Budaya Sekolah

Budaya sekolah adalah sistem nilai, kepercayaan, dan norma yang diterima bersama dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami dan di bentuk oleh lingkungan dengan menciptakan pemahaman yang sama pada seluruh civitas sekolah (Ditjen PMPTK, 2007).

Budaya sekolah dapat diklasifikasi menjadi dua maacam. Pertama, budaya sekolah yang kondusif bagi pengembangan karakter positif. Kedua, budaya sekolah yang menghambat pengembangan karakter positif. Berdasarkan pengertian tersebut, pengembangan budaya sekolah berarti upaya membuat adat kebiasaan positif yang berlaku di sekolah agar mantap dan kondusif bagi pengembangan karakter siswa.


Budaya sekolah dapat berpengaruh terhadap perkembangan karakter siswa. Hasil penelitian Jareonsttasin (2000) membuktikan bahwa sekolah memang berpengaruh terhadap perkembangan karakter siswa. Di sini suasana sekolah merupakan aspek sekolah yang paling berpengaruh terhadap perkembangan karakter siswa. Suasana sekolah adalah kualitas lingkungan sekolah yang tampak pada lingkungan internal sekolah (Hakam, 2007). Lingkungan internal tersebut meliputi lingkungan fisik, suasana psikologis, dan lingkungan sosiokultural sekolah, baik yang tampak pada lingkungan sekolah secara umum maupun pada l ingkungan kelas.


Dalam pengembangan budaya sekolah di sekolah dasar, ada enam aspek yang perlu diperhatikan yaitu: (1) budaya moral spiritual, (2) budaya bersih-rapi, (3) budaya cinta tanah air, (4) budaya setiakawan, (5) budaya belajar, dan (6) budaya mutu.

Budaya moral-spiritual tercermin pada sikap dan perilaku saling asih, asah, asuh, disiplin, jujur, konsisten dalam urusan moral dan spiritual. Budaya moral-spiritual juga tampak pada keinginan selalu meningkatkan kualitas penghayatan dan implementasi moral-spiritual serta meningkatkan toleransi dan saling menghormati/menghargai antarkeyakinan yang berbeda.

Budaya bersih-rapi tercermin pada sikap dan perilaku bersih, rapi secara fisik di semua sudut dan bagian sekolah/kelas. Selain itu, budaya bersih rapi juga mencakup bersih dari sifat tercela, rapi secara fisik termasuk administratif, bersih dan rapi dari urusan keuangan, bersih dan rapi dalam pelaksanaan kegiatan, tidak ada urusan yang terbengkalai dan tanpa ada tindak lanjutnya.

Budaya cinta tanah air tercermin pada sikap dan perilaku menghargai jasa pahlawan, bangga menggunakan produksi bangsa sendiri, bangga sebagai warga sekolah, warga masyarakat, warga negara, menjaga kerukunan hidup antarwarga sekolah.

Budaya setiakawan tercermin pada sikap saling asih, asah dan asuh, kekeluargaan, kekompakan, kerukunan, solidaritas rasional, guyub rukun, semangat membangun kelompok solid berkualitas, memberi layanan prima pada semua stakeholder, saling menopang dan mendukung untuk mencapai tujuan bersama.

Budaya belajar tercermin pada sikap dan perilaku tekun, disiplin, cerdas memperbaiki (update) hasil belajar, bersaing (ada benchmark dan bandingan untuk titik tolak maju), cerdas yang mampu menyerap konsep baru, tidak mengulang kesalahan, mampu menerapkan konsep tertentu pada situasi baru, dan membangun kompetensi optimal secara kolektif. Hal ini berlaku bagi guru dan peserta didik.

Budaya mutu tercermin pada sikap dan perilaku yang sungguh-sungguh, disiplin, kerja keras, bersemangat profesional, dan menjaga mutu di setiap tahapan proses dan setiap lini/komponen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki karakter baik juga memiliki prestasi akademik yang tinggi (Jareonsttasin, 2000).

Oleh sebab itu, menciptakan budaya sekolahyang kondusif untuk menyemaikan dan mengembangkan karakter positif siswa merupakan langkah strategis yang perlu dilakukan sekolah untuk meningkatkan kualitas lulusannya. Budaya sekolah yang kondusif berarti seluruh aspek lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun psikologis-sosial-kultural sekolah ditata dan diupayakan sedemikian rupa agar seluruh warga sekolah merasa nyaman, aktif, dan bergairah bekerja sehingga lingkungan sekolah sangat baik bagi penyemaian dan pengembangan karakter positif siswa.

Lingkungan fisik sekolah yang mencakup seluruh sarana dan prasarana sekolah harus ditata sebaik mungkin. Sedangkan lingkungan psikologissosial-kultural sekolah, meliputi: hubungan gurukepala sekolah,guru-guru, guru- siswa, guru-tenaga adminstrasi, siswa-siswa, siswatenaga administrasi.