BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kita semua
menyadari bahwa ada satu hal di dunia ini yang tidak pernah berubah yaitu
perubahan itu sendiri. Perubahan-perubahan yang berlangsung begitu cepat
menuntut kita untuk dapat mengikuti dan menyesuaikan bila kita tidak ingin
menjadi korban dari perubahan itu. Oleh karena itu jika kita tidak ingin
ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain maka pendidikan mutlak kita butuhkan
untuk mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran.
Sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Citra Umbara : 2003). Tujuan di atas dapat dicapai salah satunya melalui proses pembelajaran matematika.
Tujuan pembelajaran matematika menurut Kurikulum
2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) adalah :
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam
menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi,
eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan
pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan
menyampaikan informasi atau mengkomu-nikasikan gagasan antara lain melalui
pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan (
Depdiknas, 2003 ).
Oleh karena itu kegiatan
pembelajaran matematika yang dilakukan harus selalu mengacu pada tujuan diatas
dengan memperhatikan karakteristik siswa sebagai pebelajar
Sesungguhnya matematika muncul
dari kehidupan nyata kita sehari-hari. Sebagai contoh, bangun datar pada
dasarnya didapat dari benda-benda kongkret dengan melakukan proses abstraksi
dan idealisasi dari benda-benda nyata. Karenanya kegiatan pembelajaran
matematika harus dapat menghubungkan antara ide abstrak matematika dengan
situasi dunia nyata yang pernah dialami siswa atau yang dapat difikirkan siswa.
Siswa MTs kelas VII pada umumnya berusia 11 sampai 13
tahun. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget (Depdiknas, 2005 ), anak usia
11 atau 12 tahun keatas mulai masuk dalam tahap operasional formal. Pada tahap
ini anak mulai mampu berfikir logis tanpa kehadiran benda-benda kongkrit
sebagai media pembelajaran, artinya anak mulai bisa berfikir hal-hal yang
abstrak. Namun dalam kenyataannya perubahan ini tidak berlangsung secara
mendadak tetapi secara bertahap sehingga anak masih tetap memerlukan kehadiran
benda-benda kongkrit sebagai jembatan untuk berfikir hal-hal yang abstrak.
Untuk itu diperlukan guru matematika yang berkualitas, yang menguasai
pendekatan, strategi, model, dan metode mengajar yang bervariasi sehingga dapat
mengelola kegiatan pembelajaran matematika yang optimal pada berbagai situasi
siswa dan materi pembelajaran. Namun karena berbagai sebab, kenyataan
dilapangan sering tidak sesuai dengan harapan para guru matematika.
Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai ulangan harian mata pelajaran
matematika pada siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 2009 / 2010 di MTs Nurush Shomad didapat hasil bahwa prestasi belajar
matematika siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam
pembelajaran dan rata-rata nilai ulangan hariannya yang mais belum
mencapai Kriteria Ketuntasan minimal (KKM). Fakta di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih mengalami
kesulitan dalam memahami mata pelajaran matematika. Hal ini mungkin disebabkan
oleh pendekatan, strategi, model, atau metode yang diterapkan oleh guru kurang
sesuai, juga kemampuan guru serta sarana
pembelajaran yang meliputi media, alat peraga, dan buku pegangan siswa yang
terbatas, atau sebab lain yang tidak diketahui.
Meningkatnya aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran akan menjadikan pembelajaran matematika lebih bermakna dan
memiliki arti dalam kehidupan anak. Hal ini karena adanya keterlibatan siswa
dalam menyusun dan membuat perencanaan proses belajar mengajar, adanya
keterlibatan intelektual emosional siswa dengan semangat dan motivasi yang
dimilikinya, dan adanya keikutsertaan siswa dalam mendengarkan, memperhatikan,
dan menjalankan apa yang disajikan dan ditugaskan oleh guru.
Keadaan ini mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian tindakan
kelas, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya
peningkatan prestasi belajar matematika yang ditunjukkan oleh adanya
peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan peningkatan nilai ulangan
hariannya
B. Identifikasi Masalah
Memperhatikan situasi dan kondisi yang ada
saat ini tentang pembelajaran matematika yaitu sebagai berikut :
1. Pembelajaran matamatika dikelas masih
berjalan monoton.
2. Belum ditemukan metode pembelajaran yang
tepat
3. Belum adanya kerjasama antara guru dan siswa
4. Metode yang digunakan masih bersifat
tradisional
5. Rendahnya aktifitas siswa dan guru dalam
pembelajaran matematika
6. Rendahnya hasil belajar siswa untuk mata
pelajaran matematika.
C.
Perumusan Masalah
Dari
identifikasi masalah diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1.
Bagaimana
menerapkan Metode resitasi kelompok (pemberian Tugas kelompok) agar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika ?
2.
Apakah
penggunaan metode resitasi kelompok (pemberian tugas kelompok) dapat meningkatkan hasil belajar dan aktifitas
siswa dalam pembelajaran mata pelajaran matematika?
D. Cara Memecahkan Masalah
Metode yang akan digunakan untuk memecahkan
masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah dengan pemebelajaran
menggunakan metode resitasi kelompok (pemberian tugas kelompok). Dengan metode
ini, diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat dan siswa akan lebih aktif
dalam pemebelajaran matematika.
E. Hipotesis Tindakan
Penelitian ini direncanakan terbagi dalam
tiga siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur, perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting). Melalui ketiga siklus akan diamati peningkatan hasil belajar dan
aktifitas siswa. Untuk itu, hal yang dirmuskan dalam hipotesis tindakan adalah
sebagai berikut :
- Dengan diterapkannya Metode resitasi kelompok (pemeberian tugas kelompok) pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matamatika.
- Dengan diterapkan metode resitasi kelompok (pemeberian tugas kelompok) dalam pemebelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mata pelajaran matematika.
F.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
1. Guru dapat meningkatkan strategi
dalam pembelajaran matematika dengan metode yang lebih variatif.
2. siswa merasa lebih mendapat
perhatian dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan situasi (contextual
Problem).
3. Siswa dapat bekerja lebih mandiri baik secara individu maupun secara
kelompok serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun
kelompok.
4. Materi pelajaran dapat
dikuasai oleh seluruh siswa secara tuntas.
G.
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Secara universal uraian
manfaat dari hasil penelitian tindakan kelas ini meliputi hal-hal berikut :
1. Proses pembelajaran matematika tidak lagi
monoton
2. Diptemukan metode pembelajaran yang tepat
tidak tradisional, tetapi lebih bersifat variatif
3. Keberanian siswa dalam mengungkapkan
argumentasinya meningkat.
4. Keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas baik
mandiri maupun kelompok meningkat.
5. Pembelajaran matematika lebih meneyenangkan
dan menarik perhatian siswa sehingga Kualitas pembelajaran akan meningkat
6. Siswa akan mampu memecahkan masalah sesuai
dengan kondisi yang ada.
7. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam meningkat.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Hakikat Metode Resitasi
(Pemberian Tugas Belajar)
Hakikat pembelajaran dengan menggunakan metode
resitasi (pemberian tugas belajar) akan dibahasa dalam beberapa bagian yakni
pengertian metode resitasi (pemberian tugas belajar), karakteristik metode
resitasi, Pentinganya pembelajaran dengan metode resitasi, langkah-langkah
metode resitasi.
1.
Pengertian Metode Resitasi
Menurut Ramayulis metode resitasi adalah suatu cara
mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada
siswa-siswa, sedangkan hasil tersebut akan diperiksa oleh guru dan
dipertanggungjawabkannya.[1]
Prinsip dasar metode ini dalam al qur`an adalah firman
Allah SWT surat Al Mudatsir ayat 1 – 7 :
$pkr'¯»t ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ óOè% öÉRr'sù ÇËÈ y7/uur ÷Éi9s3sù ÇÌÈ y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ wur `ãYôJs? çÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ Îh/tÏ9ur ÷É9ô¹$$sù ÇÐÈ
Artiya: “ Hai orang-orang yang berselubung, bangunlah dan
pertakutilah kaummu, hendak besarkan Tuhanmu. Dan bersihkanlah pakaianmu !
Tinggallah pekerjaan-pekerjaan yang mendatangkan siksaan. Janganlah engkau
memberi kepada orang lain lantaran hendak meminya lebih banyak. Sabar dan uletlah
menurut perintah Tuhan (Q.S. Al Mudatsir : 1 – 7).
Menurut zakiah Daradjat dengan metode ini diharapkan
agar murid belajar secara bebas tapi bertanggung jawab dan murid-murid akan
berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan kemudian berusaha untuk ikut mengatasi
kesulita-kesulitan tersebut.[2]
Pusat kegiatan metode ini berada pada murid-murid dan
mereka beri bermacam masalah agar dapat menyelesaikan, menanggapi dan
memikirkan masalah tersebut. Yang terpenting adalah bagaimana siswa dapat
berpikir bebas ilmiah (logis dan sistematis) sehingga dapat memecahkan masalah,
mengatasinya, dan dapat mempertanggungjawabkannya.
Pada mata pelajaran matematika disetiap kesempatan
hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi,
kemudian dengan mengajukan masalah yang kontekstual, peserta didik secara
bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika, maka dari itu dengan
metode resitasi ini konsep matematika dapat dikuasai oleh peserta didik secara
bertahap darimulai dari pemberian atau pengenalan masalah.
2.
Karakteristik Metode
Resitasi
Metode resitasi atau metode pemberian tugas merupakan
metode pmbelajaran yang menekankan pada pemberian tugas oleh guru kepada
peserta didik baik secara individu maupun secara kelompok. Tujuan dari metode
ini adalah untuk melatih anak didik agar dapat menyelesaikan sejumlah
kecakapan, ketrampilan tertentu kemudian mempertanggung jawabkan kepada guru.
Dalam pelaksanaannya menurut Zuhairini dan Ghafir
dalam Munjin Nasih dan Kholidah anak didik tidak hanya dapat menyelesaikan di
rumah akan tetapi juga dapat menyelesaikan di perpustakaan, laboratorium,
ruang-ruang praktikum, dan lain sebagainya.[3]
Metode ini disamping untuk merangsang siswa untuk
aktif belajar, baik secara individual maupun kelompok, juga menanamkan tanggung
jawab, oleh sebab itu tugas dapat diberikan secara individual atau kelompok.
Dalam metode ini menurut Zakiah Daradjat seorang guru
harus mengetahui bebarapa syarat sebagai berikut :
1) Tugas yang diberikan harus
berkaitan dengan pelajaran yang telah mereka pelajari, sehingga murid di
samping sanggup mengerjakannya juga sanggup menghubungkannya dengan pelajaran
tertentu.
2) Guru harus dapat megukur dan
memperkirakan bahwa tugas yang diberikan kepada murid akan dapat
dilaksanakannya karena sesuai dengan kesanggupan dan kecerdasan yang dimilikinya.[4]
3) Guru harus menanamkan kepada
murid bahwa tugas yang diberikan kepada mereka akan dikerjakan atas kesadaran
sendiri yang timbul dari hati
sanubarinya.
baca juga http://www.stiq-annur.ac.id/2016/04/meningkatkan-prestasi-belajar-siswa.html
[1] Ramayulis Ilmu Pendidikan Islam Edisi Revisi Op. Cit, h. 195
[2] Zakiah Daradjat Metodik khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta
: Bumi Aksara, 2008) h. 298.
[3] Ahmad Munjin Nasih dan Nur
Kholidah Metode dan Tekhnik Pembelajaran
agama Islam (Bandung : Refika Aditama, 2009) h. 71
[4] Zakiah Daradjat Metodik khusus Pengajaran Agama Islam, Op.
Cit h. 299