PTK METODE DISKUSI



BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Masalah
Guru merupakan salah satu komponen manuasiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut bertanggung jawab dalam usaha mewujudkan generasi umat (anak bangsa) yang potensial. Oleh karena itu, guru yang merupakan unsur penting dalam bidang pendidikan harus berperan secara aktif dan harus mampu menempatkan kedudukannya sebagai tenaga professional sesuai dengan tuntutan profesi. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada diri seorang guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa peserta didik pada suatu kedewasaan atau kematangan tertentu (Nazarudin, 2009:33).

Salah satu tugas pendidik atau guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Suasana pembelajaran yang demikian akan berdampak positif dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu guru sebaiknya memiliki kemampuan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat. Ketidaktepatan dalam penggunaan metode akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa dalam menerima materi yang disampaikan sehingga materi kurang dapat dipahami yang akan mengakibatkan siswa menjadi apatis.

IPS sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya di samping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial dan bersifat hapalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa hanya sebatas produk hapalan. Prinsip pengajaran yang baik adalah jika proses belajar mengajar mampu mengembangkan konsep generalisasi dari bahan abstrak menjadi hal yang jelas dan nyata. Maksudnya, proses belajar mengajar dapat membawa perubahan pada diri anak dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari pemahaman yang bersifat umum menjadi khusus serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

SD N 1 Raman Jaya adalah salah satu sekolah dasar yang terletak di Kecamatan Belitang II. Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengampu di SD N 1 Raman Jaya, khususnya pada kelas V dijumpai kondisi hasil belajar siswa yang masih rendah pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65. Dari 24 orang siswa kelas V, 15 orang (62,5%) siswa mendapatkan nilai di bawah 65, dan hanya 9 orang siswa (37,5%) yang mendapat nilai diatas 65.

Masalah tersebut bersumber pada beberapa faktor diantaranya siswa kurang aktif dalam pembelajaran khususnya tentang materi sejarah disebabkan karena metode dan pendekatan yang digunakan guru kurang mendorong siswa untuk belajar secara kondusif, sehingga penyajian materi pelajaran oleh guru cenderung monoton. Guru cenderung lebih banyak berceramah dan kurang variatif dalam menggunakan metode  pembelajaran. 

Hal ini menyebabkan pembelajaran bersifat abstrak dan teoretis, sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran dan akan menimbulkan kebosanan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran sejarah perlu kiranya dirancang keterlibatan siswa secara aktif. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang disusun (Semiawan 1987 : 8).

Berdasarkan penjelasan di atas tergambar bahwa diperlukan upaya perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD N 1 Raman Jaya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Diskusi Tentang Tokoh-Tokoh Penting Proklamsi Kemerdekaan Indonesia Pada Siswa Kelas V SD N 1 Raman Jaya Kecamatan Belitang II OKU Timur  Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan menjadi fokus perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah :
“Apakah dengan menggunakan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS tokoh-tokoh penting proklamasi kemerdekaan Indonesia pada siswa Kelas V SD N 1 Raman Jaya?”.

C.  Tujuan Perbaikan
Adapun penelitian perbaikan pembelajaran ini untuk mengetahui tujuan penggunaan metode diskusi:
1.        Mengefektifkan pembelajaran dan memberikan suasana pembelajaran yang menggairahkan dengan menggunakan metode diskusi.
2.      Memupuk pribadi siswa yang aktif dan kreatif.
3.      Meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

D.  Manfaat Perbaikan
Secara garis besar hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1.      Bagi siswa :
a.         Siswa termotivasi untuk senantiasa belajar dengan aktif dan bersemangat dalam menyalurkan inspirasinya melalui metode diskusi.
b.         Meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS melalui penggunaan metode diskusi dalam pembelajaran.

2.      Bagi guru :
a.         Untuk meningkatkan kompetensinya dalam proses pembelajaran IPS dengan pemanfaatan penggunaan metode yang tepat dalam kegiatan proses pembelajaran khususnya metode diskusi.
b.         Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan guna meningkatkan mutu pendidikan.

3.      Bagi sekolah :
a.         Memberikan sumbangan pengetahuan dan bahan tambahan referensi bagi pengembangan ilmu, khususnya tentang penelitian tindakan kelas (PTK).
b.         Bahan masukan bagi kepala sekolah dan instansi terkait guna meningkatkan kualitas pendidikan khususnya mata pelajaran IPS.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.    Metode Diskusi
1.      Metode Pembelajaran
Metoda adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan (Karli, H. dan Sri Yulirtianingsih, M, 2002: 22).  Dewasa ini aktivitas guru yang bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa. 

Pengembangan kurikulum dan pembelajaran juga sesuai dengan petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kelas. Tentang pengertian metoda latihan ialah latihan siap sangat sesuai untuk melatih keterampilan, baik keterampilan fisik maupun mental.

2.      Ciri-ciri Metode Yang Baik
Setiap pendidik yang akan melakukan kegiatan pembelajaran senantiasa dihadapkan pada pemilihan metode. Banyak macam metode yang bias dipilih pendidik dalam kegiatan pembelajaran, namun tidak semua metode bias dikategorikan sebagai metode yang baik, dan tidak pula semua metode dikatakan jelek. Kebaikan suatu metode terletak pada ketepatan memilih sesuai dengan tuntutan pembelajaran.

Omar Muhammad al Toumi (1983) mengatakan terdapat beberapa ciri sebuah metode yang baik untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu :

a.       Berpadunya metode dengan segi tujuan dan alat dengan jiwa dan ajaran akhlak islami yang mulia.
b.      Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya sesuai dengan watak siswa dan materi.
c.       Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dan praktik dan mengantarkan siswa pada kemampuan praktis.
d.      Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya justru mengembangkan materi.
e.       Memberikan keleluasaan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya.
f.       Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat dalam keseluruhan proses pembelajaran.

3.      Prinsip-prinsip penentuan Metode.
Menurut Udin S. Winataputra (2004) ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar, prinsip tersebut terutama berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa, diantaranya :

a.         Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi Pelajaran (curiosity).
b.         Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.
c.         Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah.
d.        Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji keben aran sesuatu (sikap skeptis).
e.         Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan (berinkuiri)  terhadap sesuatu topik permasalahan.
f.          Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak.
g.         Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri (independent study).
h.         Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama (cooperative learning).
i.           Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajarnya.

4.      Kedudukan Metode dalam Kegiatan Pembelajaran
Salah satu ketrampilan pendidik yang memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran adalah ketrampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha pendidik dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara optimal, oleh karena itu salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami pendidik adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu kompenen-komponen lain dalam keseluruhan komponen pendidikan.

Metode memiliki kedudukan antara lain :
a.       Sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran,
b.      Sebagai strategi pengajaran,
c.       Sebagai alat untuk mencapai tujuan.

5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
Pada prinsipnya, tidak satu pun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Karena setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Karena itu pendidik tidak  boleh sembarangan memilih serta menggunakan metode.

Menurut Pupuh Fathurrohman dan M.Sobry Sutikno, Pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut :
a.    Tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Setiap pendidik hendaknya memperhatikan tujuan pembelajaran. Karakteristik tujuan yang ingin dicapai sangat mempengaruhi penentuan metode, sebab metode tunduk pada tujuan, bukan sebaliknya.

b.   Materi pelajaran.
Dalam menerapkan metode mengajar pendidik hendaknya memperlihatkan bahan pengajaran, isi, sifat maupun cakupannya. Sifat-sifat atau unsur-unsur yang telah diuraikan dari bahan pengajaran, di satu sisi akan memudahkan siswa untuk mempelajarinya, di sisi lain dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pendidik untuk menetapkan metode mengajar.

c.    Peserta didik.
Peserta didik sebagai subyek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi social, lingkungan keluarga dan harapan terhadap masa depan.

d.   Situasi.
Situasi kegiatan pembelajaran merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Pendidik harus teliti dalam melihat situasi. Oleh karena itu, pada waktu tertentu pendidik melakukan proses pembelajaran di luar atau di dalam kelas.

e.    Pendidik.
Setiap pendidik memiliki kepribadian, performance style, kebiasaan dan pengalaman mengajar yang berbeda-beda. Kompetensi mengajar biasanya dipengaruhi pula oleh latar belakang pendidikan. Pendidik yang latar belakang pendidikan keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih dan menentukan metode dan tepat dalam menerapkannya, sedangkan pendidik yang latar belakang pendidikan kurang relevan, sekalipun tepat dalam menentukan metode namun sering mengalami hambatan dalam penerapannya. 

Jadi,untuk menjadi pendidik intinya harus memiliki jiwa yang professional. Dengan memiliki jiwa keprofesionalan dalam menyampaikan pelajaran atau dalam dalam proses pembelajaran itu akan berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

f.    Fasilitas.
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Kurang lengkapnya fasilitas tentu akan sulit bagi pendidik untuk memilih dan menentukan metode mengajar yang sesuai denga materi.

6.      Pengertian Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation ).

 Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a.         Mendorong siswa berpikir kritis.
b.         Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c.         Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d.        Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.

7.      Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
Setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kekuranan. Demikian halnya dengan metode diskusi, kelebihan metode diskusi adalah sebagai berikut :
a.         Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b.         Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c.         Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah,2000)

Sedangkan kelemahan-kelemahan metode diskusi menurut  (Syaiful Bahri Djamarah, 2000) adalah sebagai berikut :
a.         Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b.         Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c.         Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d.        Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.

B.   Hasil Belajar
1.    Pengertian
Hasil belajar menurut Sudjana (2000: 38) merupakan “suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang/dilaksanakan oleh guru di sekolah dan kelas tertentu”.

        Selain itu Sudjana (2000:39-40) mengemukakan bahwa:  “hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu : 1) faktor intern, dan 2) faktor ekstern. Faktor intern meliputi : motivasi belajar, minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran tersebut, sikap dan kebiasaan dalam belajar, ketekunan belajar, keadaan sosial ekonomi orang tua, faktor fisik dan faktor psikis siswa.Sedangkan faktor ekstern mencakup aspek kualitas pembelajaran yang meliputi faktor kemam-puan guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah”.

Hasil belajar dapat ditingkatkan dengan jalan mengaktifkan se-mua aspek indera pada diri manusia. Menurut Wiriaatmadja, (1983:99) “seseorang yang sedang belajar memperoleh hasil belajarnya sebagai berikut : Melalui indera pengecap sebesar 1%, indera peraba sebesar 1,5%, indera penciuman sebesar 3,5%, indera pendengaran sebesar 11% dan indera penglihatan sebesar 83%”.

Dari ketiga pendapat di atas, ternyata untuk meningkatkan hasil belajar,  perlu mengaktifkan semua aspek indera pada diri manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam individu maupun faktor dari luar individu yang sengaja dirancang untuk meningkatkan hasil belajar.

2.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Slameto  2010 : 2).

Slameto (2010 : 56-69) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu :
Faktor-faktor intern  dari dalam diri peserta didik meliputi :
a.    Faktor jasmani
b.    Faktor psikologis
c.    Faktor kelelahan

Sedangkan faktor ekstern yang berasal dari luar diri peserta didik meliputi :
a.    Faktor dari keluarga
b.    Faktor dari sekolah
c.    Faktor dari masyarakat

Setiap proses pembelajaran selalu memiliki tujuan pembelajaran yakni tercapainya tujuan pembelajaran yang menghasilkan hasil belajar.

Hasil belajar merupakan hasil evaluasi belajar yang diperoleh atau dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu. Bentuk konkrit dan hasil belajar adalah dalam bentuk skor akhir dari evaluasi yang dimasukkan dalam nilai raport. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan evaluasi.

Hasil belajar merupakan wujud yang menggambarkan usaha belajar yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa, ataupun orang lain dan lingkungannya. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah melalui proses belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka, huruf ataupun tindakan yang mencerminkan prestasi anak dalam periode tertentu dalam belajar.

Hasil belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes hasil belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes hasil belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. 

Tes hasil belajar berupa tes yang disusun secara terrencana  untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes hasil belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi. 


BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A.    Subjek Perbaikan
Subyek  penelitian akan dilaksanakan di SD N 1 Raman Jaya Kecamatan Belitang II OKU Timur Tahun Pelajaran 2013/2014 , Kelas V jumlah 24 terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan siswa  mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Semester II.

Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Tokoh-tokoh penting dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia di kelas V, hasil pembelajaran siswa belum memuaskan. Hal ini dibuktikan pada saat proses pembelajaran berlangsung  siswa jarang sekali mengajukan pertanyaan ketika materi pelajaran sedang dibahas. 

Siswa kurang aktif serta merasa kesulitan dalam memahami konsep materi yang diajarkan. Sehingga diperoleh petunjuk dan data hasil belajar siswa bahwa dari 24 siswa ada 37,5% yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan kriteria kentuntasan minimal (KKM) 65. Dengan demikian bahwa pembelajaran yang sudah berlangsung masih belum berhasil atau dengan kata lain belum tuntas.

B.     Deskripsi Persiklus
Metode yang digunakan dalam penelitan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut IGAK Wardani (2007:4.4) bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk meningkatkan  keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaannya peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat untuk merumuskan Perencanaan (planning), Implementasi tindakan (action), Observasi (observing), dan Refleksi ( reflecting).

Penelitian perbaikan pembelajaran ini meliputi 4 tahapan yaitu :
1.      Perencanaan
Adapun yang dilakukan pada tahap perencanaan ini antara lain :
-   Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran
-   Menyusun skenario pembelajaran
-   Membuat lembar observasi (pengamatan) sebagai pedoman atas proses pembelajaran.
-   Membagi kelompok siswa
-   Membuat soal-soal tes evaluasi

2.      Implementasi tindakan
Implementasi Tindakan adalah sesuatu pelaksanaan atas rencana yang telah disiapkan. Dalam tahap implementasi tindakan ini merupakan pelaksanaan dari apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan. Pada saat implementasi tindakan dilakukan observasi yang dibantu kolaborator terhadap proses belajar mengajar dengan mengisi lembar observasi yang telah disiapkan untuk mengetahui perubahan yang terjadi akibat dari tindakan yang  dilakukan.
Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Mata Pelajaran : IPS
No
Siklus
Materi
Tanggal Pelaksanaan
1
Pra Siklus
Menghargai jasa-jasa dan peranan tokoh-tokoh proklamasi
12 April 2014
2
Siklus I
Menghargai jasa-jasa dan peranan tokoh-tokoh proklamasi
19 April 2014
3
Siklus II
Menghargai jasa-jasa dan peranan tokoh-tokoh proklamasi
26 April 2014

3.      Observasi
Observasi atau Pengamatan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung yang dibantu kolaborator yaitu Bpk. Tiproni, S.Pd. dengan mengisi lembar observasi yang telah disiapkan untuk mengetahui perubahan yang terjadi akibat dari tindakan yang  dilakukan. Sehingga dapat mengetahui langsung pemahaman siswa tentang materi yang sudah disampaikan dan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran dan menyelesaikan soal evaluasi yang diberikan disetiap akhir siklus untuk melihat ketercapaian indicator pembelajaran.

4.      Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan komentar dari sejawat yang ditulis pada lembar observasi dapat diketahui apakah pembelajaran pada siklus I sudah berhasil atau belum. Bila belum berhasil maka dilakukan perbaikan pada siklus II, dengan mencari penyelesaian yang terbaik agar dapat meningkatkan hasil belajar. Ketuntasan yang ditetapkan dalam penelitian ini, bahwa dalam suatu kelas disebut telah tuntas bila kelas terdapat 70 % telah mencapai daya serap. Apabila belum mencapai ketuntasan yang ditetapkan, maka belum dikatakan berhasil. Maka anak-anak yang belum berhasil pada siklus I, akan mendapat perhatian lebih pada siklus II.



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengolahan Data
Pada bagian ini memuat data dan pengolahan data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan hasil evaluasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran pengetahuan Sosial di kelas V SD N 1 Raman Jaya Kecamatan Belitang II OKU Timur.

1.      Hasil Observasi
Hasil observasi yang dilakukan guru terhadap siswa sebelum perbaikan pembelajaran dan setelah pembelajaran dapat terlihat pada table.1 berikut :
Tabel 1
Aktivitas Belajar Siswa Kelas V
Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
No
Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran
Sebelum perbaikan
Siklus I
Siklus II
Jumlah siswa
%
Jumlah siswa
%
Jumlah siswa
%
1
Terlibat aktif
4
16,67
12
50
23
95,83
2
Terlibat pasif
8
33,33
6
25
1
4,17
3
Tidak terlibat
12
50
6
25
0
0
Jumlah
24
100
24
100
24
100

Keterangan :
1.      Terlibat Aktif, artinya siswa berpartsisipasi dan aktif berdiskusi dengan teman sekelompoknya dan menjawab pertanyaan dengan benar.

2.      Terlibat Pasif, artinya siswa ikut berpartisipasi, tetapi tidak aktif berdiskusi dan menjawab pertanyaan seadanya.

3.      Tidak Terlibat, artinya siswa hanya diam dan tidak berdiskusi serta tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

Berdasarkan table di atas bahwa jumlah siswa dan prosentase siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan  menunjukkan adanya peningkatan. Sebelum perbaikan siswa yang terlibat aktif hanya ada 4 siswa (16,67%),  kemudian pada siklus I naik menjadi 12 siswa (50%), dan pada siklus II naik lagi menjadi 23 siswa (95,83%). Hal ini berarti bahwa aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mengalami peningkatan.

2.      Hasil Evaluasi
Rekapitulasi hasil evaluasi yang dilakukan guru sebelum perbaikan pembelajaran, pada siklus I dan siklus II dalam pembelajaran dapat dilihat pada table 2 berikut :


Tabel 2
Hasil Belajar Siswa  Kelas V
Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
No
Nama Siswa
Nilai
Ket
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
1
Abdul Rahman
40
55
70

2
Adi Sutrisno
75
80
90

3
Agung Riyadi
50
60
80

4
Agus Tedi Hidayat
40
60
85

5
Ahmad Arif
60
70
85

6
Alexius Yulianto
55
60
70

7
Andri
60
75
80

8
Anggi Kurnia
40
55
70

9
Ardiansyah
70
75
90

10
Arif Saputra
50
65
80

11
Beni Andrean
55
70
85

12
Dedi Irawan
80
95
100

13
Dita Irfaul Khasanah
70
85
90

14
Eka Lusiana
70
80
90

15
Eka Setia Wati
50
60
80

16
Ferdhi Kumbara
70
80
85

17
Firdaus
60
75
85

18
Fitri Handayani
50
65
80

19
Iis Evita
55
70
90

20
Intan Safitri
70
85
95

21
M. Abdul Aziz
60
75
85

22
Rinca Dasari
45
60
75

23
Soniya Dewi Saputri
70
80
90

24
Susi
80
90
95

Jumlah
1405
1725
2025

Rata-rata
58.54
71.88
84.38


Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menunjukkan peningkatan dari pra siklus hingga ke siklus berikutnya. Keadaan sebelum perbaikan pembelajaran jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau memperoleh nilai ≥ 65 hanya ada 9 siswa (37.5%)  kemudian pada siklus I meningkat menjadi 17 siswa ( 70,83%) dan pada siklus II terjadi peningkatan lagi menjadi 24 siswa (100%). Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ini dapat dikatakan berhasil karena sudah memenuhi syarat ketuntasan belajar, yaitu ≥ 70% siswa sudah mencapai nilai diatas Kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Peningkatan hasil belajar siswa dari keadaan sebelum perbaikan pembelajaran sampai pada siklus II secara jelas dapat lihat pada diagram berikut :

Diagram. 2
Hasil Belajar Rata-Rata Kelas V Dalam Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial


B.     Pembahasan Dari Setiap Siklus
Berdasarkan hasil evaluasi belajar pengetahuan sosial di kelas V sebelum perbaikan pembelajaran terlihat jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya 9 siswa atau 37,5% yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal. 

Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas belajar dan hasil belajar siswa masih kurang memuaskan, belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan.dari hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan kemudian berdiskusi dengan supervisor dan kolaborator diperoleh temuan antara lain : 
Ø  Bahwa Guru cenderung lebih banyak berceramah sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran dan menimbulkan kebosanan siswa serta hasil belajar yang masih rendah

Ø  Hal ini dikarenakan guru kurang variatif dalam menggunakan metode  pembelajaran

Sehubungan dengan hal itu maka dilakukan upaya perbaikan pembelajaran dengan fokus pada penggunaan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran berikutnya dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam 2 siklus.

Pada implementasi tindakan siklus I dilakukan upaya perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi, sehingga pada siklus I ini menunjukkan kenaikan aktifitas belajar dan hasil belajar siswa. Siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran terdapat sebanyak 12 siswa atau 50 % dan hasil belajar yang mendapat nilai ≥ 65 sebanyak 17 siswa atau 70,83%. 

Walaupun aktifitas belajar dan hasil belajar siswa telah menunjukkan adanya peningkatan, namun pembelajaran belum sepenuhnya dapat dikatakan berhasil dengan kata lain pembelajaran masih kurang memuaskan. Hasil observasi dan refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa pembelajaran masih banyak didominasi guru sehingga perlu dilanjutkan pada siklus II melalui penggunaan metode diskusi.

Sebagai tindak lanjut siklus I peneliti membuat rencana perbaikan pembelajaran siklus II yang hampir sama dengan siklus I yaitu dengan menggunakan metode diskusi, hanya pada siklus II ini diskusi lebih berpusat pada siswa dengan dibimbing guru sehingga diskusi lebih terarah. Upaya ini memberi dampak yang cukup signifikan pada aktifitas belajar dan hasil belajar siswa bila dibandingkan hasil pada siklus sebelumnya. 

Dengan menggunakan tindakan ini terlihat bahwa siswa yang terlibat aktif ada 23 siswa atau 95,83% dan hanya 1 siswa atau 4,17% yang terlibat pasif. Hasil belajar siswa pun mencapai 100% siswa yang mendapat nilai ≥ 65. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan akfitas belajar, sehingga hasil belajar siswa sudah memenuhi target yang diharap yaitu > 70% siswa memperoleh nilai ≥ 65.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan II terlihat bahwa fokus perbaikan pembelajaran adalah meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi menghargai jasa-jasa dan peranan tokoh-tokoh proklamasi, dan target ketuntasan belajar yang diinginkan sudah tercapai.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan di kelas V SD N 1 Raman Jaya Tahun Pelajaran 2013/2014  Kecamatan Belitang II OKU Timur dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1.      Hasil belajar siswa pada materi menghargai jasa dan peranan tokoh-tokoh proklamasi adalah meningkat dengan menggunakan metode diskusi. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes prasiklus rata-rata nilai 58,54, sedangkan pada siklus I rata-rata nilai 71,88. Siklus II rata-rata nilai 84,38, sedangkan prosentase Ketuntasan belajar pada prasiklus 37,50%, siklus I yaitu 70,83%, dan siklus II 100%, ini terjadi peningkatan mencapai 62,50%.

2.      Sedangkan aktifitas belajar siswa pada  prasiklus 16,67%, siklus I adalah 50%, sedangkan pada Siklus II adalah 95,83%, Jadi aktifitas belajar siswa terjadi peningkatan 79,16%.

3.      Berdasarkan hasil analisis data, bahwa perbaikan pembelajaran yang diadakan ada peningkatan pada setiap siklus pembelajaran, sehingga pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan metode diskusi dapat dikatakan telah berhasil ini dibuktikan sampai pada siklus II sudah 100% siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 65.

B.     Saran
Ditinjau dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan SD N 1 Raman Jaya Kecamatan Belitang II OKU Timur Tahun pelajaran 2013/2014 , maka dapat disampaikan saran sebagai berikut:

Penggunaan metode diskusi pada materi menghargai jasa dan peranan tokoh-tokoh proklamasi dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik, maka sebagai seorang guru hendaknya harus variatif dalam menggunakan metode pembelajaran sehingga dapat memupuk pribadi siswa yang aktif dan kreatif, serta membuat rencana pembelajaran sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran guna Meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

DAFTAR PUSTAKA


Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2000

Nazarudin. Regulasi Pendidikan Menjadi Guru Profesional Pasca Sertifikasi, Yogyakarta : Pustaka Felicha, 2010

Semiawan, Conny. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta : Gramedia, 1987

Slameto. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya, 2000

Wardani, IGAK. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. 2007