Cara Pembelajaran CTL

Rencana pembelajaran adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan sistem penyampaiannya untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan belajar, termasuk didalamnya pengembangan paket pembelajaran, kegiatan pembelajaran, uji coba dan revisi paket pembelajaran, dan terakhir mengevaluasi program dan hasil belajar (Dirjen dikdasmen, 2003: 6). 

Gafur (2003: 22) menjelaskan bahwa dalam menyusun desain pembelajaran atau merencanakan kegiatan pembelajaran, perlu menjawab tiga pertanyaan pokok: (1) kompetensi apakah yang akan diajarkan; (2) bagaimana cara memberikan pengalaman belajar untuk mencapai kompetensi tersebut; dan (3) bagaimana mengetahui bahwa kompetensi yang diajarkan telah dikuasai oleh siswa. 

Pertanyaan pertama “kompetensi apakah yang akan diajarkan” menyangkut tujuan dan materi pelajaran; pertanyaan kedua menyangkut strategi, metode, media, dan lingkungan pembelajaran; sedangkan pertanyaan ketiga menyangkut masalah evaluasi atau penilaian. 

Guru profesional harus mampu mengembangkan persiapan mengajar yang baik, logis dan sistematis. Karena disamping untuk melaksanakan pembelajaran, persiapan tersebut mengemban “profesional accountability” sehingga guru dapat mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya. 

Persiapan mengajar yang dikembangkan guru memiliki makna yang cukup mendalam bukan hanya kegiatan ritmis untuk memenuhi kelengkapan administratif, tetapi merupakan cerminan dari pandangan, sikap dan keyakinan profesional guru mengenai apa yang terbaik untuk peserta didiknya. Oleh karena itu, setiap guru harus memiliki persiapan mengajar yang matang sebelum melaksanakan pembelajaran, baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis (Mulyasa, 2005: 82).

Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah sebagai berikut ini.

a. Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. 

Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam hal ini anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

b. Menemukan (inquiry)
Komponen kedua dalam CTL adalah inkuiri. Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. 

Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. 

Adapun langkah-langkah kegiatan inquiry yaitu: (1) merumuskan masalah; (2) mengumpulkan data melalui observasi; (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, bagan, tabel dan karya lainnya; dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, atau audiens yang lain.

c. Bertanya (questioning)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dan keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. 

Dalam pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. 

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Kerjasama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. 

Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok; yang sudah tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain. 

e. Pemodelan (modeling)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. 

Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar” . Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa atau juga dapat didatangkan dari luar. 

f. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa yang lalu. Dalam pembelajaran kontekstual, guru perlu melaksanakan refleksi pada akhir program pengajaran. 

Adapun realisasinya didalam kelas dapat berupa: (1). pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya pada hari itu; (2). catatan atau jurmal di buku siswa; (3). kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu; (4). diskusi; (5). hasil karya; (6). cara-cara lain yang ditempuh guru untuk mengarahkan siswa kepada pemahaman mereka tentang materi yang dipelajari. 

g. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)
Authentic assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. 

Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa melakukan tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. 

Adapun prinsip yang dipakai dalam penilaian autentik yaitu: (a) harus mengukur semua aspek pembelajaran (proses, kinerja, dan produk); (b) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; (c) menggunakan berbagai cara dan sumber; (d) tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian; (e) tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan kehidupan siswa yang nyata setiap hari; serta (f) penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan keluasannya (Nurhadi, 2003).