Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran

Program peningkatan mutu pembelajaran (PMP) yang di gunakan dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Pembiasaan pendekatan saintifik untuk mengembangkan karakter. 

Pendekatan saintifik yang berisi 5M (Mengamati, Menanya, Menggali Informasi, Mengasosiasi, dan Mengomunikasikan) merupakan pendekatan yang disarankan untuk diterapkan setiap hari di setiap pembelajaran.Karena itu, di setiap sekolah,setiap peluang hendaknya dimanfaatkan untuk kegiatan pembiasaan Penggunaan Pendekatan Saintifik.

Terkait dengan Mengamati misalnya, beberapa karakter yang bisa dikembangkan antara lain: (a) jujur/obyektif, (b) tekun, (c )disiplin, dan lain-lain. Untuk mengembangkan karakter jujur/obyektif, misalnya, guru mungkin perlu membiasakan siswa untuk melakukan “cross check” atau “validasi” terhadap informasi yang diperoleh. Guru bisa meminta dua orang siswa untuk mengumpulkan data dari satu peristiwa, dan meminta mereka saling membandingkan dan menyepakati data yang akan digunakan, dengan cara melakukan pemeriksaan ulang secara bersama-sama.

Untuk mengembangkan karakter “tekun”, misalnya, guru dapat memodelkan contoh penerapan karakter pantang menyerah. Guru juga bisa bercerita tentang pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain yang terkait dengan ketekunan ini. Guru juga bisa mengajak siswa membahas dampak positif dan negatif tidak dimilikinya ketekunan.

Hasil diskusi ini bisa dituliskan menjadi slogan dan diterapkan dalam mengamati sesuatu dengan meminta siswa mengamati secara cermat dan teliti. Untuk mengembangkan karakter disiplin, guru bisa meminta siswa untuk memiliki jurnal dan menuliskan pengalaman belajar (termasuk mengamati) dan hasilnya di jurnal tersebut. Selanjutnya, jurnal tersebut diperiksa oleh guru atau diperiksa secara silang oleh siswa.


2. Peningkatan kemampuan membuat penugasan yang baik

Penugasan yang baik memberikan kesempatan belajar yang lebih baik bagi siswa. Ketika belajar KD tentang garis sejajar misalnya, guru sebenarnya bisa saja memberikan gambar garis-garis dan meminta siswa menentukan garis yang sejajar dan yang tidak sejajar. Akan tetapi, akan lebih bermakna bila siswa diminta mengamati lingkungan kelas atau lingkungan sekolah dan menemukan fakta kesejajaran itu di lingkungan kelas/sekolah.

Penugasan yang kontekstual memberi kesempatan kepada siswa untuk mengetahui manfaat belajar konsep kesejajaran dalam kehidupan seharihari. Ini akan memperkuat sikap dan persepsi positif siswa dan memberi siswa peluang belajar yang bermakna. Ketika siswa diberi gambar bunga mawar, melati, anggrek, kamboja, guru bisa menugasi mereka menentukan bunga yang harus dibuang karena tidak sejenis. Tugas ini memberi kesempatan kepada siswa untuk memilih jawaban sesuai dengan dasar pemikiran mereka masing-masing, sehingga jawabannya pun bisa bervariasi.

Penugasan yang bersifat terbuka demikian akan mendorong siswa memiliki keyakinan bahwa kebenaran itu bisa bervariasi, dan mereka terhindar dari salah satu jenis unhelpful mind(pikiran yang menghambat), yaitu berpikiran hitam-putih, benar-salah, kalau tidak ini maka pasti itu. Dalam kehidupan nyata, di antara hitam dan putih itu masih terdapat gradasi warna yang lain. Dengan memberi siswa pertanyaan terbuka, mereka memiliki banyak alternatif jawaban dan dirangsang untuk berpikir kreatif.

3. Pengembangan Kemampuan untuk mendorong siswa menanya
Menanya atau mempertanyakan adalah pemicu diadakannya kegiatan investigasi. Dengan menanya, peluang untuk ditemukannya ilmu baru akan semakin besar. Karena itu, mendorong siswa menanya atau mengajukan pertanyaan investigatif merupakan kegiatan yang sangat disarankan. Siswa jarang sekali mau dan mampu bertanya.Praktik pembelajaran selama ini menempatkan guru sebagai sumber kebenaran, sehingga siswa enggan bertanya.

Ada yang tidak berani bertanya karena takut ditanya ulang dan tidak bisa, ada juga yang takut bertanya karena tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Guru bisa membantu siswa menanya dengan meminta dua hal berikut:

a. Melengkapi kalimat “Bagaimana kalau ..” atau “Bagaimana kalau tidak …”
   Contoh: Bagaimana kalau banyaknya air yang disiramkan ke tanaman ini dikurangi seperempatnya? Masih ingat dengan letusan Gunung Kelut.Bagaimana kalau tidak ada angin?
b. Buatlah kalimat tanya yang memuat kata-kata berikut: “warna daun padi”, “pupuk”
 Contohnya: Apa yang terjadi dengan warna daun padi jika pupuk urea diganti dengan pupuk organik? Apakah daun padi yang diberi lebih banyak ureaberwarna lebih hijau dibandingkan yang ureanya lebih sedikit?  

4. Pengembangan kemampuan mendampingi siswa belajar
Ketika siswa mengerjakan LKS atau penggalian informasi atau tugas apapun yang dberikan guru, mereka akan mengerjakan dengan kemampuan aktual mereka. Akibatnya, hasil yang diperoleh adalah hasil aktual. Manakala ada orang yang lebih dewasa mendampingi anak tersebut, menurut teori konstruktivisme sosial (Vygotskii), hasil belajar siswa akan lebih tinggi.

Pendampingan yang dilakukan oleh orang dewasa ini membatu siswa menggapai apa yang sebelumnya tidak bisa diraih kalau hanya bekerja secara mandiri. Guru perlu melihat apa yang dikerjakan siswa. Setelah mendapat informasi apa yang dicapai siswa, guru perlu mempertanyakan capaian itu (untuk mengecek tingkat pemahamannya atau untuk mengembangkan pemahamannya lebih jauh). 

Guru bisa membantu mereka belajar lebih banyak dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti: “Mengapa demikian?” , “Apa alasan bahwa hasilnya bisa disimpulkan seperti itu?”, “Apakah kesimpulan kamu ini berlaku untuk yang demikian?”Dll 

Dengan mendapat pertanyaan seperti itu, siswa akan terpancing untuk memikirkan kembali apa yang sudah diperolehnya, memeriksa masuk akal tidaknya apa yang dihasilkan, dan memikirkan kemungkinan tindak lanjut yang bisa dilakukan. Ini semua akan mendorong pemahaman siswa yang lebih baik.

5. Pengembangan kemampuan berliterasi siswa
Pendekatan saintifik mendorong siswa untuk sering menggali informasi. Informasi tertulis perlu dipahami dengan baik, diolah dan disajikan dalam bentuk tertentu yang lebih menarik dan menantang.

Guru bisa meningkatkan mutu pembelajaran dengan kemampuan berliterasi ini, antara lain dengan: “Meminta siswa untuk membuat rangkuman dari apa yang dibacanya” “Meminta siswa untuk memanfaatkan pemahaman dari bacaannya untuk menghasilkan suatu tulisan baru yang meyakinkan orang lain”

6. Pemanfaatan "Learning Object"
Di dalam dunia TIK, ada banyak “learning objects”, yaitu bahan yang bisa digunakan siswa untuk belajar secara berulang-ulang. Namun, learning objects ini tidak selalu sesuai bagi keperluan pembelajaran. Ada learning objects yang sudah usang. Ada pula learning objects yang ‘tidak pantas’ untuk dikonsumsi siswa. Namun, sangat banyak learning objects yang bisa digunakan untuk memudahkan siswa memahami konsep.

Dengan TIK, sesuatu yang semestinya memerlukan eksperimen untuk memahaminya, bisa dipahami siswa dengan lebih mudah, lebih cepat, lebih aman, dan lebih jelas.Jadi, di samping ada hal yang negatif, learning objects juga bernilai positif bagi pembelajaran. Karena itu, terlebih dahulu guru dapat mengeksplorasi learning objects yang bisa digunakan dalam pembelajaran.

Akan lebih bagus manakala proses pencarian learning objects tersebut direkam dan dicatat, agar kalau siswa dituntut mencari learning objects, mereka tidak mengalami kesulitan atau melakukan hal-hal yang kurang patut.