentu. Bentuk konkrit dan hasil belajar adalah
dalam bentuk skor akhir dari evaluasi yang dimasukkan dalam nilai raport. Untuk
mengetahui hasil belajar siswa dilakukan evaluasi.
Hasil belajar merupakan wujud yang
menggambarkan usaha belajar yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa,
ataupun orang lain dan lingkungannya. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa
hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah melalui proses belajar
yang ditunjukkan dalam bentuk angka, huruf ataupun tindakan yang mencerminkan prestasi
anak dalam periode tertentu dalam belajar.
Hasil belajar dapat diukur melalui tes yang sering
dikenal dengan tes hasil belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9)
mengemukakan tentang tes hasil belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu
mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya
menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Tes hasil belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes hasil belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
Tes hasil belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes hasil belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
BAB III
PELAKSANAAN
PERBAIKAN
A.
Subjek Perbaikan
Subyek penelitian
akan dilaksanakan di SD N 1 Raman Jaya Kecamatan Belitang II OKU Timur Tahun
Pelajaran 2013/2014 , Kelas V jumlah 24 terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 9
siswa perempuan siswa mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) Semester II.
Berdasarkan
pengamatan proses pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) Tokoh-tokoh penting dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia di
kelas V, hasil pembelajaran siswa belum memuaskan. Hal ini dibuktikan pada saat
proses pembelajaran berlangsung siswa
jarang sekali mengajukan pertanyaan ketika materi pelajaran sedang dibahas.
Siswa kurang aktif serta merasa kesulitan dalam memahami konsep materi yang diajarkan. Sehingga diperoleh petunjuk dan data hasil belajar siswa bahwa dari 24 siswa ada 37,5% yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan kriteria kentuntasan minimal (KKM) 65. Dengan demikian bahwa pembelajaran yang sudah berlangsung masih belum berhasil atau dengan kata lain belum tuntas.
Siswa kurang aktif serta merasa kesulitan dalam memahami konsep materi yang diajarkan. Sehingga diperoleh petunjuk dan data hasil belajar siswa bahwa dari 24 siswa ada 37,5% yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan kriteria kentuntasan minimal (KKM) 65. Dengan demikian bahwa pembelajaran yang sudah berlangsung masih belum berhasil atau dengan kata lain belum tuntas.
B.
Deskripsi Persiklus
Metode yang digunakan dalam penelitan adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
Menurut
IGAK Wardani (2007:4.4) bahwa
Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaannya peneliti berkolaborasi dengan teman
sejawat untuk merumuskan Perencanaan (planning),
Implementasi tindakan (action),
Observasi (observing), dan Refleksi (
reflecting).
Penelitian perbaikan pembelajaran ini meliputi 4 tahapan
yaitu :
1.
Perencanaan
Adapun yang dilakukan
pada tahap perencanaan ini antara lain :
- Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran
- Menyusun skenario pembelajaran
- Membuat lembar
observasi (pengamatan) sebagai pedoman atas proses pembelajaran.
- Membagi kelompok siswa
- Membuat soal-soal tes evaluasi
2.
Implementasi tindakan
Implementasi Tindakan adalah sesuatu pelaksanaan atas
rencana yang telah disiapkan. Dalam tahap implementasi tindakan ini merupakan pelaksanaan
dari apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan. Pada saat implementasi tindakan dilakukan observasi yang
dibantu kolaborator terhadap proses belajar mengajar dengan mengisi lembar
observasi yang telah disiapkan untuk mengetahui perubahan yang terjadi akibat
dari tindakan yang dilakukan.
Jadwal
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Mata Pelajaran
: IPS
No
|
Siklus
|
Materi
|
Tanggal
Pelaksanaan
|
1
|
Pra Siklus
|
Menghargai jasa-jasa dan peranan tokoh-tokoh proklamasi
|
12 April 2014
|
2
|
Siklus I
|
Menghargai jasa-jasa dan peranan tokoh-tokoh proklamasi
|
19 April 2014
|
3
|
Siklus II
|
Menghargai jasa-jasa dan peranan tokoh-tokoh proklamasi
|
26 April 2014
|
3.
Observasi
Observasi atau Pengamatan dilaksanakan pada saat proses
pembelajaran
berlangsung yang dibantu
kolaborator yaitu Bpk. Tiproni, S.Pd. dengan mengisi lembar observasi yang
telah disiapkan untuk mengetahui perubahan yang terjadi akibat dari tindakan
yang dilakukan. Sehingga dapat mengetahui
langsung pemahaman siswa tentang materi yang sudah disampaikan dan keaktifan
siswa dalam mengikuti pelajaran dan menyelesaikan soal evaluasi yang diberikan
disetiap akhir siklus untuk melihat ketercapaian indicator pembelajaran.
4.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan komentar
dari sejawat yang ditulis pada lembar observasi dapat diketahui apakah
pembelajaran pada siklus I sudah berhasil atau belum. Bila belum berhasil maka
dilakukan perbaikan pada siklus II, dengan mencari penyelesaian yang terbaik
agar dapat meningkatkan hasil belajar. Ketuntasan yang ditetapkan dalam
penelitian ini, bahwa dalam suatu kelas disebut telah tuntas bila kelas
terdapat 70 % telah mencapai daya serap. Apabila belum mencapai ketuntasan yang
ditetapkan, maka belum dikatakan berhasil. Maka anak-anak yang belum berhasil
pada siklus I, akan mendapat perhatian lebih pada siklus II.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengolahan Data
Pada bagian ini memuat data dan
pengolahan data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan
hasil evaluasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran pengetahuan Sosial di
kelas V SD N 1 Raman Jaya Kecamatan Belitang II OKU Timur.
1.
Hasil Observasi
Hasil observasi yang
dilakukan guru terhadap siswa sebelum perbaikan pembelajaran dan setelah
pembelajaran dapat terlihat pada table.1 berikut :
Tabel 1
Aktivitas Belajar Siswa Kelas V
Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
No
|
Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran
|
Sebelum perbaikan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
|||
Jumlah siswa
|
%
|
Jumlah siswa
|
%
|
Jumlah siswa
|
%
|
||
1
|
Terlibat aktif
|
4
|
16,67
|
12
|
50
|
23
|
95,83
|
2
|
Terlibat pasif
|
8
|
33,33
|
6
|
25
|
1
|
4,17
|
3
|
Tidak terlibat
|
12
|
50
|
6
|
25
|
0
|
0
|
Jumlah
|
24
|
100
|
24
|
100
|
24
|
100
|
Keterangan :
1. Terlibat Aktif, artinya siswa berpartsisipasi dan aktif
berdiskusi dengan teman sekelompoknya dan menjawab pertanyaan dengan benar.
2. Terlibat Pasif, artinya siswa ikut berpartisipasi, tetapi
tidak aktif berdiskusi dan menjawab pertanyaan seadanya.
3. Tidak Terlibat, artinya siswa hanya diam dan tidak
berdiskusi serta tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Berdasarkan table di atas bahwa jumlah siswa dan prosentase
siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran sebelum perbaikan dan sesudah
perbaikan menunjukkan adanya
peningkatan. Sebelum perbaikan siswa yang terlibat aktif hanya ada 4 siswa
(16,67%), kemudian pada siklus I naik
menjadi 12 siswa (50%), dan pada siklus II naik lagi menjadi 23 siswa (95,83%).
Hal ini berarti bahwa aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial mengalami peningkatan.
2.
Hasil Evaluasi
Rekapitulasi hasil
evaluasi yang dilakukan guru sebelum perbaikan pembelajaran, pada siklus I dan
siklus II dalam pembelajaran dapat dilihat pada table 2 berikut :
Tabel 2
Hasil Belajar Siswa Kelas V
Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
No
|
Nama Siswa
|
Nilai
|
Ket
|
||
Pra Siklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
|||
1
|
Abdul Rahman
|
40
|
55
|
70
|
|
2
|
Adi Sutrisno
|
75
|
80
|
90
|
|
3
|
Agung Riyadi
|
50
|
60
|
80
|
|
4
|
Agus Tedi Hidayat
|
40
|
60
|
85
|
|
5
|
Ahmad Arif
|
60
|
70
|
85
|
|
6
|
Alexius Yulianto
|
55
|
60
|
70
|
|
7
|
Andri
|
60
|
75
|
80
|
|
8
|
Anggi Kurnia
|
40
|
55
|
70
|
|
9
|
Ardiansyah
|
70
|
75
|
90
|
|
10
|
Arif Saputra
|
50
|
65
|
80
|
|
11
|
Beni Andrean
|
55
|
70
|
85
|
|
12
|
Dedi Irawan
|
80
|
95
|
100
|
|
13
|
Dita Irfaul Khasanah
|
70
|
85
|
90
|
|
14
|
Eka Lusiana
|
70
|
80
|
90
|
|
15
|
Eka Setia Wati
|
50
|
60
|
80
|
|
16
|
Ferdhi Kumbara
|
70
|
80
|
85
|
|
17
|
Firdaus
|
60
|
75
|
85
|
|
18
|
Fitri Handayani
|
50
|
65
|
80
|
|
19
|
Iis Evita
|
55
|
70
|
90
|
|
20
|
Intan Safitri
|
70
|
85
|
95
|
|
21
|
M. Abdul Aziz
|
60
|
75
|
85
|
|
22
|
Rinca Dasari
|
45
|
60
|
75
|
|
23
|
Soniya Dewi Saputri
|
70
|
80
|
90
|
|
24
|
Susi
|
80
|
90
|
95
|
|
Jumlah
|
1405
|
1725
|
2025
|
||
Rata-rata
|
58.54
|
71.88
|
84.38
|
Berdasarkan tabel di atas terlihat
bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
menunjukkan peningkatan dari pra siklus hingga ke siklus berikutnya. Keadaan
sebelum perbaikan pembelajaran jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar
atau memperoleh nilai ≥ 65 hanya ada 9 siswa (37.5%) kemudian pada siklus I meningkat menjadi 17
siswa ( 70,83%) dan pada siklus II terjadi peningkatan lagi menjadi 24 siswa
(100%). Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ini
dapat dikatakan berhasil karena sudah memenuhi syarat ketuntasan belajar, yaitu
≥ 70% siswa sudah mencapai nilai diatas Kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Peningkatan hasil belajar siswa dari
keadaan sebelum perbaikan pembelajaran sampai pada siklus II secara jelas dapat
lihat pada diagram berikut :
Diagram. 2
Hasil Belajar Rata-Rata Kelas V Dalam Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial
B.
Pembahasan Dari Setiap Siklus
Berdasarkan hasil
evaluasi belajar pengetahuan sosial di kelas V sebelum perbaikan pembelajaran
terlihat jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya 9 siswa atau 37,5% yang
sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas belajar dan hasil belajar siswa masih kurang memuaskan, belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.dari hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan kemudian berdiskusi dengan supervisor dan kolaborator diperoleh temuan antara lain :
Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas belajar dan hasil belajar siswa masih kurang memuaskan, belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.dari hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan kemudian berdiskusi dengan supervisor dan kolaborator diperoleh temuan antara lain :
Ø Bahwa Guru cenderung lebih banyak berceramah sehingga siswa
tidak aktif dalam pembelajaran dan menimbulkan kebosanan siswa serta hasil
belajar yang masih rendah
Ø Hal ini dikarenakan guru kurang variatif dalam menggunakan
metode pembelajaran
Sehubungan dengan hal itu maka dilakukan upaya perbaikan pembelajaran dengan fokus pada penggunaan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran berikutnya dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus.
Pada implementasi tindakan siklus I dilakukan upaya
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi, sehingga pada siklus
I ini menunjukkan kenaikan aktifitas belajar dan hasil belajar siswa. Siswa
yang terlibat aktif dalam pembelajaran terdapat sebanyak 12 siswa atau 50 % dan
hasil belajar yang mendapat nilai ≥ 65 sebanyak 17 siswa atau 70,83%.
Walaupun aktifitas belajar dan hasil belajar siswa telah menunjukkan adanya peningkatan, namun pembelajaran belum sepenuhnya dapat dikatakan berhasil dengan kata lain pembelajaran masih kurang memuaskan. Hasil observasi dan refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa pembelajaran masih banyak didominasi guru sehingga perlu dilanjutkan pada siklus II melalui penggunaan metode diskusi.
Walaupun aktifitas belajar dan hasil belajar siswa telah menunjukkan adanya peningkatan, namun pembelajaran belum sepenuhnya dapat dikatakan berhasil dengan kata lain pembelajaran masih kurang memuaskan. Hasil observasi dan refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa pembelajaran masih banyak didominasi guru sehingga perlu dilanjutkan pada siklus II melalui penggunaan metode diskusi.
Sebagai tindak lanjut siklus I peneliti membuat rencana
perbaikan pembelajaran siklus II yang hampir sama dengan siklus I yaitu dengan
menggunakan metode diskusi, hanya pada siklus II ini diskusi lebih berpusat
pada siswa dengan dibimbing guru sehingga diskusi lebih terarah. Upaya ini
memberi dampak yang cukup signifikan pada aktifitas belajar dan hasil belajar
siswa bila dibandingkan hasil pada siklus sebelumnya.
Dengan menggunakan tindakan ini terlihat bahwa siswa yang terlibat aktif ada 23 siswa atau 95,83% dan hanya 1 siswa atau 4,17% yang terlibat pasif. Hasil belajar siswa pun mencapai 100% siswa yang mendapat nilai ≥ 65. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan akfitas belajar, sehingga hasil belajar siswa sudah memenuhi target yang diharap yaitu > 70% siswa memperoleh nilai ≥ 65.
Dengan menggunakan tindakan ini terlihat bahwa siswa yang terlibat aktif ada 23 siswa atau 95,83% dan hanya 1 siswa atau 4,17% yang terlibat pasif. Hasil belajar siswa pun mencapai 100% siswa yang mendapat nilai ≥ 65. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan akfitas belajar, sehingga hasil belajar siswa sudah memenuhi target yang diharap yaitu > 70% siswa memperoleh nilai ≥ 65.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan II
terlihat bahwa fokus perbaikan pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar
siswa terhadap materi menghargai jasa-jasa dan peranan tokoh-tokoh proklamasi,
dan target ketuntasan belajar yang diinginkan sudah tercapai.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas
yang telah dilaksanakan di kelas V SD N 1 Raman Jaya Tahun Pelajaran 2013/2014 Kecamatan Belitang II OKU Timur dapat diambil
simpulan sebagai berikut:
1.
Hasil belajar siswa
pada materi menghargai jasa dan peranan tokoh-tokoh proklamasi adalah meningkat
dengan menggunakan metode diskusi. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes prasiklus
rata-rata nilai 58,54, sedangkan pada siklus I rata-rata nilai 71,88. Siklus II rata-rata nilai 84,38, sedangkan prosentase Ketuntasan belajar pada prasiklus 37,50%,
siklus I yaitu 70,83%, dan siklus II 100%, ini terjadi peningkatan
mencapai 62,50%.
2.
Sedangkan aktifitas belajar siswa pada prasiklus 16,67%, siklus I adalah 50%,
sedangkan pada Siklus II adalah 95,83%, Jadi aktifitas belajar siswa terjadi
peningkatan 79,16%.
3.
Berdasarkan hasil
analisis data, bahwa perbaikan pembelajaran yang diadakan ada peningkatan pada
setiap siklus pembelajaran, sehingga pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
dengan menggunakan metode diskusi dapat dikatakan telah berhasil ini dibuktikan
sampai pada siklus II sudah 100% siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal
yang telah ditetapkan yaitu 65.
B.
Saran
Ditinjau dari hasil penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan SD N 1 Raman Jaya Kecamatan Belitang II OKU
Timur Tahun pelajaran 2013/2014 , maka dapat disampaikan saran sebagai berikut:
Penggunaan metode diskusi pada materi
menghargai jasa dan peranan tokoh-tokoh proklamasi dapat meningkatkan hasil
belajar dan aktivitas belajar peserta
didik, maka sebagai seorang guru hendaknya harus variatif dalam menggunakan
metode pembelajaran sehingga dapat memupuk pribadi siswa yang aktif dan
kreatif, serta membuat rencana pembelajaran sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran guna Meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS).
DAFTAR
PUSTAKA
Djamarah,
Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2000
Nazarudin.
Regulasi Pendidikan Menjadi Guru
Profesional Pasca Sertifikasi, Yogyakarta : Pustaka Felicha, 2010
Semiawan,
Conny. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta : Gramedia, 1987
Slameto. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya, 2000
Wardani,
IGAK. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Universitas Terbuka. 2007