Penelitian Tindakan Kelas dan Cara Menyusunnya

Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk diri kolektif yang dilakukan peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran keadilan praktik-praktik sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menafsirkan pengertian PTK secara lebih luas, secara singkat PTK dapat di definisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek – praktek pembelajran di kelas, sehingga kondisi ini, sangat menghambat pencapaian tujuan pembelajran. Karena itu, guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas agar minat  siswa terhadap pembelajaran dapat ditingkatkan. 

Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. 

Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.

Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan- …”, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah individual action research dan collaborative action research (CAR). 

Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang sama.

Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Action research berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). 

Action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti.

Karakteristik  Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Karakteristik tindakan sebagai berikut  (Cohen dan Manion, 1980) :
Situasional, praktik, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi nyata dalam dunia kerja. Ia berkenan dengan diagnosis suatu masalah dalam  kontek tertentu dan usaha untuk memecahkan masalah tersebut.

   Subjeknya adalah di kelas, anggota staf sekolah, dan yang lain penelitiannya terlibat dengan mereka subjek tindakan.

  1. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah.  Penelitian tindakan juga bersifat empiris dalam hal bahwa ia mengandalkan observasi  nyata dan data perilaku, dan tidak lagi termasuk kajian pihak-pihak panitia yang subjektif atau pendapat orang berdasarkan pengalaman masa  lalu.

  2. Fleksibel dan adaptif, memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dengan mengabaikan pengontrolan karena lebih  menekankan tanggap dan pengujicobaan dan pembaharuan di tempat kejadian.

   3. Partisipatori karena peneliti atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung  atau tidak langsung dalam melaksanakan  penelitiannya.

   4. Self – evaluative, yaitu modifikasi secara kontinyu dan dievaluasi dalam situasi yang ada /aktual, tujuan akhirnya ialah untuk meningkatkan praktik dalam cara tertentu. Meskipun berusaha secara sistematis, penelitian tindakan secara ilmiah kurang ketat karena ditinjau dari kesahihan instrumen juga agak lemah.

      Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK
  
   Semua kegiatan penelitian tindakan memiliki dua tujuan utama yakni untuk meningkatkan kemampuan yang ada pada subjek tindakan, sekaligus melibatkan subjek yang ditingkatkan kemampuannya tersebut. Penelitian tindakan bertujuan untuk meningkatkan tiga hal, yaitu:

Peningkatan praktek

Peningkatan (atau pengembangan profesionalisme) pemahaman praktek oleh praktisinya;
Peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktek (Grundy dan Kemmis  1982:84 ).

SIFAT  PTK
  1. Penelitian Tindakan kelas memiliki sifat sebagai berikut
  2. Permasalahan yang di bahas berbasis  kelas, artinya hal-hal yang terjadi di kelas.
  3. Kolaboratif, artinya ada kebersamaan kegiatan dengan pihak yang diberi tindakan.
  4. Tidak menguji teori, tetapi dilaksanakan berdasarkan teori.
  5. Tidak mengeneralisasikan, hasilnya hanya berlaku bagi subjek tindakan itu
  6. Tidak ada populasi dan sampel, yang ada hanya subjek tindakan.
  7. Tidak ada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
  8. Dilakukan dalam putaran siklus.    
Prinsip – Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Beberapa prinsip yang dianut dalam Penelitian Tindakan kelas:
  • Tidak mengganggu komitmen mengajar;
  • Tidak menuntut waktu tertentu untuk pengamatan secara khusus;
  • Metode pemecahan masalah riil.
  • Pemecahan berorientasi pada   pemecahan masalah guru  kesehariannya;
  • Pekerjaan guru ialah mengajarkan perlu ada peningkatan, perubahan sesuai dengan   kondisi peserta didik;
  • Masalah penelitian didasarkan atas tanggungjawab  professional;
  • Kepedulian yang tinggi atas prosedur etika pekerjaannya,  diketahui oleh pimpinan, disosialisasikan kepada rekan – rekan, tatakrama penelitian akademik; dan
  • Permasalahan tidak hanya kelas, tetapi juga mencakup perspektif visi dan misi   sekolah.
Butir Kunci Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
  • Memperbaiki hal-hal yang menjadi penyebab timbulnya permasalahan.
  • Partisipatori ( tidak bekerja sendiri, ada andil dari pihak-pihak lain);
  • Berkembang melalui proses refleksi yang bersifat spiral
  • Kolaboratif, kerjasana dengan subjek tindakan yang dibimbing.
  • Proses  pembelajaran sistematis karena dirancang dengan cermat.
  • Membangun teori secara induktif menentukan praktek/kegiatan belajar ;
  • Memerlukan bukti-bukti yang dapat memeriksa gagasan dalam praktek;
  • Mendeskripsikan apa yang terjadi, melakukan analisis, kolaborasi, dan penilaian.
  • Ada kemungkinan resistensi/penolakan baik dari diri sendiri maupun orang lain yang terkena dampak.
Fungsi Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Fungsi PTK sebagai alat untuk  meningkatkan kualitas pelaksanaan   kerja di sekolah dan ruang kelas, misalnya, penelitian tindakan dapat memiliki lima kategori fungsi sebagai (Cohen dan Manion, 1980) :
  1. Alat untuk memecahkan masalah yang didiagnosis dalam situasi   tertentu;
  2. Alat pelatihan dalam jabatan, dengan demikian membekali guru yang bersangkutan serta keterampilan dan metode baru, mempertajam kemampuan analisisnya, dan perubahan;
  3. Alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau inovasi pada pengajaran dan pembelajaran ke dalam sistem sekolah yang  biasanya menghambat inovasi dan perubahan;
  4. Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya kurang lancar antara guru lapangan dengan penelitian akademis, dan memperbaiki kegagalan penelitian tradisional dalam memberikan deskripsi yang jelas; dan
  5. Alat untuk menyediakan alternatif yang lebih baik daripada pendekatan yang lebih subjektif dan impresionistik pada pemecahan masalah di dalam kelas.
  6. Dari lima kategori di atas, kalau direduksi fungsi penelitian tindakan tersebut sebenarnya sebagai alat untuk meningkatkan kualitas, dan efisiensi pelaksanaan kegiatan pendidikan.
Selanjutnya Cohen dan Manion, 1980) menyatakan bahwa bidang garapan penelitian tindakan meliputi:
  • Metode mengajar;
  • Strategi belajar;
  • Prosedur evaluasi;
  • erubahan sikap dan nilai;
  • Pengembangan jabatan guru;
  • Pengelolaan dan pengendalian; dan
  • administrasi.
Bidang garapan penelitian tindakan lainnya yang juga perlu mendapat perhatian  ialah :
Media pembelajaran, baik cetak maupun non cetak, elektronik dan  non elektronik
Lingkungan belajar ( setting );
Materi pembelajaran;
Kurikulum; dan
Model – model pembelajaan.
Kelebihan dan Kekurangan PTK
Penelitian tindakan, seperti halnya jenis pnelitian lain, memiliki kelebihan dan kekurangan. Peneliti dapat mengurangi kekurangannya dan memaksimalkan kelebihannya. Shumsky (1982) telah mencatat kelebihan penelitian tindakan sebagai berikut:
  1. Kerja sama dalam penelitian tindakan menimbulkan rasa memiliki;
  2. Kerja sama dalam penelitian tindakan mendorong kreativitas dan pemikiran kritis;
  3. Kerja sama meningkatkan kemungkinan untuk berubah; dan
  4. Kerja sama dalam penelitian meningkatkan kesepakatan.
Meskipun memiliki kelebihan – kelebihan sepeti disebutkan di atas, penelitian tindakan memiliki beberapa kelemahan, sebagai berikut  :
  1. Berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalamTeknik dasar penelitian tindakan pada pihak peneliti
  2. Berkenaan dengan waktu. Karena itu, penelitian tindakan memerlukan komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, faktor waktu ini dapat menjadi kendala yang besar. Praktisi yang ingin melakukan tugas rutinnya dan untuk melakukan penelitian. 
Untuk mengatasi setiap permasalahan yang muncul atau mungkin terjadi dalam proses pembelajaran, guru harus selalu membuat perencanaan terlebih dahulu, baru kemudian pelaksanaan tindakan sebagai implementasi perencanaan tersebut. Pelaksanaan tindakan selalu disertai dengan pengamatan, baik oleh pelaku sendiri maupun oleh observer lain. 

Dalam hal ini, observer yang dimaksud juga boleh siswa, rekan guru, kepala sekolah, atau orang lain. Namun sebaiknya siswa tidak mengamati lengsung pada guru supaya tidak mengganggu proses berpikirnya, tetapi dapat menggunakan angket. Observer dilakukan sebagai upaya pengumpulan data. Observer berperan melihat, mendengar, dan mencatat segala yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung, baik dengan atau tanpa menggunakan alat bantu pengamatan. 

Obsever hendaknya tidak menyalahkan tetapi bersifat mendukung. Observer juga bukan menilai tetapi mencatat fakta yang ada. Setelah pembelajaran selesai dan diperoleh hasil pengamatan lengkap mungkin dilakukan diskusi balikan dengan guru yang melaksanakan tindakan.

Pelaksanaan diskusi tentang data yang diperoleh dari hasil pengamatan maupun dari tes dan angket, akan diseleksi, disederhanakan, diorganisasikan secara sistematik dan rasional serta dengan teknik tri-angulasi untuk akan memperoleh suatu kesimpulan secara mantap. 

Kegiatan tersebut merupakan kegiatan refleksi. Refleksi dilakukan secara bersama –sama  untuk mengetahui hal – hal mana saja yang sudah harus dipertahankan dan hal – hal mana yang masih harus ditingkatkan atau ditinggalkan. Jika kegiatan yang disebut refleksi ini dilakukan dengan benar dengan telah melibatkan semua pihak yang terkait, maka kegiatan pembelajran atau pelaksanaan tindakan kelas akan selalu bermuara pada hasil suatu tindakan yaitu penyusunan perencanaan dan tindakan perbaikan berikutnya.

Pengkajian seperti membuat perencanaan pembelajaran yang berorientasi pada suatu tujuan melaksanakan perencanaan tersebut yang disertai pengamatan guna memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran, baik tentang kelebihan maupun kelemahannya, hasilnya dianalisis, dan dikaji secara bersama – sama guna pelaksanaan penyusunan perencanaan tindakan perbaikan. Inilah yang disebut dengan satu siklus dalam PTK.

Perbedaan Antara  Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Non PTK
Terdapat beberapa perbedaan antara Penelitian Tindakan Kelas dengan jenis penelitian lainnya, sepertin ditampilkan pada tabel 3 berikut:
Tabel Perbedaan PTK dan NonPTK

Non  PTK
PTK
Dilakukan oleh pihak luar
Dilakukan oleh guru;
Ketat terhadap syarat–syarat formal, seperti ukuran sampel, populasi harus representative
Fleksibel terhadap ukuran sampel dan populasi
Instrumen dikembangkan hingga valid dan reliabel
Tidak dituntut pengembangan Instrumen seperti penelitian jenis lain dengan uji validitas dan reliabilitas
Rumusan masalah hanya satu kalimat tertuju ke hasil
Rumusan masalah terdiri dari lebih dari satu kalimat, tertuju ke proses dilanjutkan ke hasil
Menggunakan analisis statistik yang lebih rumit
Tidak menggunakan analisis Statistik yang rumit
Mensyaratkan hipotesis penelitian
Tidak menggunakan hipotesis penelitian kecuali hipotesis tindakan dapat memperbaiki proses/praktek
Tidak langsung memperbaiki
praktek proses pembelajaran
Pembelajaran secara langsung diperbaiki
Diarahkan pada generalisasi.
Tidak diarahkan pada generalisasi.