Prinsip Pengembangan Budaya Sekolah

Pengembangan budaya sekolah memiliki prinsip-prinsip untuk dilaksanakan. bukan hanya sekedar budaya yang tidak memiliki arah tujuan tapi berdasarkan prinsip yang pasti. Pengembangan budaya sekolah yang kondusif untuk mengembangkan karakter positif siswa dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip berikut: (a) berkelanjutan, (b) terpadu, (c) konsisten, (d) implementatif, dan (e) menyenangkan.


Prinsip berkelanjutan 
Pengembangan budaya sekolah yang kondusif bagi pengembangan karakter itu memerlukan proses yang panjang. Proses itu dimulai dari perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan pengembangan, dan diakhiri dengan evaluasi secara bersiklus. Ketiga tahapan tersebut dilakukan secara terus-menerus agar budaya sekolah yang sudah terbentuk tetap dapat dipertahankan, dan kalau perlu ditingkatkan lagi kualitasnya dari waktu ke waktu.

Prinsip terpadu 
Pengembangan budaya sekolah yang kondusif bagi pengembangan karakter dilakukan terintegrasi dengan seluruh aktivitas sekolah, mulai dari kegiatan pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, pengelolaan sarana prasarana sekolah, pengelolaan keuangan sekolah, hubungan sekolah dengan orangtua dan masyarakat, dan lain-lain. Artinya, seluruh aspek sekolah dirancang dan diarahkan agar kondusif bagi penyemaian dan pengembangan karakter siswa.

Prinsip konsistensi 
Pengembangan budaya sekolah yang kondusif bagi pengembangan karakter siswa dilakukan secara konsisten. Artinya, seluruh civitas sekolah, khususnya kepala sekolah dan guru harus konsisten dalam mengimplementasikan nilainilai positif dalam ucapan, sikap dan perilaku mereka di sekolah, seperti bersikap dan berperilaku jujur, adil, terbuka, menghargai perbedaan pendapat,sopan dan santun, gemar membaca, gemar menulis, bersikap ilmiah,rendah hati, berempati pada sesama, disiplin, hemat, dan lain-lain.

Prinsip implementatif 
Pengembangan budaya sekolah tidak cukup hanya dilakukan melalui pemajangan slogan, pengarahan kepala sekolah saat upacara, ceramah guru di kelas, nasihat guru konselor, edaran tulis kepada siswa dan orangtua siswa, atau pemberian materi PMP dalam pembelajaran. Nilai-nilai positif yang diinginkan harus diwujudkan dalam ucapan, sikap, dan perilaku seluruh warga sekolah. Artinya, semua warga sekolah harus menunjukkan karakter positif dalam ucapan, sikap, dan perilaku mereka dalam berbagai aktivitas.

Prinsip menyenangkan 
Pengembangan budaya sekolah yang kondusif bagi pengembangan karakter siswa dilakukan dalam suasana menyenangkan. Suasana yang menyenangkan adalah suasana yang bebas dari ketakutan, perasaan tertekan, dan terpaksa. Perasaan takut, tertekan, dan terpaksa menyebabkan warga sekolah menerapkan nilai-nilai positif secara terpaksa, bukan atas dasar kerelaan dan kesadaran mereka sendiri. Penerapan nilai secara terpaksa cenderung tidak bisa optimal dan tidak bertahan lama. Penerapan seperti itu biasanya terjadi karena yang bersangkutan merasa diawasi, diancam, atau takut mendapat hukuman.

Prinsip menyenangkan diwujudkan dalam pengelolaan suasana pembelajaran di kelas, suasana bermain saat istirahat, suasana kegiatan ekstrakurikuler, dll. Guru bisa menciptakan suasana menyenangkan dalam pembelajaran mereka, membuat antusiasme belajar dan keyakinan mereka untuk berhasil meningkat (Marilyn Jachetti Whirry, Guru teladan nasional 2003 dari California, Amerika Serikat).